AKU CUMA HAMBA HINA LAGI BANYAK DOSA.TIDAK LAYAK BERGELAR PENCINTA_TARBIAH

Sesungguhnya sebaik-baik tarbiah adalah tarbiah Allah.

TARBIYAH ANTARA NUKHBAWIYAH DAN JAMAHIRIYAH

بسم الله الرحمن الرحيم




TARBIYAH ANTARA NUKHBAWIYAH DAN JAMAHIRIYAH


MUKADIMAH.

Memahami fiqh tarbiyah sesuatu yang urgen karena dengan tarbiyah akan lahir syakhshiyah islamiyah mutakamilah mutawazinah [kepribadian islami yang utuh dan seimbang] yang siap menjawab tantangan zaman dengan segala problematika, ujian dan cobaannya. Agar upaya menghasilkan kader-kader seperti tersebut diatas dapat berhasil, maka manhaj tarbiyah harus mampu merealisasikan tujuan-tujuan berikut ini :
Pertama : memahami Islam sebagai manhaj atau pedoman hidup bagi manusia yang bersifat universal [syumul}, seimbang [tawazun], integral [takamul], global [‘alamiyah], fleksibel [murunah], realistis [waqi’iyah] dan bersumber dari Allah [rabbaniyah].

Kedua : memiliki komitmen pada Islam dalam semua aspeknya; sosial, politik, ekonomi, pendidikan dan lain-lainnya, sehingga semua teori [nazhoriyah] teraplikasikan di dalam kehidupan yang nyata.

Ketiga,:memperhatikan kondisi obyektif masyarakat dalam hal aplikasi, komunikasi dan interaksi dengan prinsip-prinsip Islam. Semua itu harus disesuaikan dengan situasi, kondisi, waktu dan tempat. Kemudian apakah dengan kaum muslimin ataukah dengan non muslim dan baik dalam interaksi da’wah [ta’amul da’awi] maupun interaksi politik [ta’amul siasi]. Selain itu juga perlu dilihat apakah di dalam masyarakat yang monoloyalitas ataukah multiloyalitas karena memang tidak mungkin mengaplikasikan Islam hanya dengan satu model. Oleh karena itu diperlukan ta-shil syari [pengokohan hukum syar’i’] dalam berinteraksi dengan orang lain [fiqhu ta’amul ma’al ghoir] dan manhaj tarbiyah haruslah dibuat di atas landasan ini.

Keempat, memperhatikan tanggung jawab tarbiyah, dalam rangka mencetak kader da’wah dan generasi yang bisa bergaul dengan masyarakat luar, mampu mempengaruhi, menguasai dan tidak menganggap mereka sebagai musuh walaupun perlakuan mereka keras, kasar dan menyakitkan. Sebab da’i sejati dan aktivis yang sukses adalah justru orang yang mampu merekrut orang-orang yang sulit direkrut. Di sini nampak adanya perbedaan daya tarik dan kemampuan di antara para aktifis untuk menguasai dan merekrut massa.


1. TARBIYAH NUKHBAWIYAH.
Tarbiyah nukhbawiyah [pembinaan kader] merupakan kelanjutan dari tarbiyah jamahiriyah [kaderisasi massa] yang berfungsi untuk saling melengkapi dan tidak boleh dipisah antara yang satu dengan yang lainnya. Tarbiyah nukhbawiyah adalah kaderisasi yang difokuskan kepada orang-orang tertentu hasil rekruting massa dan bertujuan untuk mempersiapkan para da’i dan murobbi di tengah-tengah masyarakat serta untuk masyarakat. Bila hal ini tidak menjadi tujuan tarbiyah, maka tarbiyah nukhbawiyah hanya sebagai kegiatan rutinitas terbatas pada ishlahul fardi [perbaikan pribadi] yang ekslusif, bahkan kebaikan yang bersifat pasif, karena tidak memiliki peran perbaikan terhadap masyarakat dan realita kehidupan.

Tarbiyah nukhbawiyah bertujuan meningkatkan berbagai kemampuan dan keahlian kader agar dapat berperan dalam mengendalikan dan merekrut massa di bidang tarbiah, da’wah, harokah dan siasah serta mampu menyiapkan masyarakat agar siap melakukan gerakan reformasi dan perubahan. Tetapi tidak semua orang harus atau dipaksakan mengikuti tarbiyah nukhbawiyah karena potensi, kemampuan dan kesiapan manusia tidaklah sama. Selain itu tidak semua orang memiliki kesiapan untuk menjadi aktifis da’wah. Pandangan yang jauh ke depan, kejernihan hati, bijak, sabar, mencintai orang lain dan bersemangat membimbing mereka, tawakkal kepada Allah serta ikhlash hanya menginginkan balasan dariNya adalah sifat-sifat yang harus ada pada seorang da’i. Sehingga ia mampu membuat sesuatu yang dibenci menjadi disenangi, yang jauh menjadi dekat dan lawan menjadi kawan.

Orang-orang pilihan Allah, para nabi dan rasul berda’wah secara aktif di tengah-tengah masyarakat dan hidup bersama mereka. Sebagai contoh misalnya perjuangan Nabi Nuh alaihissalam untuk menda’wahi kaumnya tanpa kenal lelah, “Nuh berkata: ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang, maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari[dari kebenaran]. Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka [kepada iman] agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya [ke mukanya] dan mereka tetap [mengingkari] dan menyombongkan diri dengan sangat. Kemudian sesungguhnya aku telah menyeru mereka [kepada iman] dengan cara terang-terangan, kemudian sesungguhnya aku [menyeru] mereka [lagi] dengan terang-terangan dan dengan diam–diam, maka aku katakan kepada mereka: mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat dan membanyakkan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan [pula di dalamnya] untukmu sungai-sungai. Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah? padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian“. Nuh ayat 5-14.

Kemudian Nabi Ibrahim AS yang merupakan sosok pemimpin yang taat kepada Allah SWT, figur yang menghadapi kaumnya sendiri tanpa adanya jama’ah, partai atau golongan yang mendukungnya. Ia menghadapi mereka dengan argumentasi yang kuat dan logika yang mantap, ketika kaumnya berpaling maka ia menghancurkan berhala-berhala mereka. “Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu sesudah kamu pergi meninggalkannya. Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur terpotong-potong kecuali yang terbesar [induk] dari patung-patung yang lain agar mereka kembalikan [untuk bertanya] kepadanya. Mereka berkata: siapa yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami?, sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang zhalim. Mereka berkata: Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim. Mereka berkata: [Kalau demikian] bawalah dia dengan cara yang dapat dilihat orang banyak agar mereka menyaksikan. Mereka bertanya: Apakah kamu yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan–tuhan kami hai Ibrahim? Ibrahim menjawab: Sesungguhnya patung yang besar itulah yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada berhala itu jika mereka dapat berbicara. Maka mereka telah kembali kepada kesadaran mereka dan lalu berkata: Sesungguhnya kamu sekalian adalah orang–orang yang menganiaya [diri sendiri] “. Al-Ambiya ayat 58¬-64.

Dan akhirnya Nabi Muhammad bin Abdillah yang tidak membiarkan kesempatan berlalu tanpa upaya berda’wah, mengajak manusia ke jalan Allah. Beliau di satu sisi mempersiapkan kader da’wah di rumah Arqom bin Abil Arqom namun di sisi lain juga tidak pernah putus berda’wah di masyarakat, mendatangi tempat-tempat berkumpulnya orang banyak seperti di pasar-pasar ‘Ukaz, Majinnah, Dzilmajaz dan Mina. Bukankah Rasul memang diutus sebagai rahmat untuk semesta alam sebagaimana dijelaskan di dalam Al Qur’an: “Wahai manusia sesungguhnya aku utusan Allah kepada kamu semua“. [AL-‘Arof ayat 158]. Dan Aku tidak mengutusmu melainkan sebagai rahmat untuk semesta alam“. [Al-Anbia ayat 107]. “ Dan Kami tidak mengutusmu [Muhammad] melainkan untuk seluruh manusia membawa berita gembira dan peringatan akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya“. [Saba ayat 28]

Tujuan tarbiyah adalah untuk meningkatkan keimanan, ilmu pengetahuan serta akhlaq, keshalihan dan melaksanakan kewajiban da’wah serta memiliki komitmen di jalan da’wah untuk menggapai ridho Allah. Tarbiyah nukhbawiyah untuk peningkatan kualitas pribadi dan difungsikannya kader untuk kepentingan Islam, harus menjadi tujuan tarbiyah. Allah memilih para Nabi bukan sebagai tujuan, tapi yang menjadi tujuan adalah menyiapkan mereka untuk bertarung melawan kebatilan dan menyelamatkan masyarakat dari kekuasaan thaghut [pemimpin yang zhalim] agar mereka tunduk beribadah hanya kepada Allah dan menolak segala bentuk sistem jahiliyah.


2. TARBIYAH JAMAHIRIYAH.
Sebagaimana penjelasan di awal, tarbiyah nukhbawiyah adalah follow up atau tindak lanjut dari tarbiyah jamahiriyah. Ia merupakan motor penggerak tarbiyah jamahiriyah dan sekaligus mengarahkan, meluruskan serta mengendalikannya, jadi bukan sebagai pengganti atau sesuatu yang kontradiktif. Sementara tarbiyah jamahiriyah adalah mengaktualisasikan peran tarbiyah nukhbawiyah dengan tabligh, nasyrul fikroh dan mengajarkan Islam kepada masyarakat sehingga mereka menjadi pendukung da’wah dan terjadilah proses tajmi’ jamahiri [rekruting massa]. Bila hal itu tidak terjadi berarti tarbiyah nukhbawiyah telah gagal karena tarbiyah menjadi tidak punya peran dan tujuan. Oleh karenanya tarbiyah nukhbawiyah harus diaktualisasikan dalam aktivitas dan kontribusi sosial [adaa-jamahiri] sesuai dengan perspektif hadits nabawi:
بلغوا عنى ولو أية ‘‘Sampaikan olehmu dariku walaupun hanya satu ayat“ H.R.Bukhari. Belajar harus dilanjutkan dengan mengajar, menerima harus diikuti dengan memberi dan seterusnya. Oleh karenanya tarbiyah nukhbawiyah dan tarbiyah jamahiriyah bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam gerakan da’wah.

Tergambar dalam khithab rabbany [arahan Allah] kepada:
- Nabi Musa dan Harun alaihimas-salam,
“ Dan Aku telah memilihmu untuk diriku [menjadi rasul]. Pergilah kamu beserta saudaramu dengan membawa ayat-ayatKu, dan janganlah kamu berdua lalai dalam mengingatKu; Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut “. Thoha ayat 41-44.

-Para Nabi dan Rasul, da’wah mereka adalah juga da’wah jamahiriyah,
“ Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran melebihi segala umat [di masa mereka masing-masing], sebagai satu keturunan yang sebagiannya [keturunan] dari yang lain. Dan Allah Maha Mendengar Lagi Maha Mengetahui“. Ali ‘Imran ayat 33-34.

“Dan tidaklah Kami mengutus para rasul itu melainkan untuk memberi kabar gembira dan memberi peringatan. Barang siapa beriman dan mengadakan perbaikan maka tak ada kekhawatiran pada mereka dan tidak [pula] mereka bersedih hati“. Al-‘An’am ayat 48.

-Nabi Muhammad SAW.,
“Hai Nabi sesungguhnya Kami mengutusmu untuk menjadi saksi, dan membawa kabar gembira dan pemberi peringatan dan untuk itu jadi penyeru [da’i] kepada agama Allah dengan idzinNya dan untuk jadi cahaya yang menerangi “. Al-Ahzab ayat 45-46.

Ayat-ayat ini dan yang serupa dengannya menegaskan adanya komunikasi massa dan arahan publik [jamahiriyatul khithab] serta ‘alaniyatud da’wah [da,wah terbuka]. Ini adalah prinsip dalam syariat Islam, faridhoh [wajib dilaksanakan] dan tidak boleh diabaikan walaupun dengan alasan amniyah [keamanan] belum ada kekuatan tanzhim atau dengan alasan da’wah masih pada marhalah tertentu. Bila kelalaian itu terjadi berarti telah mengabaikan kewajiban da’wah ilallah dan amar ma’ruf nahi munkar yang disebabkan lemahnya semangat, sibuk dengan dunia, lemah iman, takut mati serta takut kehilangan harta dan benda. Da’wah wajib disampaikan sekalipun situasi saat itu berat dan sulit, karena pandangan tentang adanya da’wah sirriyah itu tidak diperkuat dengan dalil syar’i sementara prinsip dalam da’wah adalah jahriyah. Da’wah tidak boleh vakum karena takut akan bahaya walaupun harus menyesuaikan caranya [fiqh da’wah], Al-Qur’an dan sunnah Rasul menegaskan hal itu,
Firman Allah :
" وقل الحق من ربكم فمن شاء فليؤمن ومن شاء فليكفر".
“Dan katakanlah yang haq dari Robbmu maka barang siapa menginginkan maka berimanlah dan barang siapa yang menginginkan maka kafirlah “.
Rasulullah bersabda:
" أمرنى أن أقول بالحق و إن كان مرا و أمرنى أن لا أخاف فى الله لومة لا ئم ". رواه أحمد من قول عبادة بن الصامت .

“Rasulullah memerintahkan kepada saya agar saya bicara yang haq sekalipun pahit dan memerintahkan kepada saya agar saya tidak takut di jalan Allah akan kecaman orang lain“ H.R.Ahmad, perkataan ‘Ubadah bin Shamit.


Demikianlah pemahaman yang benar tentang fiqh tarbiyah, yakni tidak boleh ada kader yang tidak memiliki wazhifah da’awiyah dan tarbawiyah atau mengajukan alasan untuk tidak berda’wah atau mentarbiyah, berpangku tangan menjadi pengangguran harokah. Setiap kader harus menjadi unsur yang produktif dengan memberikan kontribusinya kepada jama’ah dan harakah ,agar jamaah terus berkembang dan meluas tanpa harus menunggu perintah qiadah dan tanzhim karena pada dasarnya setiap muslim bertanggung jawab kepada Allah,

" وكلهم ءاتيه يوم القيامة فردا".
’’Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri“
Maryam ayat 95.
" كل نفس بما كسبت رهينة".

“Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya“. Al-Mudatstsir ayat 38.


3. BEBERAPA KESIMPULAN.

Pertama, bahwa jamahiriyatut tarbiyah [tarbiyah bersifat terbuka] tampak jelas melalui khithob nabawi [arahan nabi/hadits] yang diulang-ulang dan anjuran yang terus menerus untuk memenuhi kebutuhan masyarakat banyak. Peduli terhadap urusan mereka dan menghilangkan kezhaliman yang menimpa mereka.

"من بات ولم يهتم بامر المسلمين فليس منهم". رواه البزار.
“Barang siapa yang bermalam dan ia tidak peduli terhadap urusan kaum muslimin, maka ia tidak termasuk golongan mereka “. H.R.Al-Bazzar.

Kedua, jamahirut tarbiyah tampak jelas melalui keterangan rasul tentang hubungan yang terus berkembang dan maju di antara sesama kaum muslimin dan antara kaum muslimin dengan non muslim. Di antaranya kewajiban setiap individu terhadap yang lainnya:


1. Pada tataran sosial,Rasulullah bersabda:

"حق المسلم على المسلم ست : إذا لقيته فسلم عليه و إذا دعاك فاجبه و إذا استنصحك فانصح له و إذا عطش فحمد الله فشمته و إذا مرض فعده و إذا مات فأ تبعه ". رواه مسلم.

“Hak seorang muslim atas muslim yang lain ada enam; [1] bila kamu bertemu dengannya maka ucapkan salam kepadanya, [2] bila kamu diundang maka penuhilah undangannya, [3] bila ia minta nasehat kepadamu maka nasihatilah dia, [4] bila ia bersin dan membaca alhamdulillah maka doakanlah dia dengan mengucap yarhamukallah, [5] bila ia sakit maka jenguklah dan [6] bila ia meninggal maka antarkanlah jenazahnya sampai kepekuburan “. H.R,Muslim.

"خير الناس أنفعهم للناس " رواه القضاعى.
“Orang yang paling baik adalah orang yang paling bermanfaat buat masyarakatnya“ H.R.Al-Qodho’i

"المؤمن الذي يخالط الناس ويصبر على أذاهم أفضل من المؤمن الذى لا يخالط الناس ولا يصبر على أذاهم "
رواه الترمذى

“Seorang mu’min yang bergaul dengan masyarakat dan bersabar atas perilaku dan sikap buruk mereka itu lebih utama dari pada seorang mu’min yang tidak bergaul dengan masyarakat dan tidak sabar atas prilaku dan sikap buruk mereka“ H.R.Tirmidzi.


2. Pada tataran da’wah,Rasul bersabda,

"انصر أخاك ظالما أو مظلوما , فقال رجل : يا رسول الله , أنصره ان كان مظلوما , أرأيت إن كان
ظالما كيف انصره , قال : تحجزه من الظلم فان ذ لك نصره . رواه البخارى "

“ Belalah saudaramu yang zhalim atau yang dizhalimi, lalu berkata seorang laki-laki: ya Rasulullah, saya membelanya jika ia dizhalimi, bagai mana saya membelanya jika ia yang menzhalimi? Rasul menjawab: kamu cegah dia dari berbuat zhalim, dengan demikian kamu telah membelanya“. H.R.Bukhori

" لأ ن يهدى الله بك رجلا واحدا خير لك من حمر النعم " رواه البخارىو مسلم.
“Demi Allah, dengan usahamu Allah memberikan hidayah kepada seseorang itu lebih baik bagi kamu dari onta merah [harta yang paling berharga]“. H.R.Bukhori dan Muslim.

"من د ل على خيرفله مثل أجر فاعله " رواه مسلم.
“Barang siapa yang menunjukkan orang lain kepada kebaikan maka baginya pahala seperti pahala orang yang melakukannya“. H.R.Muslim.


3. Pada tataran hubungan persaudaraan [‘alaqoh ukhawwiyah] Rasul bersabda:

"المؤمن للمؤمن كالبنيان يشد بعضه بعضا ". رواه البخارى ومسلم.
“Seorang mu’min dengan mu’min yang lain bagaikan satu bangunan, satu dengan
yang lain saling memperkuat“. H.R.Bukhori dan Muslim.

" المسلم من سلم المسلمون من لسانه ويده , والمؤمن من أمنه الناس على د مائه و أمواله ".
رواه الترمذى والنسائى.
“Seorang muslim adalah orang yang tidak mengganggu kaum muslimin dengan lidah [kata-kata] dan tangan [perbuatan] nya, dan seorang mu’min adalah orang yang memberikan jaminan keamanan terhadap nyawa dan harta orang lain“. H.R.Tirmidzi dan Nasa-i.

"المسلم أخو المسلم , لا يخونه ولا يكذ به ولا يخذ له , كل المسلم على المسلم حرام عرضه و ما له و د مه ,
التقوى ههنا ( و أشار إلى القلب ) , بحسب امرئ من الشر أن يحقر أخاه المسلم". رواه البخارى.

“Seorang muslim bersaudara dengan muslim yang lain, maka ia tidak boleh mengkhianati, mendustai dan menjadikannya hina, setiap muslim atas muslim yang lain baginya haram kehormatan, harta dan darah [nyawa] nya, taqwa ada di sini [Rasulullah mengisyaratkan tangan ke dadanya/hati], sudah cukup keburukan bagi seseorang dengan menghina saudaranya yang muslim“. H.R.Tirmidzi.

4. Pada tataran amal jama’i dalam menjalankan misi da’wah, amar ma’ruf nahi munkar, perbaikan dan pengarahan Allah berfirman:
"ولتكن منكم أمة يدعون الى الخير ويأمرون با لمعروف وينهون عت المنكر وأولئك هم ا لمفلحون "
“Dan harus ada di antara kamu ummat [golongan] yang menyeru kepada kebajikan, memerintahkan yang ma’ruf [baik] dan mencegah dari yang munkar [buruk] dan mereka adalah orang-orang yang beruntung “. Ali ‘Imran ayat 104.

"وتعاونوا على البر والتقوى ولا تعاونوا علىالا ثم والعد وا ن "

“Dan bekerjasamalah kamu atas dasar kebajikan dan ketaqwaan, dan janganlah bekerjasama di atas dosa dan permusuhan “. Al-Maidah ayat 2.

Dan Rasulullah bersabda:
" و إياكم والفرقة , وعليكم بالجماعة, فإن الشيطان مع الواحد , وهو من الإثنين أبعد , من أ راد بحبحة
الجنة فليلزم الجماعة ". رواه الترمذى .
“Hindari perpecahan dan berkomitmenlah pada jama’ah, karena syaitan selalu bersama dengan orang yang menyendiri [tidak berjama’ah], dan ia menjauh dari dua orang, maka barang siapa yang menginginkan syurga yang terbaik ia harus berkomitmen pada jama’ah“.

"وانا أمركم بخمس ,الله أمرنى بهن : بالجماعة , و السمع , و الطاعة , والهجرة , و الجهاد فى
سبيل الله, فإن من خرج من الجماعة قيد شبر فقد خلع ربقة الإ سلام من عنقه إلى أن يرجع ,
قالوا : يا رسول الله و إن صلى و صام ؟ , قال : و إن صام وصلى و زعم أنه مسلم ". رواه أحمد .

“Dan saya memerintahkan kepada kalian lima perkara, Allah memerintahkan saya dengannya: [1] berjama’ah, [2] selalu siap mendengar, [3] taat, [4] hijrah dan [5] jihad fi sabilillah. Barang siapa yang keluar dari jama’ah walaupun hanya satu jengkal maka ia telah melepaskan ikatan Islam dari lehernya sampai ia kembali dan berkomitmen lagi pada jama’ah, para shahabat bertanya: Yaa Rasulullah, sekalipun shalat dan puasa? Rasul menjawab: Sekalipun ia puasa dan shalat serta mengaku sebagai seorang muslim“. H.R.Ahmad..

Cerita di sebalik tabir BTN

Petikan dr Malaysiakini

'Kami ditunjukkan gambar Datuk Seri Anwar Ibrahim bersama seorang rakyat Amerika. Jurulatih memberitahu kami yang beliau seorang pengkhianat kepada negara kerana beliau mempunyai hubungan yang baik dengan orang Amerika'.

Itulah antara isu-isu yang dibangkitkan sewaktu program pembinaan negara dijalankan oleh Biro Tatanegara (BTN), yang pernah diikuti seorang pelajar tahun empat jurusan ekonomi, Fakhrul Zaki Fazial.

Fakhrul yang belajar di Universiti Islam Antarabangsa (UIA) berkata, fokus kursus tersebut adalah mengenai bangsa Melayu.

"Mereka (jurulatih) juga mengkritik pembangkang dan menganggap kritikan mereka sebagai patriotik," tambahnya.

Ketua pelajar Universiti Malaya, Mohd Ridzuan Mohammad, yang pernah menghadiri program BTN pada 2004 berkata, malah terdapat ceramah yang mendakwa bahawa kaum lain menjadi ancaman kepada orang Melayu.

Menurutnya, BTN tidak seharusnya membangkitkan sentiman perkauman yang akan mencetuskan perpecahan kaum.

Katanya, ini kerana program tersebut boleh mempengaruhi sesetengah pelajar yang hadir berhubung ideologi perkauman tersebut.

Chin Shin Liang, seorang bekas pelajar Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) yang pernah menghadiri program BTN pada Disember 2008, turut berkongsi pengalamannya.

"Kami ditunjukkan klip video perhimpunan Bersih dan kemudian gambar negara Palestin yang dilanda perang dengan keterangannya: Apakah ini yang kita mahukan?... Kita juga ditunjukkan seorang pemprotes (tidak dikenalpasti) membaling batu," katanya.

Sambil menyifatkannya sebagai "amat berat sebelah", Chin berkata: "Ia tidak menyatakan siapa pembaling batu itu, (dia) mungkin seorang Mat Rempit yang mahu berseronok atau polis yang melakukan provokasi terhadap pemprotes dengan menggunakan meriam air."

Katanya, jurulatih juga mengajar bahawa kerajaan BN dipilih oleh rakyat dan oleh itu ia merupakan kerajaan yang sah, tetapi tidak berusaha untuk membezakan parti politik dan kerajaan.

"Ini jelas mengelirukan kerana ia menjadi peraturan bahawa agensi-agensi kerajaan harus bersikap berkecuali dan berkhidmat sepenuhnya kepada negara (bukan hanya parti/gabungan tertentu)," katanya.

Ianya seolah-olah menyatakan bahawa kerajaan BN 'mewakili' negara ini dan harus ditaati tanpa dipersoalkan, katanya.

Sementara itu, Fakhrul menyuarakan keraguannya mengenai pemilihan jurulatih BTN.

"Saya fikir sesetengah jurulatih tidak layak kerana mereka begitu beremosi dan tidak intelektual dalam ceramah mereka.

"Jika pelajar tidak bersetuju dengan pandangan jurulatih, mereka akan memarahinya di depan semua orang," katanya.

Sementara itu, sesetengah pihak merasakan bahawa kursus BTN telah dikecam secara tidak adil.

Semalam, satu kumpulan yang menamakan diri mereka sebagai 'bekas peserta kursus BTN' mengadakan sidang akhbar di Kuala Lumpur untuk menyatakan pandangan mereka.

Ketuanya, Ahmad Shafei berkata mereka berasakan ia menjadi tanggungjawab sosial mereka untuk memperbetulkan pandangan berat sebelah terhadap kursus BTN.

Beliau menafikan bahawa modul BTN menyemai kebencian terhadap kaum lain, tetapi menurutnya, BTN mengajar peserta saling menghormati hak kaum lain seperti yang termaktub dalam perlembagaan.

Oleh itu, katanya, adalah tidak adil untuk menyatakan bahawa BTN cuba mewujudkan perpecahan, sedangkan ia hanya mengajar mengenai sejarah rasmi negara ini.

Pelajaran dari ibadah korban

Petikan Khutbah Aidiladha
Saudara-saudara kaum Muslimin yang dirahmati Allah,

Kita bersyukur ke hadirat Allah kerana dapat berhimpun di pagi yang mulia ini bagi menyempurnakan satu ibadah bersempena Aidiladha. Sambutan Aidiladha, seperti yang kita maklumi, mempunyai hubungan dengan ibadah haji. Ibadah ini pula mempunyai banyak pengertian suci terutama dalam jalinan hubungan di antara Allah, sebagai Khalik atau Pencipta, dan manusia sebagai makhluk atau ciptaanNya.

Pada pagi mulia begini, berlangsung secara serentak dua perhimpunan hebat yang besar maknanya. Pertama, perhimpunan di Mina di kalangan para jemaah yang menunaikan ibadah haji, sejurus selepas mereka selesai berwukuf di Arafah. Kedua, perhimpunan untuk mengerjakan solat Aidiladha di merata tempat-tempat lain, bagi orang-orang seperti kita yang tidak berkesempatan menunaikan ibadah haji.

Perhimpunan di Mina itu seumpama satu muktamar antarabangsa yang besar, disertai oleh manusia yang datang dari segala pelosok dunia. Mereka berlainan warna kulit dan rupa, berbeza darjat dan keturunan, serta tidak sama latarbelakang sosial dan ekonomi. Bagaimanapun, mereka datang dengan satu tujuan: beribadah kepada Allah dengan membesar dan mengagungkanNya. Dengan berihram yang melambangkan keseragaman dan kesamaan, mereka membenamkan segala sifat takbur dan taksub diri masing-masing demi menjadi umat yang satu

Di sinilah, semangat kesamaan dan persaudaraan sesama manusia ditunjuk dan dihayati, menghasilkan satu perpaduan yang paling hebat.

Di tempat-tempat lain di merata dunia, termasuk di tempat kita berhimpun ini, semangat kesatuan dan perpaduan turut menjadi tema yang disemarakkan. Ia juga dapat diibaratkan sebagai satu muktamar, meskipun dalam saiz yang lebih kecil, kerana kehadiran muslimin-muslimat dari pelbagai golongan dan latarbelakang. Baik tua atau muda, lelaki atau wanita, ketua atau pekerja, pemimpin atau rakyat biasa, kita semua menghadirkan diri sebagai jemaah yang satu. Kita sama-sama mengumandangkan takbir dan tahmid. Kita sama-sama membenamkan sifat takbur dan taksub diri, lantas melaungkan ikrar membesar dan mengagungkan Allah.

Kemudian daripada itu, sebahagian daripada kita, baik yang sedang menyempurnakan ibadah haji, mahupun muslimin-muslimat seperti kita yang selesai melaksanakan solat Aidiladha akan pula melangsungkan ibadah korban. Kita menyembelih binatang ternakan, lembu atau kambing, yang dagingnya dibahagi-bahagikan kepada sanak saudara, jiran tetangga dan fakir miskin.

Ibadah korban ini pula, sebagai sebahagian daripada syiar bersempena ibadah haji dan Aidiladha, turut membantu menyuburkan amalan menjaga kebajikan sesama umat. Amalan ini mengukuhkan lagi tujuan membentuk kesatuan dan perpaduan di antara manusia atas dasar keimanan dan ketaqwaan kepada Allah.

Allahu Akbar (3X) Walillah-ilhamd

Kita bersyukur kerana dapat terus menghidupkan semua ibadah ini. Tujuan menghidupkannya tentu didorong rasa yakin bahawa terdapat pengertian-pengertian suci yang mesti dihidupkan bersempena ibadah tersebut. Pengertian tersebut pasti dapat menjadi panduan kepada kita bagi membina kekuatan-kekuatan yang perlu bagi mencapai hidup bahagia dan sejahtera.

Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allah,

Jika diteliti, terdapat sekurang-kurangnya tiga kekuatan yang dimaksudkan itu.

Pertama, perlunya dibangunkan sifat-sifat kemanusiaan yang unggul dan luhur. Manusia yang lemah jiwa, rendah semangat serta bejat akhlak tidak mungkin menjadi orang-orang yang kuat berjuang, apalagi untk tujuan membawa kebaikan kepada orang lain.

Kedua, perlunya ada jalinan ukhuwah atau rasa persaudaraan yang kukuh berdasarkan taqwa. Dalam perjuangan, perlu barisan yang kukuh. Tanpa ukhuwah, berlaku perpecahan, lantas membawa kelemahan.

Ketiga, terdapat kesediaan berjihad dan membuat pengorbanan dalam mencapai kejayaan dan hidup sejahtera. Tiada kejayaan tanpa usaha bersungguh-sungguh dan tanpa pengorbanan.

Berdasarkan pengertian di sebalik ibadah haji dan sambutan Aidiladha ini, terdapat tiga faktor utama yang telah, dan boleh, membantu menghasilkan semua kekuatan yang dimaksudkan.

Pertama, manusia sanggup tunduk sepenuhnya kepada prinsip menerima dan mengagungkan Allah sebagai Tuhan Yang Esa. Inilah kekuatan iman.

Kedua, manusia sedia menerima prinsip bahawa di sebalik kelainan-kelainan lahiriah, mereka sebenarnya sama di sisi Allah. Jadi, manusia mesti menjalin hubungan berbaik-baik sesama mereka atas dasar taqwa kepada Allah. Inilah kekuatan persatuan atau persaudaraan.

Ketiga, manusia reda berjihad dan membuat pengorbanan terhadap kepentingan-kepentingan bersifat sementara bagi mencapai kejayaan dan kesejahteraan yang lebih abadi. Inilah kekuatan semangat berjuang.

Para jemaah yang dihormati,

Faktor pertama menuntut pembinaan jiwa tauhid. Faktor ini menerangkan bahawa kekuatan manusia hanya tercapai apabila mereka menerima hanya Allah sebagai Tuhan Yang Esa. Ini bermakna, hanya Allah yang dipuja dan dipatuhi dan yang keranaNya manusia sanggup membuat pengorbanan demi mencapai redaNya.

Ia juga bermakna manusia menolak untuk bertuhankan diri sendiri, bertuhankan kepada kuasa-kuasa lain, bertuhankan kepada darah dan keturunan, bertuhankan kepada lambang-lambang kebendaan, bertuhankan kepada puak dan bangsa, malah bertuhankan kepada sebarang fahaman yang

lazimnya bersifat nisbi dan tidak kekal.

Hakikat menunjukkan bahawa kesalahan memilih tuhan inilah yang menjadi punca berlakunya kemungkaran yang mengakibatkan kerosakan manusia.

Contohnya, manusia yang bertuhankan dirinya akan bertindak memenuhi nafsunya yang serakah. Mereka yang serakah sering bertindak melampau batas menzalimi orang lain.

Manusia yang bertuhankan lambang-lambang kebendaan pula sebenarnya bertindak di luar akal fikirannya. Di mana rasionalnya kita apabila bertuhankan rekaan sendiri? Kecenderungan melakukan tindakan-tindakan tidak rasional sudah pasti membahayakan kehidupan sendiri dan kehidupan orang lain.

Firaun merupakan contoh manusia yang mempertuhankan diri sendiri. Di sebalik kekuatan bala tentera dan kemewahan harta bendanya, Firaun menjadi lemah berhadapan dengan balasan Allah. Akhirnya dia tenggelam bersama bala tenteranya di Laut Merah.

Kaum Tsamud, di zaman Nabi Salih, bongkak dengan kehidupan kebendaan dan leka bermewah-mewah. Mereka menghabiskan masa membina bangunan-bangunan dan gedung-gedung tinggi dan kukuh semata-mata sebagai lambang kemewahan dan kemegahan. Kerana lekanya, kaum Tsamud lupa mengingat Allah. Lebih buruk lagi mereka mempersenda hukum Allah, dan memperolok Nabi Salih. Akibatnya, di sebalik kekuatan semua bangunan pencakar langit mereka, kaum Tsamud yang ingkar itu dibinasakan.

Firman Allah s.w.t. dalam surah Al-'Araf, ayat 78:

"Kerana titu mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat tinggal mereka."

Allahu Akbar (3X) Walillah-ilhamd.

Faktor kedua menegaskan bahawa kesatuan dan kekuatan persaudaraan hanya terbina menerusi jalinan yang diikat dasar taqwa. Inilah perpaduan tulen.

Faktor ini boleh disaksikan menerusi ibadah haji itu sendiri. Dalam perhimpunan jutaan orang itu, hak dan tanggungjawab manusia sama belaka. Walau datang daripada pelbagai budaya dan adat resam, masing-masing mematuhi wajib dan rukun yang sama. Tidak ada kelebihan antara raja di atas rakyat; di antara yang berkulit cerah ke atas yang berkulit gelap.

Islam sendiri menggariskan prinsip menjalin hubungan atas dasar taqwa.

Firman Allah s.w.t dalam surah Al-Hujurat ayat 13:

"Yang termulia di antara kamu pada pandangan Allah ialah dia yang paling bertaqwa."

Prinsip ini telah dihidupkan Rasulullah s.a.w dalam membina perpaduan generasi awal Islam hingga terbentuk satu kekuatan unggul di kalangan mereka. Inilah prinsip yang mengangkat Zaid bin Tsabit, menjadi panglima tentera yang didalamnya terdapat golongan bangsawan Arab sebagai soldadu biasa. Salman, orang Farsi, diistiharkan Rasulullah sebagai kerabatnya, demi menghapuskan prejudis kaum dan bangsa. Bilal, bekas hamba yang berkulit hitam tebal, terangkat darjatnya menjadi sahabat dan orang kepercayaan Nabi s.a.w.

Perpaduan berdasarkan taqwa dapat memantapkan hubungan antara manusia. Dasar ini mampu mengikis prasangka serta rasa cemburu dan khuatir akan kehilangan kedudukan dan pengaruh. Ini berlaku kerana semua pihak yang bertaqwa sedar bahawa masing-masing ada peranan. Lantas, masing-masing dapat melihat hubungan di antara mereka sebagai rakan perjuangan yang akan bertindak untuk saling kukuh-mengukuhkan.

Faktor ketiga ialah kekuatan semangat perjuangan. Kekuatan ini mesti dibina dengan mewujudkan sifat mahu berjihad dan sedia berkorban.

Biasanya, untuk mencapai kejayaan yang lebih abadi seseorang itu harus sedia mengorbankan kepentingan-kepentingan kebendaan yang bersifat sementara.

Di zaman awal Islam, orang-orang Islam Makkah mungkin tidak mengalami kerugian kebendaan yang berat jika tidak berhijrah ke Madinah. Namun, mereka mungkin pula tidak dapat meraih erti kemenangan yang abadi dan sempurna. Dengan membuat pengorbanan meninggalkan keselesaan hidup di Makkah, mereka berjaya membenamkan rasa taksub kepada puak, keturunandan tanahair; serta membenamkan sifat rakus kepada kemewahan kebendaan. Sebagai ganjaran, mereka menghayati sifat persaudaraan yang tulen, berdasarkan iman dan taqwa. Hasilnya, berlaku pembinaan sebuah masyarakat yang kental ukhuwahnya, dan menikmati kehidupan yang tegak di atas keadilan dan kebenaran. Inilah kemenangan sebenar.

Mereka yang sedang mengerjakan ibadah haji juga sedang menjalani satu latihan praktikal berjihad dan mengorbankan keselesaan kebendaan kerana mahu mendidik jiwa agar tunduk kepada keagungan Allah. Kita yang sedang berhimpun bagi melaksanakan solat Aidiladha ini juga sebenarnya sedang menjalani latihan yang sama.

Kejayaan sebenar tercapai dalam bentuk iman yang bertambah teguh dan ketahanan jiwa yang lebih kukuh sebagai insan.

Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allah,

Masyarakat Islam di mana-mana pun, termasuk kita, perlu terus meningkatkan usaha memperbaiki mutu kehidupan dan kesejahteraan bersama.

Dalam meneruskan usaha mulia itu, wajarlah kita mengambil iktibar daripada semua pengertian ini supaya kejayaan yang hendak dicapai bersama itu benar-benar bermakna dan menjamin kesejahteraan yang abadi sifatnya.

Apakah di antara iktibar-iktibar yang boleh dimanfaatkan?

Pertama, hendaklah kita terus bekerja atas dasar melaksanakan hukum-hukum Allah. Berbuatlah apa sahaja demi mendapat redaNya. Janganlah keghairahan untuk mencapai kejayaan membuat kita kehilangan punca dan arah. Memang kekuatan boleh diperoleh dengan mengumpul sokongan pengikut, wang dan kemahiran. Namun, tanpa kecintaan kepada Allah, tanpa mentauhidkanNya, jiwa manusia akan kosong; dan lambat-laun akan kehilangan tenaga. Jiwa tanpa iman akan mudah terjebak untuk bertuhankan tuhan-tuhan palsu yang akhirnya akan merosakkan tujuan untuk membawa kebaikan kepada manusia.

Kedua, kita harus terus memperkuat barisan dengan memperkuat ukhuwah atas dasar taqwa. Usaha meningkatkan kesejahteraan umat merupakan usaha besar yang menjejas kepentingan masyarakat seluruhnya. Oleh itu, elakkanlah diri daripada menyediakan jalan-jalan yang dapat membawa kepada perpecahan. Persaudaraan berdasar taqwa dapat mengelakkan kecenderungan mendabek dada dan mengukur kejayaan berdasarkan banyak dan hebatnya publisiti. Dengan taqwa, keikhlasan bekerja boleh dicapai. Dan ini berguna bagi mengelakkan merebaknya budaya mengampu yang merosakkan.

Ketiga, nyalakanlah semangat berjuang dengan menanamkan kesediaan berjihad dan berkorban. Kesediaan berkorban mesti juga berasaskan taqwa dan kecintaan penuh kepada Allah. Ini mengelakkan timbulnya amalan berkorban semata-mata untuk meraih keuntungan lahiriah jangka pendek. Pengorbanan begini tidak akan dapat menyelesaikan banyak masalah yang memerlukan penghuraian-penghuraian asas dan rumit.

Soal memajukan pendidikan, membangunkan ekonomi, membanteras kerosakan moral dan sosial, merupakan soal-soal kehidupan. Soal dasarnya ialah mengajak manusia supaya sedar siapakah dirinya, dan apakah tujuan ia dihidupkan. Jika manusia tidak disedarkan dengan hal ini, dan mereka tidak dibimbing memaham jawapan-jawapan sebenarnya, penghuraian kepada masalah-masalah yang mereka hadapi akan hanya bersifat serpihan, tidak mutlak.

Manusia mesti disedarkan tentang diri dan peranannya yang sebenar. Langkah-langkah mesti diambil bagi menyedarkan mereka tentang peri pentingnya sifat-sifat kemanusiaan dibangunkan dalam diri masing-masing. Kecuali langkah dan usaha ini dapat diurus dan dilaksanakan, tindakan-tindakan lain tidak mungkin menghasilkan natijah dan kejayaan yang dicita-citakan.

Marilah kita panjangkan segala pengertian, pengajaran dan amalan baik ini melepasi hari-hari ibadah haji dan sambutan Aidiladha. Kita teruskan pengertian-pengertian suci ini dalam tindakan dan amalan harian kita.

Mudah-mudahan dengan menghayati pengertian-pengertian tersebut terus-menerus, keinsafan kita akan bertambah dalam mencari jalan-jalan yang benar bagi membina kekuatan-kekuatan yang diperlukan dalam usaha meraih kejayaan dan kesejahteraan hidup yang direda dan dirahmati Allah.

Allahu Akbar (3X) Walillah-ilhamd.

Baarakallah...........

Mclead Yang Sangat Mengkagumkan

Salam Aidiladha pada semua shbt seperjuangan.Alhamdulilah ditakdirkan Allah tidak semena-mena aku telah diminta mewakili Professional Huffaz Club(Profaz) kelab utk budak2 yg ambik tahfiz pakej ke program Management for Student Leaders(Mclead) yg berlangsung 3 hari dari jumaat 20-22hb November 2009.Di sini penulis tidak mahu menulis report penuh program tersebut tp cukuplah sekadar apa penulis dpt sepanjang 3 hari berprogram.

Pada mulanya penulis beranggapan S-Dev Uia mahu 'brain wash' semua yg pergi ni tapi ternyata penulis tersilap.Penulis pernah berpengalaman di'brain wash' ketika menyertai satu program leadership juga semasa di Uia Pj yg dianjurkan Leadership Department.Namun penulis mendapati tiada langsung agenda tersembunyi di belakang pogram seperti agemda politik kerajaan atau pihak pembangkang hingga abis program.Benar ia bersih dari sebarang agenda!

Nature program lebih kepada kuliah bagaimana mahu menjadi seorang leader dan menurut Mdm Martineli istilah yg sepatutnya ialah imam.Mdm martineli sentiasa menekankan Uia student shoud 3 more better to other student and as the elite group as student leader we must 4 more better than us!.Berbeza dgn Mclead sebelum ini kami begitu mewah dgn penginapan yg cukup mewah serta makanan yg sgt sedap.Penulis difahamkan nature Mclead sebelum ini adalah berbentuk kem serta diselitkan modul Btn tapi kali ni naturenya sgt berbeza.

Dua slot yg begitu menarik penulis adalah slot ptg jumaat di mana kami diajar bagaimana mahu influece people.Penyampainya Bro Rizal yg mengendalikan slot tersebut sgt menarik sehingga tiada sorg dari kami yg tertidur pun walaupun penulis difahamkan student Gombak qiamulail mlm sebelumnya.Mengenai jumlah peserta memang kami yg dtg daru Uia Kuantan sgt minoriti kerana hanya diwakili 11 org yg mewakili club dan society di Kuantan berbanding Gombak yg mempunya 90 club dan society.Slot lain yg menarik minat pemulis ialah slot khas Penghayatan Sains dlm Al-Quran atau dikenali sbg PASAK yg disampaikan oleh Dr.Arip Kasmo.Dua slot additional ni telah membantu penulis memahami bagaimana seorg leader boleh mempengaruhi followernya dgn kita menguasai mereka dan juga memnatapkan aqidah penulis.Apapun slot Bro Rizal itu segala ilmu yg dapat harus digunakan dgn baik dan tidak disalah gunakan,Ingat ia hanyalah tools semata dan paling pnting don't 'bangauwing'.Bangauwing istilah yg merujuk pada org yg menyalahkan org lain seperti lagu Bangau Oh bangau tu

Untuk slot lain kami didedahkan lebih detail tntg procedure and guideline program,event management and sponsorship,manage finance dan untuk praktikal kami diberi satu tugasan untuk disiapkan dlm masa x smpai setengah hari dan dikehendakai present pada mlmnya.Seramai 7 griup dibahagikan mengikut unit masing2 seperti badan berunoform,community service,socety dan sbgainya.Kaami Uia Kuantan membentuk satu group.Apa yg buat penulis sedikit kecewas kerana semasa kami group Kuantan sedang [present terdapat gangguan pada mic dan audio menyebabkan penulis yg sdg present rasa down skit dan depress dan x dpt present dgn baik(bangauwing pula huhu).Apapun kami group Uia Kuantan dptla no 5 dr 7 group semua.at least bukanlah no last kan.

Apapun penulis berterima kasih pada S Dev yg diterajui oleh Mdm Martineli,Sis Liza,Bro Wahid,Sarjan dan x lupa Kak Yat satu2 staf Kuantan yg banyak beri aspirasi pada group kami.X lupa member2 group yg gila2 seperti nini dan fizah(kdg tertukar 2 org ni),kak nad,aida,sarah dan lain2 serta paling pnting our hero in our group hakim,asyraf dan ridzuan.

Moga apa input yg penulis dpt akan diaply sebaiknya.

Exam abis,Cuti Sem Bermula

Salam.Lama x update blog krn musim exam,heheh.just ringkas dan padat je hehe.Apapun alhamdulilah tepat jam 11pg 17 Nov akhirnya abis sudah exam aku dgn paper paling last biochemistry 1 yg dianggap sukar tp sbnr examnya x dala susah sgt(confident nampak)

Ya Allah aku telah berusaha sedaya upayaku,kini hanya padamu aku serahkan samada kejayaan atau kegagalan

PAS adakan seminar ganti muktamar khas

PAS akan mengadakan satu seminar khas bagi membincangkan halatuju parti itu bagi menggantikan muktamar khas yang dicadangkan oleh Mursyidul Amnya.
Iklan

Seminar yang bakal disertai oleh lebih 1000 perwakilan dari seluruh negara itu akan diadakan 7 November ini di Dewan Datuk Fadzil Noor, Markas Tarbiyah PAS Pusat, Taman Melewar, Kuala Lumpur.

Antara yang akan dijemput memberikan pandangan nanti adalah Profesor Dr Abdul Aziz Bari.

Demikian beritahu Presiden PAS, Datuk Seri Tuan Guru Abdul Hadi Awang dalam sidang medianya jam 1.00 pagi tadi.

Sidang media itu diadakan selepas mesyuarat khas Jawatankuasa Pusat yang diadakan di Pejabat Agung PAS, Jalan Raja Laut.

Selain itu, mesyuarat khas itu juga mengambil ketetapan agar Lembaga Disiplin PAS yang dipimpin oleh Datuk Tuan Ibrahim Tuan Man menyiasat semua dakwaan terhadap PAS Selangor.

Lembaga ini akan mencadangkan tindakan disiplin kepada mana-mana pihak yang didapati bersalah melanggar disiplin parti.

Dalam sidang media itu juga, Abdul Hadi memaklumkan, isu Kerajaan Perpaduan ditutup sepenuhnya dan tidak akan berbangkit lagi.

Turut serta dalam sidang media selepas mesyuarat berjalan mulai jam 9.00 malam hingga 1.00 pagi itu adalah Naib Presiden, Tuan Ibrahim Tuan Man, Salahudin Ayub, Mahfuz Omar dan Setiausaha Agung, Datuk Mustafa Ali serta Ketua Pemuda, Nasrudin Hassan Tantawi

Gelodak amarah, keliru pengikut Pas tak terbendung lagi

Mesyuarat khas malam ini dijangka cungkil punca Nik Aziz melenting terhadap barisan pemimpin dipilih akar umbi

"SUDAH tiba masanya (Majlis Syura) Pas secara serius menggantikan Mursyidul Amnya yang kian hari kian nanar dan semakin tua. Kewibawaan beliau juga semakin pudar. Kebijaksanaan mencerna masalah sudah semakin terhakis. Beliau hanya mendengar 'hasutan' satu pihak seakan-akan Pas hanya ada satu jalur. Beliau gagal menjadi bapa yang adil untuk semua anak-anaknya."

Selalunya umum akan menuduh kononnya media arus perdana sengaja membuat kenyataan seumpama itu dengan niat untuk sengaja melaga-lagakan kepemimpinan Pas demi 'keuntungan' parti pemerintah. Namun, kejadian kali ini tidak sedemikian.



Luahan kekecewaan, tidak puas hati dan kemarahan ini dilakukan sendiri ahli, pengikut dan penyokong kuat Pas yang masih mencari punca mengapa pemimpin dan ulama yang dikagumi mereka selama ini, Datuk Nik Abdul Aziz Nik Mat, mencetus ribut di kala suasana politik memihak kepada mereka.

Kenyataan di atas adalah yang paling lantang disuarakan Faisal Tehrani, penulis yang juga penyokong kuat Pas dan blognya. Ia turut dipetik seorang lagi penulis terkemuka Azizi Abdullah, yang turut berkata: "Tapi saya benar-benar pening dengan Tuan Guru Nik Aziz. Saya sampai sekarang tak mampu membaca apakah Tuan Guru seorang politikus atau agamawan zuhud atau seorang pentadbir yang cekap?"

Turut menyuarakan keresahan ialah seorang lagi pengikut kuat Pas, Mohd Sayuthi Omar, yang menulis dalam blognya: "Seperti mana dimaklumi ekoran cadangan itu menyebabkan Pas jadi kelam kabut dan ada ahli yang tidak tidur dan resah memikirkannya. Cadangan Nik Aziz itu memberi gambaran Pas kini sedang dalam gelora, dilanda krisis yang bakal membawa Pas terbelah dua. Pergaduhan antara Nik Aziz dengan Abdul Hadi seolah mereka berdua membelah dua kitab al-Quran!

"Kerisauan ini dirasai oleh setiap mereka yang sayangkan Pas. Seorang penjenguk blog Merah Tinta yang mengakui sebagai ahli Pas mengambil keputusan memikir semula penyertaannya dalam Pas. Beliau adalah ahli Umno yang baru saja berhijrah kepada Pas."

Ramai yang keliru dengan suasana terkini yang berlaku dalam Pas, kerana tiada angin, tiada ribut, tiba-tiba Menteri Besar Kelantan itu membuat kenyataan luar biasa meminta satu perhimpunan agung khas (EGM) untuk 'membersihkan' parti terbabit daripada kumpulan liberal yang didakwanya ingin bergabung dengan Umno.

Rentetan daripada desakan Nik Aziz, Presiden Pas, Datuk Seri Abdul Hadi Awang, yang turut dipalit dakwaan sebagai pengkhianat parti memanggil satu mesyuarat khas malam ini untuk menimbangkan sama ada desakan Nik Aziz untuk mengadakan EGM perlu dihormati atau sebaliknya.

Namun, kenyataan terbaru Abdul Hadi bahawa Pas 'menutup semua pintu rundingan dan perbincangan dengan Umno berhubung pembentukan kerajaan perpaduan', membuatkan ramai sinis kerana agenda kumpulan tertentu untuk mengekang golongan liberal yang bergerak atas pentas agenda penyatuan Melayu berjaya dilaksanakan.

Jika yang menulis itu ialah penulis media perdana mungkin ramai yang akan berkata ia hanya rekaan cerita, namun petikan ini diambil daripada blog Mohd Sayuthi yang menceritakan perbualannya dengan seorang aktivis Pas:

"Aktivis ini memang seorang yang berani dan berterus-terang. Bila saya tanya dia siapakah yang menjadikan Tok Guru sebagai alat dan menyusahkan kehidupan Tok Guru, dia menjawab tanpa berselindung. (Biarlah saya tidak menyebut nama-nama itu demi menjaga nama baik orang berkenaan dan juga Tok Guru serta aktivis ini).

"Kenapa orang-orang ini, apa logiknya," soal saya. "Jika sekali tengok, ia tidak mungkin melakukan itu. Tetapi anta (anda) kena faham agenda ini sudah lama berjalan. Sejak muktamar lalu lagi. Yang menggerakkan ialah bukan orang yang takut kepada Tok Guru, tetapi orang yang takut kepada Pas?" katanya.

"Ana (saya) tidak berapa faham?" akui saya. "Anta tahukan cita-cita orang ini? Dia mahu jadi Perdana Menteri. Dalam perkiraannya, jika Pas tidak sokong dia tidak akan dapat jadi Perdana Menteri. Dan memang hakikatnya begitu. Baginya jika Abdul Hadi jadi presiden bermakna impian itu akan melayang begitu saja.." ceritanya lagi.

"Maksudnya?" soal saya. "Sebab dia kira Hadi dan the gengnya tidak akan bersamanya. Maknanya, dia mesti hapuskan Hadi untuk menyenangkan tugas-tugasnya. Hadi harus diganti dengan orang lain. Jadi apa yang Tok Guru lakukan ini adalah untuk memenuhi agenda itu. Sudah faham?" jelasnya sedikit memerli akan kedunguan saya.

"Ana tidak fikir begitu!" saya cuba menafikannya. "Anta kena baca sejarah hubungan mereka ini semua. Dari mana asal mereka. Apa pegangan politik mereka. Mereka ini semua bukan daripada kumpulan ulama tradisi yang menerima tarbiah awal Pas. Mereka ini adalah kumpulan moden yang datang bertenggek dengan gerakan Islam Pas. Latar belakang mereka sebegini menyebabkan mereka cemas tidak akan diterima Pas.

"Jadi sebelum apa-apa dan untuk selamatkan diri mereka, mereka kena berusaha selamatkan diri dan puak-puak mereka," khutbahnya panjang lebar. "Hatta menggunakan jasa baik Tok Guru?" "Ya hatta menggunakan nama baik dan wibawa Tok Guru itu," tegasnya sambil mengilai manja.

"Tok Guru sedar dia diperalatkan?" saya membalikkan persoalan yang dikemukakannya. "Ana rasa Tok Guru sedar," katanya meyakini kearifan Tok Guru dengan segala yang berlegar di sekelilingnya.

"Jadi EGM itu perlulah diadakan?" saya terus menduga. "Untuk apa? Tok Guru tiada masalah sehinggakan memerlukan EGM. Yang hendak EGM orang-orang itu! Orang bermasalah dalam Pas, Tok Guru tiada apa-apa masalah," katanya.

Itu antara petikan menarik yang ditulis Mohd Sayuthi dan luahan aktivis terbabit adalah antara teori yang bermain di kebanyakan ahli dan pemerhati politik – agenda seorang pemimpin politik yang sanggup melakukan apa saja asalkan impiannya untuk menjadi Perdana Menteri tercapai.

Tidak perlu dinyatakan siapa pemimpin itu dan siapa dalang utama dalam Pas yang mahu menyingkir barisan kepemimpinan diketuai Abdul Hadi. Apa yang nyata Nik Aziz merelakan diri dipergunakan bagi kepentingan segelintir anak buahnya yang berasa diri dipinggirkan golongan liberal ini, terutama selepas pemilihan barisan kepemimpinan parti yang lalu.

Mesyuarat khas Pas malam ini yang dijangka dihadiri semua 45 ahli jawatankuasanya sudah pasti akan memberi tumpuan kepada Nik Aziz yang hadir sebagai Pesuruhjaya Pas Kelantan, kerana ramai ingin tahu mengapa secara tiba-tiba ulama yang dihormati ini melenting terhadap barisan pemimpin yang dipilih sendiri ahli akar umbi.

Nik Aziz perlu menjawab persoalan akar umbi seperti yang diluahkan Faisal: "Orang yang tidak patut dibela (contohnya) beriya-iya dipertahankan. Sebagai 'orang Pas' apabila Presiden yang dipilih secara demokratik mahu disingkirkan semata-mata kerana ingin mempertahankan parasit dari luar, maka saya rasa itu sudah melampau."

husnuzan dalam amal jama'i

Ada 4 macam husnuzhan di dalam beramal jama'i


1. Husnuzhan kepada Allah.


Apabila Allah ternyata menaqdirkan ditangguhkannya kemenangan kita, maka hal yang bisa kita jadikan alasan untuk berhusnuzhan kepada Allah adalah (berdasarkan sirah rasulullah SAW):
Bisa jadi Allah ingin memberikan pelajaran kepada kita, bahwa kemenangan itu hanyalah semata-mata milik Allah, sehingga kita harus menyerahkan masalah hasil kepada Allah. manusia hanya berkewajiban berikhtiar
Bisa jadi ada elemen2 yang mempunyai niatan2 yang tidak lurus dalam berjuang, sehingga Allah ingin membersihkan jalan da'wah ini dan menguji siapa yang benar2 ikhlas dalam berjuang
Bisa jadi masih ada sisa-sisa potensi kebaikan di pihak musuh, yang mungkin dapat mendukung kita di masa yang akan datang
Bisa jadi model pertempuran yang terjadi belum benar2 merupakan pertempuran antara yang haq dan bathil
Bisa jadi belum ada bi'ah yang kondusif untuk menegakkan yang Haq jika kita diberikan kemenangan pada saat ini


2. Husnuzhan kepada Jama'ah


senantiasa menyikapi segala keputusan amal jama'i dengan fikrul ilmiyah guna memperkuat keyainan kita, dan tidak terus - terusan bersandar kepada berpikir konspiratif


3. Husnuzhan kepada sesama saudara


Mengubah sesuatu yang negatif menjadi lebih positif dari sudut pandang kita
Bbersedih jika diri kita menjadi sumber informasi tentang keburukan ikhwah yang lain


4. Husnuzhan kepada sesama mu'min


Tidak menganggap bahwa seorang yang 'ammah (belum tertarbiyah) tidak lebih baik dari pada kita. Karena sangat mungkin mereka lebih sholih dan lebih mulia posisinya dihadapan Allah jika dibandingkan dengan kita

Sekuntum Cinta Pengantin Surga

Pemaparan indah dari Ulama besar umat Islam, Ibn Qayyim Al Jauziyah tentang sebuah cinta sepasang manusia. Cinta karena Allah… cinta yang membutuhkan sebuah aturan dalam batas-batas syari’at, bukan cinta atas dasar nafsu kebinatangan.

————————–

Cinta itu mensucikan akal, mengenyahkan kekhawatiran, memunculkan keberanian, mendorong berpenampilan rapi, membangkitkan selera makan, menjaga akhlak mulia, membangkitkan semangat, mengenakan wewangian, memperhatikan pergaulan yang baik, serta menjaga adab dan kepribadian. Tapi cinta juga merupakan ujian bagi orang-orang yang shaleh dan cobaan bagi ahli ibadah,” Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam bukunya Raudah Al-Muhibbin wa Nuzhah Al-Musytaqin memberikan komentar mengenai pengaruh cinta dalam kehidupan seseorang.

Bila seorang kekasih telah singgah di hati, pikiran akan terpaut pada cahaya wajahnya, jiwa akan menjadi besi dan kekasihnya adalah magnit. Rasanya selalu ingin bertemu meski sekejab. Memandang sekilas bayangan sang kekasih membuat jiwa ini seakan terbang menuju langit ke tujuh dan bertemu dengan jiwanya.

Indahnya cinta terjadi saat seorang kekasih secara samar menatap bayangan orang yang dikasihi. Bayangan indah itu laksana air yang menyirami, menyegarkan, menyuburkan pepohonan taman di jiwa.

Dahulu di kota Kufah tinggallah seorang pemuda tampan rupawan yang tekun dan rajin beribadat, dia termasuk salah seorang yang dikenal sebagai ahli zuhud. Suatu hari dalam pengembaraannya, pemuda itu melewati sebuah perkampungan yang banyak dihuni oleh kaum An-Nakha’. Demi melepaskan penat dan lelah setelah berhari-hari berjalan maka singgahlah dia di kampung tersebut. Di persinggahan si pemuda banyak bersilaturahim dengan kaum muslimin. Di tengah kekhusyu’annya bersilaturahim itulah dia bertemu dengan seorang gadis yang cantik jelita.

Sepasang mata bertemu, seakan saling menyapa, saling bicara. Walau tak ada gerak lidah! Tak ada kata-kata! Mereka berbicara dengan bahasa jiwa. Karena bahasa jiwa jauh lebih jujur, tulus dan apa adanya. Cinta yang tak terucap jauh lebih berharga dari pada cinta yang hanya ada di ujung lidah. Maka jalinan cintapun tersambung erat dan membuhul kuat. Begitulah sejak melihatnya pertama kali, dia pun jatuh hati dan tergila-gila. Sebagai anak muda, tentu dia berharap cintanya itu tak bertepuk sebelah tangan, namun begitulah ternyata gayung bersambut. Cintanya tidak berada di alam khayal, tapi mejelma menjadi kenyataan.

Benih-benih cinta itu bagai anak panah melesat dari busurnya, pada pertemuan yang tersamar, pertemuan yang berlangsung sangat sekejab, pertemuan yang selalu terhalang oleh hijab. Demikian pula si gadis merasakan hal serupa sejak melihat pemuda itu pada kali yang pertama.

Begitulah cinta, ketika ia bersemi dalam hati… terkembang dalam kata… terurai dalam perbuatan…Ketika hanya berhenti dalam hati, itu cinta yang lemah dan tidak berdaya. Ketika hanya berhenti dalam kata, itu cinta yang disertai dengan kepalsuan dan tidak nyata…

Ketika cinta sudah terurai jadi perbuatan, cinta itu sempurna seperti pohon; akarnya terhujam dalam hati, batangnya tertegak dalam kata, buahnya menjumbai dalam perbuatan. Persis seperti iman, terpatri dalam hati, terucap dalam lisan, dan dibuktikan oleh amal.

Semakin dalam makna cinta direnungi, semakin besar fakta ini ditemukan. Cinta hanya kuat ketika ia datang dari pribadi yang kuat, bahwa integritas cinta hanya mungkin lahir dari pribadi yang juga punya integritas. Karena cinta adalah keinginan baik kepada orang yang kita cintai yang harus menampak setiap saat sepanjang kebersamaan.

Begitupun dengan si pemuda, dia berpikir cintanya harus terselamatkan! Agar tidak jadi liar, agar selalu ada dalam keabadian. Ada dalam bingkai syari’atnya. Akhirnya diapun mengutus seseorang untuk meminang gadis pujaannya itu. Akan tetapi keinginan tidak selalu seiring sejalan dengan takdir Allah. Ternyata gadis tersebut telah dipertunangkan dengan putera bapak saudaranya.

Mendengar keterangan ayah si gadis itu, pupus sudah harapan si pemuda untuk menyemai cintanya dalam keutuhan syari’at. Gadis yang telah dipinang tidak boleh dipinang lagi. Tidak ada jalan lain. Tidak ada jalan belakang, samping kiri, atau samping kanan. Mereka sadar betul bahwa jalinan asmaranya harus diakhiri, karena kalau tidak, justeru akan merusak ’anugerah’ Allah yang terindah ini.

Bayangkan, bila dua kekasih bertemu dan masing-masing silau serta mabuk oleh cahaya yang terpancar dari orang yang dikasihi, ia akan melupakan harga dirinya, ia akan melepas baju kemanusiaannya dengan menabrak tabu. Dan, sekali bunga dipetik, ia akan layu dan akhirnya mati, dipijak orang karena sudah tak berguna. Jalan belakang ’back street’ tak ubahnya seperti anak kecil yang merusak mainannya sendiri. Penyesalan pasti akan datang belakangan, menangispun tak berguna, menyesal tak mengubah keadaan, badan hancur jiwa binasa.

Cinta si gadis cantik dengan pemuda tampan masih menggelora. Mereka seakan menahan beban cinta yang sangat berat. Si gadis berpikir barangkali masih ada celah untuk bisa ’diikhtiarkan’ maka rencanapun disusun dengan segala kemungkinan terpahit. Maka si gadis mengutus seorang hambanya untuk menyampaikan sepucuk surat kepada pemuda tambatan hatinya:

”Aku tahu betapa engkau sangat mencintaiku dan karenanya betapa besar penderitaanku terhadap dirimu sekalipun cintaku tetap untukmu. Seandainya engkau berkenan, aku akan datang berkunjung ke rumahmu atau aku akan memberikan kemudahan kepadamu bila engkau mau datang ke rumahku.”

Setelah membaca isi surat itu dengan seksama, si pemuda tampan itu pun berpesan kepada kurir pembawa surat wanita pujaan hatinya itu.

“Kedua tawaran itu tidak ada satu pun yang kupilih! Sesungguhnya aku takut akan siksaan hari yang besar bila aku sampai durhaka kepada Tuhanku. Aku juga takut akan neraka yang api dan jilatannya tidak pernah surut dan padam.”

Pulanglah kurir kekasihnya itu dan dia pun menyampaikan segala yang disampaikan oleh pemuda tadi.

Tawaran ketemuan? Dua orang kekasih? Sungguh sebuah tawaran yang memancarkan harapan, membersitkan kenangan, menerbitkan keberanian. Namun bila cinta dirampas oleh gelora nafsu rendah, keindahannya akan lenyap seketika. Dan berubah menjadi naga yang memuntahkan api dan menghancurkan harga diri kita. Sungguh heran bila saat ini orang suka menjadi korban dari amukan api yang meluluhlantakkan harga dirinya, dari pada merasakan keindahan cintanya.

“Sungguh selama ini aku belum pernah menemukan seorang yang zuhud dan selalu takut kepada Allah swt seperti dia. Demi Allah, tidak seorang pun yang layak menyandang gelar yang mulia kecuali dia, sementara hampir kebanyakan orang berada dalam kemunafikan.” Si gadis berbangga dengan kesalehan kekasihnya.

Setelah berkata demikian, gadis itu merasa tidak perlu lagi kehadiran orang lain dalam hidupnya. Pada diri pemuda itu telah ditemukan seluruh keutuhan cintanya. Maka jalan terbaik setelah ini adalah mengekalkan diri kepada ’Sang Pemilik Cinta’. Lalu diapun meninggalkan segala urusan duniawinya serta membuang jauh-jauh segala sesuatu yang berkaitan dengan dunia. Memakai pakaian dari tenunan kasar dan sejak itu dia tekun beribadat, sementara hatinya merana, badannya juga kurus oleh beban cintanya yang besar kepada pemuda yang dicintainya.

Bila kerinduan kepada kekasih telah membuncah, dan dada tak sanggup lagi menahahan kehausan untuk bersua, maka saat malam tiba, saat manusia terlelap, saat bumi menjadi lengang, diapun berwudlu. Shalatlah dia dikegelapan gulita, lalu menengadahkan tangan, memohon bantuan Sang Maha Pencipta agar melalui kekuasaa-Nya yang tak terbatas dan dapat menjangkau ke semua wilayah yang tak dapat tersentuh manusia., menyampaikan segala perasaan hatinya pada kekasih hatinya. Dia berdoa karena rindu yang sudah tak tertanggungkan, dia menangis seolah-olah saat itu dia sedang berbicara dengan kekasihnya. Dan saat tertidur kekasihnya hadir dalam mimpinya, berbicara dan menjawab segala keluh-kesah hatinya.

Dan kerinduannya yang mendalam itu menyelimuti sepanjang hidupnya hingga akhirnya Allah memanggil ke haribaanNya. Gadis itu wafat dengan membawa serta cintanya yang suci. Yang selalu dijaganya dari belitan nafsu syaithoni. Jasad si gadis boleh terbujur dalam kubur, tapi cinta si pemuda masih tetap hidup subur. Namanya masih disebut dalam doa-doanya yang panjang. Bahkan makamnya tak pernah sepi diziarahi.

Cinta memang indah, bagai pelangi yang menyihir kesadaran manusia. Demikian pula, cinta juga sangat perkasa. Ia akan menjadi benteng, yang menghalau segala dorongan yang hendak merusak keindahan cinta yang bersemayam dalam jiwa. Ia akan menjadi penghubung antara dua anak manusia yang terpisah oleh jarak bahkan oleh dua dimensi yang berbeda.

Pada suatu malam, saat kaki tak lagi dapat menyanggah tubuhnya, saat kedua mata tak kuasa lagi menahan kantuknya, saat salam mengakhiri qiyamullailnya, saat itulah dia tertidur. Sang pemuda bermimpi seakan-akan melihat kekasihnya dalam keadaan yang sangat menyenangkan.

“Bagaimana keadaanmu dan apa yang kau dapatkan setelah berpisah denganku?” Tanya Pemuda itu di alam mimpinya.

Gadis kekasihnya itu menjawab dengan menyenandungkan untaian syair:

Kasih…

cinta yang terindah adalah mencintaimu,

sebuah cinta yang membawa kepada kebajikan.

Cinta yang indah hingga angin syurga berasa malu

burung syurga menjauh dan malaikat menutup pintu.

Mendengar penuturan kekasihnya itu, pemuda tersebut lalu bertanya kepadanya, “Di mana engkau berada?”

Kekasihnya menjawab dengan melantunkan syair:

Aku berada dalam kenikmatan

dalam kehidupan yang tiada mungkin berakhir

berada dalam syurga abadi yang dijaga

oleh para malaikat yang tidak mungkin binasa

yang akan menunggu kedatanganmu,

wahai kekasih…

“Di sana aku bermohon agar engkau selalu mengingatku dan sebaliknya aku pun tidak dapat melupakanmu!” Pemuda itu mencoba merespon syair kekasihnya

“Dan demi Allah, aku juga tidak akan melupakan dirimu. Sungguh, aku telah memohon untukmu kepada Tuhanku juga Tuhanmu dengan kesungguhan hati, hingga Allah berkenan memberikan pertolongan kepadaku!” jawab si gadis kekasihnya itu.

“Bilakah aku dapat melihatmu kembali?” Tanya si pemuda menegaskan

“Tak lama lagi engkau akan datang menyusulku kemari,” Jawab kekasihnya.

Tujuh hari sejak pemuda itu bermimpi bertemu dengan kekasihnya, akhirnya Allah mewafatkan dirinya. Allah mempertemukan cinta keduanya di alam baqa, walau tak sempat menghadirkan romantismenya di dunia. Allah mencurahkan kasih sayang-Nya kepada mereka berdua menjadi pengantin syurga.

Subhanallaah! Cinta memiliki kekuatan yang luar biasa. Pantaslah kalau cinta membutuhkan aturan. Tidak lain dan tidak bukan, agar cinta itu tidak berubah menjadi cinta yang membabi buta yang dapat menjerumuskan manusia pada kehidupan hewani dan penuh kenistaan. Bila cinta dijaga kesuciannya, manusia akan selamat. Para pasangan yang saling mencintai tidak hanya akan dapat bertemu dengan kekasih yang dapat memupus kerinduan, tapi juga mendapatkan ketenangan, kasih sayang, cinta, dan keridhaan dari dzat yang menciptakan cinta yaitu Allah SWT. Di negeri yang fana ini atau di negeri yang abadi nanti.

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya di antara kamu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Ruum)

Hakikat Cinta

Bismillah...

Cinta adalah bagian dari fitrah manusia, bahkan orang yang sudah kehilangan rasa cintanya, berarti dia tidak lagi normal.

Cinta bisa membawa kita kepada kebahagiaan, tetapi banyak juga orang yang menderita karena cinta. Kalau kita tidak berhati-hati, cinta ini bisa membutakan dan menulikan kita. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam telah bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Ahmad: "Cintamu kepada sesuatu menjadikan kamu buta dan tuli." Maka bersyukurlah orang-orang yang diberi cinta dan bisa menyikapi rasa cintanya itu dengan tepat.

Cinta memang sudah ada dalam diri kita, diantaranya cinta kepada harta, kedudukan juga terhadap pasangan jenis. Sebagaimnana Allah Ta’ala telah berfirman:

"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia, kecintaan kepada apa-apa yang diinginkan yaitu wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup didunia dan disisi Allah tempat kembali yang baik (surga)." (Ali Imron: 14)

Cinta yang paling tinggi adalah cinta karena Allah Ta’ala. Akan tetapi, kebanyakan dari rasa cinta yang ada pada diri kita, lebih sering menjadi cobaan buat kita, yaitu cinta yang lebih cenderung kepada maksiat dan cinta yang diliputi oleh hawa nafsu, sehingga mengakibatkan makin berkurangnya rasa malu dalam diri kita. Dan akhirnya, kita tidak segan lagi untuk berbuat maksiat, bahkan merasa bangga dengan kemaksiatan yang telah kita perbuat. Inilah akibat jika kita tidak bisa mengendalikan cinta.

Islam adalah agama yang hanif. Agama ini diturunkan agar menjadi petunjuk bagi umat manusia. Agama Islam juga tidak melarang atau mengekang manusia dari rasa cinta, tetapi agama ini telah mengarahkan cinta agar tetap berada pada rel-nya untuk menjaga martabat dan kehormatan umat manusia itu sendiri, baik laki-laki maupun perempuan.

Kalau kita sudah jatuh cinta maka kita harus lebih berhati-hati, karena laksana kita minum air laut semakin diminum malah semakin bertambah haus. Cinta yang sejati hanyalah cinta kepada Allah Ta’ala. Demikian juga, cinta kepada pasangan jenis adalah cinta setelah akad nikah, adapun selebihnya adalah cobaan dan fitnah buat kita saja. Maka berhati-hatilah kita dan berusahalah untuk mengendalikan rasa cinta dalam diri kita.

Oleh karena itu, berhati-hatilah dalam pergaulan. Jagalah batasan-batasan antara laki-laki dan perempuan, tundukkanlah pandangan, dan jangan dekati zina dalam bentuk apapun. Dan yang lebih utama lagi, alihkan cinta kita kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Jangan kita memperturuti hawa nafsu, karena nafsu bisa menjerumuskan kita kepada jurang kenistaan. Sepertinya cinta, tapi ternyata hanya nafsu belaka. Wallahu a’lam.

“Ya Allah..., aku memohon kepada-Mu kecintaan kepada-Mu, kecintaan kepada orang yang mencintai-Mu, dan aku meminta amalan yang bisa mengantarkan aku kepada cinta-Mu.

Andai ini Ramadhan dan Syawal terakhir buatku

Salam kpd semua shbt sekalian.Hari ini sudah hari ke 28 umat Islam di Malaysia berpuasa.Dijangka puasa tahun ini 29 hari sajadan kita akan menyambut Syawal Ahad ini 20September.Di kala ini penulis termenung seketika.Rasanya Ramadhan kali ini kurang baik bagi penulis krn tidak dapat manfaatkan dengan sebaiknya.Tadarus yang tak habis,qiamulail yg terlepas,solat sunat yang sedikit membuatkan diri rasa tarbiah sangat kurang.

Di kala ini penulis teringat pada arwah Nabil.Walaupun sudah banyak blog yang menulis tentang arwah dan mengingatinya penulis tidak mahu mencatatkan artikel tentangnya.Malah di kalangan muslimat yang tidak pernah kenal arwah lebih dekat terasa kehilangannya.Apa yang penulis terkilan ketika arwah sakit penulis tidak sempat menziarahinya dan hanya sempat melihat kuburnya saja ketika hari pengebumiannya.Terkenang ketika di Pj bilik yang selalu penulis ziarah dan lepak adalah biliknya,mana tidak biliknya adalah bilik 'port' kami.Malah di bilik itu juga kami menyakat sahabat2 bila hari jadi tiba termasuk dirinya yang teruk kami kenakan juga.

Tatkala ini penulis merenung diri.Timbul persoalan andainya aku juga pergi adakah sahabat akan mengenangku?Adakah akan ada rombongan melawat rumahku dan membuat tahlil padaku?Adakah ada sahabat yg akan mengisahkan diriku dlm blognya?Penulis tidak mengharapkan itu kerana penulis tahu diri penulis bukannya thiqah dan baik pun.Orang yang matinya dalam husnul khatimah serta semasa hayatnya disukai ramai pasti akan dirindui pemergiannya seperti arwah Nabil.

Kepada sahabat sekalian maafkan daku atas kesilapan serta keterlanjuran kata dan badanku.Aku tahu diri ini banyak menyebabkan kalian sakit hati.Terkenang penulis ketika satu sesi khas kenali diri di satu program tarbiah yg penulis hadiri,ketika sesi itu ternyata banyak sungguh kelemahanku dan ramai x suka padaku.Jika shbt lain 'dibina' semula selepas habis 'dilumat' tapi penulis tidak 'dibina'dgn baik kerana kekurangan mass.Akibatnya penulis agak down dan akhirnya tumbang sebelum hari penghabisan.Namun penulis kuatkan diri juga 'membina' diriku semula.Hakikatnya diri penulis ini seorang yang luarnya nampak selamba tetapi dalam hati hanya Allah yang tahu.Penulis memang sukar berkongsi sesuatu dgn org lain termasuk shbt rapat sekalipun.

Kemudian aku melihat pada keluargaku pula.Dibandingkan dgn shbt seperjuangan lain yg berasal dari keluarga ditarbiah mereka sgt bertuah.Keluargaku bukanlah islamik mana malah bukan fikrah Islam pun.Tak perlula aku membuka pekung di dada.Di sini aku merenung bagaimana aku mahu menjawab di akhirat kelak di hadapan Allah krn aku gagal menyelamatkan keluargaku.Adakah bila aku mahu dimasukkan ke syurga kelak keluargaku menarik semuala ku masuk ke neraka?Di rumah aku cuna tonjolkan qudwah yg terbaik.Sedih bila mekihat sangibu yang fanatik pada ideologi kebangsaanya.Sedih melihat sang abang yang asyik dgn 'aweknya'.Sedih melihat sanga adik yg selalu dgn hpnya malah meletakkan gmbar lelaki di screen hp walaupun baru Form 2.Di mana tanggungjwbku?Aku gagal membawa familiku ke jalan diredhai.Aku x mampu pikiul beban ini berseorangan.

And then bila aku melihat masyarakat sekitarku lagi besar rupanya tanggungjwbku.Sebelum ini aku hanya mampu mengajar 3 bulan sbg guru Kafa itupun tiada apa yg aku sumbangkan.Ya Allah lagi besar tanggungjwbku.Melihat rakan sekolah rendahku yg dulu cukup baik kini yg lakinya jadi mat rempit dan kaki lepak manakala yg perempuannya pakaianya cukup mencolok dan senang ditunggang lelaki dongos ke mana saja.

Maafkan aku semua.Aku tahu kekuranganku.Andainya ini Ramadhan terakhirku jgnlah ada sapa menangisi pemergianku.Hakikatnya aku juga pernah mengalami zaman hitamku.Andai ini ramadhan terakhir buatku ampunlkan segala dosaku wahai ayah,ibu,adik beradik,sahabat serta semua yg mengenaliku.Doakanku dapat bertemu Ramadhan akan datang

Tazkirah - Menggapai Lailatul Qadr

Makna Lailatul Qadr

Lailatul Qadr adalah malam diturunkannya al-Quran oleh Allah Ta’ala. Namun begitu terdapat beberapa makna malam lailatul qadr berdasarkan pendapat para ulama seperti berikut.

Pertama: maknanya adalah malam keputusan; atau malam penetapan. Dinamakan demikian kerana pada malam itu Allah Ta’ala menetapkan perintah-Nya yang Dia kehendaki, berupa kematian, ajal, rezeki dan lainnya sampai malam Al-qadr tahun berikutnya. Ini pendapat Ibnu Abbas, Ikrimah dan Sa’id bin Jubair.

Kedua: maknanya adalah malam kemuliaan. Dinamakan demikian kerana keagungannya, dan kemuliaannya. Ini pendapat az-Zuhri dan lainnya. Ada juga yang mengatakan dinamakan demikian kerana perbuatan-perbuatan ketaatan pada malam itu memiliki nilai yang agung dan pahala yang banyak. Abu Bakar al-Warraq berkata: “Dinamakan demikian kerana orang yang tidak punya kemuliaan dan keutamaan akan mendapatkannya, jika dia menghidupkan malam tersebut.” Ada juga yang mengatakan dinamakan demikian kerana pada malam itu Allah Ta’ala menurunkan Kitab (al-Quran) yang memiliki kemuliaan, kepada Rasul (Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam) yang memiliki kemuliaan. Pendapat lain menyatakan, kerana pada malam itu para malaikat yang memiliki kemuliaan dan kepentingan turun ke bumi. Pendapat lain menyatakan, kerana pada malam itu Allah Ta’ala menurunkan kebaikan, berkah dan ampunan.

Ketiga: maknanya adalah malam yang sempit. Dinamakan demikian kerana pada malam itu bumi sesak/sempit dengan para malaikat. Ini dinyatakan oleh al-Khalil. (Lihat semua keterangan di atas dalam Tafsir al-Qurthuby surat al-Qadr).

Keutamaannya

Cukuplah sebagai keutamaannya bahawa lailatul qadr itu lebih baik daripada seribu bulan. Allah berfirman (yang artinya): “Sesungguhnya Kami telah menurunkan (al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan.” (QS. al-Qadr 1-3). Kebanyakan ahli tafsir menyatakan bahawa yang dimaksudkan adalah suatu amalan yang dilakukan pada malam itu lebih baik daripada amalan yang dilakukan seribu bulan yang tidak ada lailatul qadr padanya. Ini dikatakan oleh Mujahid, Qatadah, as-Syafi’i, dan lainnya. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir, al-Qurthuby, as-Sa’di dan lainnya dalam surat al-Qadr).

Oleh kerana itulah lailatul qadr merupakan malam yang diberkahi. Allah Ta’ala berfirman (yang maksudnya):
“Haa Miim. Demi Kitab (al-Quran) yang menjelaskan. Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah. (Iaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah yang mengutus rasul-rasul sebagai rahmat dari Rabb-mu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS ad-Dukhan 1-6).

Waktunya

Ada riwayat dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa lailatul qadr terjadi pada malam Ramadhan ke 21, 23, 25, 27, 29 dan akhir malam bulan Ramadhan. Pendapat terkuat waktunya adalah pada malam-malam ganjil bulan Ramadhan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Carilah lailatul qadr pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan”. (HR. Bukhari, Muslim no. 1169 dari ‘Aisyah).

Dan memang ilmu tentang hal tersebut telah diambil oleh Allah daripada Nabi gara-gara kesalahan (iaitu pertengkaran) yang dilakukan oleh dua lelaki di antara umat beliau. ‘Ubadah bin as-Shamit berkata: “Bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar akan memberitahukan tentang lailatul qadr, lalu ada dua lelaki di antara kaum muslimin bertengkar maka beliau bersabda: “Sesungguhnya aku keluar untuk memberitahukan kalian tentang lailatul qadr. Tetapi sesungguhnya si Fulan dan si Fulan bertengkar sehingga diangkatlah (ilmu tentang waktu lailatul qadr). Namun mudah-mudahan hal itu lebih baik bagi kalian. Carilah lailatul qadr pada malam tujuh, sembilan dan lima (yang terakhir).” (HR. al-Bukhari).

Menggapai Keutamaannya

Jika kita telah mengetahui hal-hal di atas, hendaklah kita memperbanyak berbagai amalan ketaatan pada waktu-waktu di atas. Amalan-amalan itu seperti solat terawih, membaca al-Quran, sedekah, zikir, berdoa dan lain-lain. ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: “Kebiasaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam jika telah masuk sepuluh akhir Ramadhan, beliau menghidupkan malamnya, membangunkan isterinya, bersungguh-sungguh (beribadah) dan mengencangkan sarungnya (tidak menggauli isterinya).” (HR. Bukhari dan Muslim 1174).

‘Aisyah juga pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat anda jika aku mengetahui waktu lailatul qadr, apa yang aku ucapkan di malam itu?” Beliau menjawab: “Ucapkanlah: Allaahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annii (wahai Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, Engkau suka memaafkan, maka maafkanlah daku).” (HR. Ibnu Majah dan at-Tirmidzi dengan sanad yang shahih)Tanda-tandanyaRasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberitahukan tanda-tanda lailatul qadr di dalam beberapa hadisnya, antara lain: Dari Abu Hurairah dia berkata: “Kami memperbincangkan lailatul qadr di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu beliau bersabda: ”Siapa diantara kalian yang mengingat ketika bulan muncul, yang bulan itu seperti separuh piring”. (HSR. Muslim).Al-Qadhi ‘Iyadh berkata: “Padanya terdapat isyarat bahwa lailatul qadr hanyalah akan terjadi pada akhir-akhir bulan, karena bulan tidak akan demikian munculnya kecuali pada akhir-akhir bulan”. (Sifat Shaum Nabi, hal. 90). Ubay bin Ka’b berkata: “Demi Allah, sesungguhnya aku mengetahui bila lailatul qadr itu, iaitu malam yang kami diperintahkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk solat padanya. Iaitu malam yang esok paginya (adalah hari ke) dua puluh tujuh. Adapun tandanya adalah matahari akan terbit pada pagi harinya dalam keadaan putih tidak menyilaukan.” (HSR. Muslim no. 762, Tirmidzi, Abu Dawud, al-Humaidi dan lainnya).
Ibnu Abbas berkata: “Lailatul Qadr adalah malam yang lembut, sedang, tidak panas, tidak dingin; matahari akan terbit pada pagi harinya dalam keadaan lembut, merah“. (HR. at-Thayalisi 349, Ibnu Khuzaimah dan al-Bazzar dengan sanad yang hasan)

Sekian, Wallahu A’lam…

Advice to Muslims in Ramadhan

From the book "Khulaasatul Kalaam" by Shaykh Jaarullah.

Brother Muslim, Sister Muslima:

1. Fast Ramadhan with belief and truly seeking the reward of Allah the Most High so that He may forgive you your past sins.

2. Beware of breaking your fast during the days of Ramadhan without a valid Islamic excuse, for it is from the greatest of sins.

3. Pray Salat ut-Taraweeh and the night prayer during the nights of Ramadhan - especially on Layatul-Qadr - based on belief and truly seeking the reward of Allah, so that Allah may forgive you your past sins.

4. Make sure that your food, your drink and your clothing are from halal means, in order that your actions be accepted, and your supplications answered. Beware of refraining from the halal while fasting and breaking your fast with the haram.

5. Give food to some fasting people to gain a reward similar to theirs.

6. Perform your five prayers on time in congregation to gain the reward and Allah's protection.

7. Give a lot of charity for the best charity is that of Ramadhan.

8. Beware of spending your time without performing righteous deeds, for you will be responsible and reckoned for it and will be rewarded for all you do during your time.

9. Perform `umrah in Ramadhan for `Umrah in Ramadhan is equal to Hajj.

10. Seek help for fasting during the day by eating the sahoor meal in the last part of the night before the appearance of Fajr.

11. Hasten breaking your fast after the sun has truly set in order to gain the love of Allah.

12. Perform ghusl before fajr if you need to purify yourself from the state of major impurity so that you are able to do acts of worship in a state of purity and cleanliness.

13. Cease the opportunity of being in Ramadhan and spend it with the good that has been revealed in it - by reciting the noble Qur'an and pondering and reflection of its meanings so that it be a proof for you with your Lord and an intercessor for you on the Day of Reckoning.

14. Preserve your tongue from lying, cursing, backbiting and slander for it decreases the reward of fasting.

15. Do not let fasting cause you cross your boundaries by getting upset due to the slightest of reasons. Rather, fating should be a cause of peacefulness and tranquility of your soul.

16. Upon completion of fasting, be in a state of taqwa of Allah the Most High, being aware of Allah watching you in secret and in public, in thankfulness for His favors, and steadfastness upon obedience of Allah by doing all what He has ordered and shunning all that He has prohibited.

17. Increase in remembrance of Allah, seeking of forgiveness, asking for Paradise and protection against the Fire, especially when fasting, while breaking the fast and during suhoor, for these actions are among greatest causes of attaining Allah's forgiveness.

18. Increase in supplication for yourself, your parents, your children and Muslims, for Allah has ordered making of supplications and has guaranteed acceptance.

19. Repent to Allah with a sincere repentance in all times by leaving sins, regretting those that you have done before and firmly deciding not to return to them in the future, for Allah accepts repentance of those who repent.

20. Fast six days of Shawwal, for whoever fasts Ramadhan and then follows it with six days of Shawwal, it is as if he fasts all the time.

21. Fast on the Day of `Arafah, the 9th of Dhul Hijjah, to attain success by being forgiven your sins of the last year and the coming year.

22. Fast on the day of `Aashuraa', the 10th of Muharram, along with the 9th, to attain success by being forgiven your sins of the past year.

23. Continue being in a state of iman and taqwa and perform righteous actions after the month of Ramadhan, until you die. "And worship your Lord until there comes to you the certainty (i.e. death)". [Qur'an 15:99]

24. Ensure that you attain the positive effects of your acts of worship such as prayer, fasting, zakat and hajj, sincere repentance and leaving of customs that are in variance with the Sharee`ah.

25. Invoke a lot of salawat and salam upon the Messenger of Allah, may Allah's blessings and peace be upon him, his Companions and all those who follow them until the Day of Judgment.

O Allah make us and all Muslims of those who fast and stand in prayer during the month of Ramadhan based on belief and truly seeking Your reward so that we are forgiven our past and future sins.

O Allah make us of those who fasted the month, attained full reward, witnessed Layatul-Qadr and attained success by permission of the Lord, Blessed and Most High.

O Allah, verily you are Forgiver, like to forgive, so forgive us.

O Lord, accept from us, verily you are the All-Hearing, all-Seeing, O Living, O Independent, O Owner of all majesty and honor.

And may Allah's blessings and peace be upon Muhammad, his family and his Companions.

17 pengkhianatan Umno terhadap orang Melayu

Berikut adalah 17 pengkhianatan Umno terhadap orang Melayu

1. Melemahkan institusi raja-raja Melayu yang menjadi simbol ketuanan Melayu.

2. Melemahkan sistem kehakiman negara.

3. Menarik balik royalti rakyat petroleum rakyat Terengganu yang majoriti orang Melayu.

4. Memperkenalkan PPSMI; menghapuskan bahasa Melayu.

5. Menarik peruntukan geran kepada Sekolah Agama Rakyat, tempat belajar agama anak-anak Melayu.

6. Memperkenalkan meritrokrasi; mengurangkan peluang belajar anak-anak Melayu.

7. Memperkenalkan PTPTN dan mengurangkan biasiswa kepada anak-anak Melayu.

8. Persempadanan semula pilihanraya pada 2002; mengurangkan kawasan majoriti orang Melayu.

9. Menafikan hak royalti rakyat Kelantan yang majoriti Melayu.

10. Memperkenalkan Islam Hadhari yang mengelirukan orang Melayu.

11. Menyenaraiawamkan syarikat TH Plantation yang dahulunya dimiliki 100% oleh Tabung Haji dan dimiliki oleh orang Melayu. Tetapi sekarang orang bukan Melayu boleh memiliki saham TH Plantation.

12. Menggabungkan syarikat-syarikat konglomerat orang Melayu iaitu; Sime Darby,Guthrie dan Golden Hope, dan sekaligus mengurangkan peluang orang Melayu daripada tiga syarikat kepada satu syarikat sahaja.

13. Memetik kenyataan Mufti Perak, Datuk Harussani � 250 ribu orang Melayu murtad. Semua ini adalah di bawah pemerintahan kerajaan Umno.

14. Mewujudkan Wilayah Iskandar yang menjadi zon bebas, maka orang-orang Singapura boleh masuk secara bebas ke sana.

15. Krisis Menteri Besar di Perlis dan Terengganu apabila Umno sendiri yang menentang keputusan Sultan di negeri berkenaan.

16. Membubarkan Kementerian Pembangunan Usahawan yang menjadi sumber bantuan usahawan-usahawan Melayu.

17. Memperkenalkan liberalisasi ekonomi, maka sekaligus menghapuskan Dasar Ekonomi Baru yang tujuannya membantu ekonomi orang-orang Melayu Bumiputra.

/Pemudagombak.com_

Kenyataan Bodoh Orang Sekular

BUKIT MERTAJAM 19 Ogos - Tan Sri Muhyiddin Yassin mengingatkan pemimpin pembangkang supaya tidak menggadaikan agama semata-mata mahu menang pilihan raya.

Timbalan Perdana Menteri berkata, tindakan mencampuradukkan politik dan agama bagi mencapai tujuan itu merupakan satu perbuatan yang berbahaya.

"Ini soal politik. Bila politik dicampur aduk dengan agama... bahaya," katanya ketika berucap semasa melawat Pusat Peti Undi Kampung Samagagah di sini hari ini.

Beliau berkata demikian sebagai mengulas kenyataan Mursyidul Am Pas, Datuk Nik Abdul Aziz Nik Mat bahawa mereka yang menyokong UMNO tidak akan ke syurga

Semalam, Mursyidul Am Pas, Datuk Nik Abdul Aziz Nik Mat mempertahankan kenyataannya itu dengan alasa UMNO memisahkan Islam dengan iman.

Katanya, sesiapa sahaja yang mengasingkan iman daripada Islam seperti yang diamalkan parti yang menjadi tunjang kepada pemerintahan negara itu tidak akan diterima Allah.

Kenyataan Menteri Besar Kelantan itu dipercayai ada kaitan dengan kempen pilihan raya kecil Permatang Pasir ketika ini yang menyaksikan persaingan sengit antara Pas dan Barisan Nasional (BN).

Dipetik dari utusan

Ulasan

Memang dasar orang sekular bila mengatakan agama dan politik x boleh campur.Inilah masalah ideologi Umno kerana bagi mereka agama hal lain politik hal lain.Tidakkah mereka tahu bahawa Islam itu syumul dan merangkumi semua aspek kehidupan samada sosial,ekonomi,ibadat,muamalat dan sebagainya.Ingatlah maksud firman allah

'Sesungguhnya ad-din di sisi allah adalah Islam"Maksud ad-din disini bukan bermaksud ibadat semata-mata tapi adalah cara hidup iaitu tidak memisahkan kehidupan dgn agama.Sesungguhnya kenyataan Muhyiddin tidak lain kerana kejahilan dan idealisme Umno yang merasakan agama dan politik itu berbeza.

Contoh lain kita boleh kemukakan adalah bagaimana Rasulluah sendiri.Rasulluah bukan sahaja menjadi Imam kepada umat Islam malah beliaulah Ketua Negara,Perancang Ekonomi dan juga Ketua angkatan Perang.

Mengenai persoalan yang ahli Umno tak masuk syurga nampaknya media arus perdana cukup licik memainkan isu ini.Penulis memberi satu contoh mudah.Persoalannya apa Islam yang dibawa oleh Umno?Mereka membawa fahaman nasionalisme dan sekularisme di mana kehidupan dunia tidak boleh dicampur aduk dengan agama.Inikah Islam yang dapat membawa ke syurga.Semestinya Islam yang dapat membawa ke syurga ialah Islam yang syumul dan kita tidak memisahkan kehidupan dunia dgn agama dan akhirat.Malangnya kita lihat Umno telah meletakkan Islam hanya pada tempat tertentu seperti dalam majlis tilawah,masjid atau surau semata.

Satu lagi kita boleh lihat bagaimana isteri-isteri pemimpin mereka.Mereka secara terang tidak menutup aurat.Adakah orang yang melanggar perintah Allah dapat membawa pengikutnya ke syurga.Penulis ada satu cerita yang berlaku di kampus Uia untuk dikongsi bersama.Dresscode Uia menetapkan bahawa perempuan mesti menutup kepala dan pada satu majlis yang dihadiri Dato'Azalina Osman(ketika beliau Menteri Belia Sukan)apabila diberitahu tentang dresscode Uia secara sinis beliau menjawab
"Apa kalau i tak pakai tudung ustaz-ustza kat sini akan naik nafsu ke tengok i"

Satu lagi statement bodoh dari orang yang jahil dan berfahaman sekular.Pembaca boleh fikir sendiri kenapa golongan ulama dan pondok kebanyakan mereka menyokong Pas dan tidak pada Umno,malah anda boleh melihat sendiri sejarah tertubuhnya Pas adalah kerana ulama-ulama dalam Umno tidak berpuas hati dgn Umno ketika itu menangani isu judi pada ketika itu lalu mereka keluar dan menubuhkan satu gerakan yang berpandukan hieraki dan yang membawa ajaran bahawa Islam itu syumul bukan tempelan semata.

Benarkah Wanita Yang Baik Untuk Lelaki Yang Baik Sahaja?Merungkai Salah Faham Masyarakat Islam

Setiap manusia menginginkan pasangan yang baik dalam kehidupan ini.Justeru itulah,fenomena dalam masyarakat kita memperlihatkan kebanyakan wanita atau lelaki baik akan berumahtangga dengan pasangan yang baik juga dalam kehidupan mereka. Perkahwinan antara wanita atau lelaki baik dengan pasangan baik dikira sebagai sesuatu yang wajar dan amat bertepatan dengan keadaan kerana seseorang yang baik sudah sepatutnya berpasangan dengan yang baik juga.Jika diQiaskan kepada rupa,ia boleh diibaratkan sebagai “pertemuan bagai pinang yang dibelah dua.” Di dalam al-Quran,Surah an-Nur; ayat 26; Allah s.w.t. berfirman yang bermaksud:


“Perempuan-perempuan jahat untuk laki-laki jahat,laki-laki Jahat untuk perempuan-perempuan jahat pula,perempuan-perempuan baik untuk laki-laki baik,laki-laki baik untuk perempuan-perempuan baik pula. Mereka itu (orang-orang baik) terlepas dan tuduhan yang mereka katakan,untuk mereka ampunan dan rezeki yang mulia.”

Bagaimanapun,fenomena dalam masyarakat kita juga memperlihatkan, sesetengah manusia baik sama ada wanita atau lelaki tidak pula bertemu jodoh dengan pasangan yang baik.Disebabkan keadaan itu,rumahtangga mereka juga sering kelihatan tidak bahagia dan sesetengahnya turut musnah.Kenapa kejadian seperti itu berlaku? Sedangkan di dalam Surah an-Nur; ayat 26, Allah s.w.t. berfirman yang bermaksud,

“Wanita baik untuk lelaki baik dan lelaki baik untuk wanita baik.”

Pada sesetengah pihak,ayat 26 dalam Surah an-Nur itu difahamkan sebagai janji Allah kepada setiap hambaNya yang akan menjodohkan seseorang yang baik dengan pasangan yang baik juga. Sedangkan pada dasar dan hakikatnya,malahan dalam sebarang keadaan, tempat dan masa,Allah s.w.t. tidak sekali-kali memungkiri janjiNya kepada setiap hambaNya.

Dengan kewujudan perkahwinan seseorang yang baik sama ada wanita atau lelaki dengan pasangan yang tidak baik,sesetengah pihak turut bertanya,apakah pula hikmah yang terselit di sebalik ketentuan Allah terhadap jodoh seseorang yang baik dengan yang tidak baik itu?

Yang sebenarnya ayat tersebut bukanlah menyentuh Qada dan Qadar Allah terhadap jodoh seseorang.Dengan kata lain,Ia juga bukanlah merupakan janji Allah kepada manusia baik yang akan dijodohkan dengan pasangan yang baik.Sebaliknya,ayat berkenaan merupakan peringatan Allah kepada setiap hambaNya atau kepada umat Islam agar memilih manusia yang baik untuk dijadikan pasangan hidup masing-masing.Untuk memahami ayat tersebut dengan mendalam,setiap umat Islam perlu mengetahui sebab-sebab atau latar belakang penurunan ayat berkenaan oleh Allah s.w.t. Ayat itu sebenarnya diturunkan oleh Allah ekoran terdapat tuduhan atau fitnah terhadap isteri Rasulullah,Siti Aisyah yang kononnya melakukan perbuatan jahat dengan seorang lelaki.

Ekoran fitnah itu,ada umat Islam yang mempercayainya.Sedangkan yang sebenarnya,Siti Aisyah itu wanita yang amat baik dan amat suci yang tidak pernah melakukan perbuatan sedemikian, malahan tidak pernah sedikitpun pun terniat melakukannya.Disebabkan peristiwa itulah,Allah

s.w.t. menurunkan ayat itu.Ia merupakan penjelasan Allah mengenai kedudukan sebenarnya mengenal fitnah itu yang tidak benar dan tidak berasas sama sekali.

Selanjutnya setiap umat Islam juga perlu memahami dengan mendalam firman Allah dalam Surah an-Nur; ayat 3 yang bermaksud:

“Laki-laki berzina tiada berkahwin melainkan dengan perempuan berzina pula,atau perempuan musyrik.Perempuan berzina tiada berkahwin, melainkan dengan laki-laki berzina pula atau laki-laki musyrik.Yang demikian itu diharamkan atas orang-orang yang beriman.”

Ayat tersebut tidak bermaksud lelaki yang berzina hanya mesti berkahwin dengan wanita yang berzina dan wanita yang berzina hanyalah boleh berkahwin dengan lelaki yang berzina sahaja.Jumhur ulama mengatakan,hukum ayat itu telah dimansukhkan oleh Allah s.w.t.Ia dimansukhkan oleh Allah dengan ayat 32-33 dalam Surah an-Nur juga yang bermaksud kahwinilah wanita di kalangan kamu,dengan terjemahan penuhnya yang bermaksud:

“Dan kahwinlah orang-orang yang sendirian di antara kamu dan hamba sahaya lelaki dan perempuan yang soleh.Kalau mereka miskin,nanti Allah akan memberikannya kekayaan dari kemurahanNya dan Allah itu luas pemberiannya dan Maha Tahu.Orang-orang yang tiada memperoleh belanja, hendaklah menjaga kehormatan (jangan berzina),sehingga Allah memampukan mereka dengan kurniaNya.Hamba-hambamu yang menuntut mukatabah (kemerdekaan dengan pembayaran wang), hendaklah kamu terima,jika kamu ketahui bahawa ada kebajikan pada mereka.Berikanlah kepada mereka harta Allah,yang diberikanNya kepadamu.Janganlah kamu paksa hamba-hambamu berzina,jika mereka menghendaki kesucian,supaya kamu mendapat harta benda waktu hidup di dunia.Barang siapa memaksa mereka,maka Allah sesudah paksaannya itu Pengampun lagi Penyayang.

Dengan pemansukhan itu bermakna ayat itu sudah tidak lagi menuntut umat Islam sama ada lelaki atau perempuan yang berzina hanya boleh berkahwin dengan yang berzina sahaja,tidak dengan yang baik.

Sebaliknya ia telah menjadi umum.Lelaki yang baik dibolehkan berkahwin dengan wanita yang berzina,perempuan yang berzina dibolehkan berkahwin dengan lelaki yang baik,perempuan yang baik dibolehkan berkahwin dengan lelaki yang berzina atau lelaki yang berzina juga boleh berkahwin dengan wanita yang baik.Jadi maknanya, jodoh pertemuan seseorang itu di tangan Allah,tetapi kita diminta berusaha memilih pasangan yang baik,yang soleh atau solehah.Kalau seseorang itu mendapat jodoh dengan pasangan yang kurang baik, pasangannya yang baik itu mestilah berusaha membaiki perangai pasangannya yang kurang baik itu,

Berhubung dengan perubahan perangai seseorang yang kurang baik menjadi baik apabila berkahwin dengan orang yang baik pula,Kalau seseorang yang kurang baik atau tidak baik sama ada lelaki atau wanita berkahwin dengan orang yang baik,tidak pula boleh dikatakan perangainya akan pasti berubah menjadi baik sejajar dengan kedudukan pasangannya sebagai orang yang baik.Tetapi pengaruh persekitaran dari orang yang baik mungkin mempengaruhi individu dari tidak baik kepada baik.Inilah kekuatan agama yang ada pada diri seseorang yang mampu untuk menarik pasangannya mentaati Allah dan RasulNya.

Dalam Islam,seseorang yang baik dengan menilai baik hubungannya dengan Allah dan hubungannya dengan manusia.Kalau orang yang baik itu ada kekuatan agama seperti yang dimaksudkan tadi diharuskan dia berkahwin dengan orang yang kurang baik itu,untuk tujuan menyelamatkan orang berkenaan sama ada lelaki atau perempuan dan terus hanyut dalam kesesatan atau kemaksiatan.Ini adalah dakwah.

Dalam Islam,kalau seseorang tu telah bertaubat,kita disuruh menerima orang yang sudah bertaubat itu.Kalau tidak,berdosa.Sebab dalam Islam,orang yang sudah bertaubat itu dikira sudah bersih.Tetapi terdapat juga kejadian di mana masyarakat tidak menerima orang yang telah bertaubat.

Inilah silapnya sesetengah anggota masyarakat kita.Orang yang sudah bertaubat pun dikatakan masih jahat juga.Banduan-banduan yang sudah keluar dan penjara yang sudah bertaubat itu sepatut diterima baik oleh masyarakat.Bohsia dan bohjan,penagih dadah dan sesiapa sahaja yang bersalah dan kemudian yang sudah bertaubat sepatutnya kita terima mereka dan didik mereka ke arah Islam.Tetapi sesetengah anggota masyarakat kita tidak juga mahu menerimanya.Akibatnya,ia mendatangkan kesan buruk pula kepada orang berkenaan dan kepada masyarakat.Firman Allah Ta’ala yang bermaksud :

“Dan orang-orang yang apabila berbuat kejahatan atau menganiaya dirinya,(kemudian) mereka ingat akan Allah,lalu mereka meminta ampun atas dosanya.Dan tiadalah yang mengampunkan kecuali Allah.Mereka tiada berkekalan di atas dosanya itu sedang mereka mengetahui.”

( Ali Imran : 135 )

“Sesungguhnya Allah mengasihi orang yang bertaubat dan mengasihi orang yang mensucikan dirinya.” ( Al BaQarah : 222 )

ISA: BN khianati janji Tun Razak

Dipetik dari http://harakahdaily.net/index.php?option=com_content&task=view&id=22055&Itemid=28

Perbahasan tentang wajar atau tidak Akta Keselamatan Dalam Negeri (ISA) dimansuhkan makin hangat disiarkan media.

Di satu pihak, ISA adalah akta zalim yang ketinggalan zaman dan sepatutnya dicampakkan ke dalam bakul sejarah. Malah Menteri Penerangan, Dato' Seri Rais Yatim dalam thesis kedoktorannya berhubung undang-undang drakonian di Malaysia menyatakan sentimen yang sama. Jika pendiriannya terhadap ISA kini berubah dan tidak selari dengan pandangannya dalam thesis Phd itu, jelas beliau tidak amanah terhadap ilmu.

Di satu pihak lain, ISA nampaknya mahu terus dikekalkan. Alasannya mudah, ISA bagi mereka adalah undang-undang berbentuk preventif (mencegah) yang kononnya masih perlu untuk keamanan dan keharmonian negara. Selepas lebih 50 tahun merdeka, rupa-rupanya sebahagian rakyat negara ini masih mentah pemikirannya sehingga gemar mengungkit dan mengapi-apikan sentimen perkauman (seperti yang menjadi amalan beberapa pemimpin ultra Melayu dan penulis ultra Melayu di akhbar ultra Melayu - Utusan Melaysia). Oleh itu ISA perlu bagi mendisiplinkan golongan ini.

Apa yang menghairankan, tidak ramai atau mungkin tidak ada langsung individu ultra Melayu yang ditahan di bawah ISA walaupun isu-isu yang dibangkitkan mereka begitu prejudis, melampau dan dusta. Lihat sahajalah isu azan Subuh yang memangsakan Ahli Parlimen Seputeh, Teresa Kok.

Teresa ditahan di bawah ISA kerana tulisan berunsur menghasut, provokatif dan bohong seorang penulis pelampau Melayu di sebuah akhbar ultra Melayu. Ironinya penulis itu tidak langsung ditahan di bawah ISA malahan masih terus menulis dengan gaya dan bentuk rasis yang sama walaupun kini berhadapan dengan tuntutan mahkamah berjumlah RM30 juta!

Soalnya kini, wajar atau tidak ISA dihapuskan. Bagi menjawab persoalan ini baik rasanya kita meninjau kembali sebab dan punca sebenar ISA diperkenalkan hampir 50 tahun lalu.

Timbalan Perdana Menteri merangkap Menteri Pertahanan, Tun Abdul Razak Husain ketika membentangkan Rang Undang-undang Keselamatan Dalam Negeri di Dewan Rakyat pada 21 Jun 1960 beberapa kali menegaskan bahawa tujuan utama Akta itu digubal adalah untuk memerangi pengganas komunis.

Abdul Razak menegaskan:

"... Kerajaan bercadang hendak menamatkan darurat yang ada pada ketika sesudah 12 setengah tahun lama-nya iaitu akan tamat pada 31 hb Julai (1960). Oleh itu mustahaklah diadakan Rang Undang-undang termasuklah Rang Undang-undang Keselamatan Dalam Negeri atau Internal Security Bill.

"Seperti yang telah diterangkan, kerap kali bahawa sungguhpun Darurat akan tamat pada 31 hb. Julai ini, tetapi musuh iaitu pengganas komunis masih lagi ada di negeri kita di antara sempadan Tanah Melayu.

"Sudah saya terangkan tadi lebih kurang 580 orang lagi pengganas komunis di sempadan Tanah Melayu dan barangkali 90 orang lagi ada dalam negeri Tanah Melayu. Jadi, mustahak-lah kita mengadakan satu undang-undang supaya dapat Kerajaan meneruskan serangan terhadap pengganas-pengganas komunis ini supaya dapat dihapuskan dengan seberapa segera..."

Bagi Tun Razak dan Kerajaan Perikatan pada waktu itu, ISA amat penting bagi membanteras gerakan subversif kamunis yang "hendak menjatuhkan Kerajaan negeri ini dan hendak merosakkan keamanan".

ISA bagi Tun Razak digubal untuk:

1. Hendak menjalankan peperangan di sempadan antara Tanah Melayu dengan Siam (Thailand) supaya pengganas komunis akan dihapuskan dengan segera.

2. Hendak mencegah anasir-anasir pengganas komunis yang ada dalam negeri ini yang menjalankan pekerjaan dengan cara meresap atau subversif.

Bagi Tun Razak, "kuasa-kuasa yang banyak sedikit" perlu diberikan kepada pihak Kerajaan, tentera dan polis bagi menjalankan tugas melawan pengganas komunis di sempadan Siam melalui peperangan.

Bagaimanapun kuasa yang diberikan itu (terutamanya kepada pihak tentera) hanya boleh digunakan dalam kawasan-kawasan yang tertentu yang telah diisytiharkan sebagai kawasan keselamatan (security areas) antaranya di kawasan-kawasan sebelah utara negeri Perlis, timur Kedah, utara Perak, dan barat Kelantan.

Dalam aspek mencegah anasir-anasir subversif komunis yang ada dalam Tanah Melayu pada ketika itu, Tun Razak menjelaskan secara terperinci Fasal 8 ISA berkenaan kuasa menahan orang yang difikirkan merbahaya kapada keselamatan negara.

Menurut beliau: "Saya suka terangkan di sini Kerajaan tidak suka hendak memberi perintah supaya seseorang itu ditahan. Akan tetapi oleh sebab difikirkan kadang-kadang mustahak kerana keselamatan negeri, maka terpaksa di-gunakan kuasa ini. Dan apabila seseorang itu telah ditahan, Kerajaan berusaha supaya mereka itu dapat dilepaskan dengan seberapa segera.

Secara jelas Tun Razak memberi jaminan bahawa ISA hanya akan digunakan Kerajaan untuk membanteras penularan anasir subversif komunis dan mereka yang ditahan di bawah akta ini akan 'dibebaskan secepat mungkin'.

Malangnya selepas hampir 50 tahun ISA digubal dan Parti Komunis Malaya (PKM) telah meletakkan senjata dan seterusnya dibubarkan, ISA diperalatkan kerajaan BN untuk menahan aktivis politik yang mengancam keselamatan BN.

ISA juga digunakan secara meluas untuk menahan individu-individu 'bukan komunis' yang disifatkan sebagai mengancam keselamatan negara (termasuk dalam mendokong kempen 'memerangi keganasan' Amerika Syarikat), walaupun ia bertentangan dengan tujuan dan matlamat sebenar penggubalan ISA.

Bagi para pendokong ISA, ingatan Tun Razak ini wajar diberikan perhatian serius:

"Dan saya boleh memberi akuan kapada Dewan ini bahawa kuasa-kuasa yang akan diberi kapada Kerajaan akan digunakan dengan cermatnya dan dengan semata-mata memikirkan kepada kepentingan dan keselamatan negeri." _