AKU CUMA HAMBA HINA LAGI BANYAK DOSA.TIDAK LAYAK BERGELAR PENCINTA_TARBIAH

Sesungguhnya sebaik-baik tarbiah adalah tarbiah Allah.

SYIAH

Syiah atau Shi'a (شيعى) merujuk kepada satu aliran dalam Islam yang mengutamakan Ali bin Abi Thalib dan keturunannya kerana mendakwa Ahlul Bait yang disebut dalam Surah 33 Ayat 33 al-Quran, merujuk kepada Ali, Fatimah, Hasan dan Hussein. Golongan ini berpendapat Ali sepatutnya menjadi pemimpin pertama umat Islam (Amirul Mo'mineen) selepas kewafatan Nabi Muhammad s.a.w. kerana Nabi s.a.w. sendiri mewasiatkan Ali sebagai Mawla selepas baginda (Ghadir Khum)). Perbalahan pendapat mengenai kepimpinan umat Islam selepas kewafatan Nabi Muhammad s.a.w. memecahkan umat Islam kepada dua golongan utama yaitu golongan majoriti Sunni yang tidak mengutamakan Ali dan golongan yang kedua terbesar dalam Islam, Syiah.

Syiah Islam, seperti Sunni Islam, kadang kala berpecah kepada cabang-cabang yang lebih kecil. Hanya 3 cabang yang kini mempunyai bilangan pengikut yang besar. Yang paling terkenal dan terbesar ialah golongan Syiah Imam Duabelas atau Imamiyyah/Ja'fariyyah (Twelvers /(اثنا عشرية iṯnāʿašariyya) yang merangkumi 90% penduduk di Iran dan sebahagian besar penduduk Iraq. Golongan Syiah yang lebih kecil termasuklah Ismailiyyah, Zaidiyyah dan Syiah Imam Bertujuh. Alawiyyah dan Druze juga menganggap diri mereka Syiah meskipun mereka tidak sentiasa diiktiraf oleh Syaih lain. Tarikat-tarikat Sufi beraliran Syiah termasuklah Tarikat Alevi, Bektashi Hamadani dan Fatimid. Dua puluh peratus dari penduduk Turki adalah mengikut tarikat Alavi sementara Lubnan dan Siria pula mempunyai bilangan besar golongan Druze dan Alawi.

Pergerakkan Hizbollah di Lubnan adalah dari golongan Syiah Imam Duabelas.

Mengikut pandangan Syiah

Pengertian syiah mengikut pandangan syiah sendiri adalah seperti berikut:

Perkataan Syiah (mufrad) disebut sebanyak empat kali dalam al-Qur'an dan ia memberi erti golongan atau kumpulan;pertama dalam Surah as-Saffat: 83-84, firman Tuhan yang bermaksud,"Dan sesungguhnya Ibrahim benar-benar termasuk Syiahnya (golongannya), ingatlah ketika ia datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci".

Kedua,dalam Surah Maryam: 69, firman Tuhan yang bermaksud,"Kemudian pasti Kami tarik dari tiap-tiap golongan (Syiatihi) siapa antara mereka yang sangat derhaka kepada Tuhan yang Maha Pemurah".

Ketiga dan keempat adalah Surah al-Qasas: 15, firman Tuhan yang bermaksud,"Dan Musa masuk ke kota (Memphis) ketika penduduknya sedang lengah, maka didapatinya dalam kota itu dua orang lelaki yang berkelahi; yang seorang dari golonganya (Syiatihi) (Bani Israil) dan seorang (lagi) dari musuhnya (Syiatihi) meminta pertolongan kepadanya untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya".

Sementara itu, ada perkataan Syiah dalam Hadith Nabi SAW lebih dari tiga kali, antaranya disebut oleh Imam as-Suyuti dalam tafsirnya Durr al-Manthur, Beirut, Jilid 6, hal.379 - Surah al-Bayyinah, Nabi SAW bersabda:"Wahai Ali, engkau dan Syiah engkau (golongan engkau) di Hari Kiamat nanti keadaannya dalam redha dan diredhai", dan sabdanya lagi:"Ini (Ali) dan Syiahnya (golongannya) (bagi) mereka itulah yang mendapat kemenangan di Hari Kiamat nanti".

Dengan ini kita dapati bahawa perkataan Syiah itu telah disebutkan dalam al-Qur'an dan Hadith Nabi SAW.

Yang dimaksudkan oleh kebanyakkan para ulama Sunni sebagai Syiah yang menyeleweng ialah golongan Syiah yang selain daripada Imamiyyah/Ja'fariyyah dan Zaidiyyah, yang diringkaskan sebagai Ghulat kerana mendewakan Ali. Golongan Ghulat juga ditolak oleh ulama-ulama Syiah Imamiyyah sendiri.

Imam al-Ghazali dalam bukunya Mustazhiri menentang keras Syiah ghulat kerana ia mengandungi pengajaran Batiniah. Imam Ja'far as-Sadiq AS, generasi kelima keturunan Ali bin Abi Talib dan Fatimah Zahrah, pula menyatakan Syiah ghulat tidak boleh dikahwini dan diadakan sebarang urusan keagamaan kerana aqidah mereka bertentangan dengan al-Qur'an dan Hadith. Golongan Syiah Imamiyyah mengganggap Ja'far as-Sadiq AS sebagai imam keenam umat Islam.

Sila rujuk: Al Jam'iyah Al Khairiyah

Aqidah

5 perkara menjadi Rukun Kepercayaan atau Usūl al-Dīn bagi golongan Muslim Syiah:

* Tawhid - Bahwa Allah itu Satu
* Nubuwwah - Bahwa Nabi dan Rasul yang ma'asum dilantik oleh Allah untuk mengajar and membimbing manusia. Muhammad s.a.w. merupakan Nabi dan Rasul terakhir.
* Qiyamah - Bahwa Allah s.w.a. akan membangkitkan manusia untuk pengadilan di Hari Kiamat
* Adalah - Bahwa Allah s.w.a. itu Adil
* Imammah - Bahwa Allah s.w.a melantik orang-orang tertentu sebagai pemimpin umat manusia, yaini sebagai Imam. Umat manusia sentiasa ada seorang Imam dan hanya seorang Imam sahaja boleh wujud pada bila-bila masa. Sesetengah Rasul adalah Imam dan juga Rasul. Contohnya Nabi Ibrahim a.s. yang merupakan Nabi, Rasul dan Imam. Tidak semua imam adalah Nabi atau Rasul pula. Contohnya Imam Ali, yang bukannya seorang Rasul maupun seorang Nabi tetapi Imam.

Dipetik dari Wikipedia Bahasa Melayu

Surat Untuk Calon Istriku

Assalamualaikum wr.wb

Untuk Bunda,,calon istriku….flower

Tangan ini mau menulis sesuatu tentang apa yang ada di lubuk hati ku. Aku mulai tertanya-tanya apakah aku sudah seharusnya mulai mencari sebagian diriku yang hilang. Bukanlah niat ini disertai oleh nafsu tetapi atas keinginan seorang muslim mencari sebagian agamanya. Sering kali aku mendengar bahwa ungkapan “Kau tercipta untukku.”

*******

Aku awalnya kurang mengerti apa sebenarnya arti kalimat itu karena di liputi oleh hawa nafsu. Rahmat dan hidayah Allah yang diberikan kepada diriku,baru saat ini aku mengerti bahwa pada suatu hari NANTI aku harus mengambil satu TANGGUNGJAWAB yang memang diciptakan khusus untuk diriku, yaitu DIRIMU. Aku mulai mempersiapkan diri dari segi fizkal, spiritual dan juga intelektual untuk BERTEMU denganmu.

*******

Aku mau pertemuan kita yang pertama aku kelihatan ‘sempurna’ di hadapanmu meskipun pada hakekatnya masih banyak lagi kelemahan pada diriku ini. Aku mencoba mempelajari arti dan hakikat tanggungjawab yang harus aku wujudkan ketika dipertemukan dengan dirimu. Aku coba membatasi hubungan pembicaraan dengan wanita lain yang hanya dalam lingkaran urusan penting karena aku risau aku menceritakan rahasia diriku kepadanya karena seharusnya engkaulah yang harus mengetahuinya kerana dirimu adalah SEBAGIAN DARIKU dan hak bagimu untuk mengetahui segala lahir dan batin diriku ini.

*******

Apabila aku memakai kopiah, aku disangka ustad. Diriku memakai jubah, disangka syeikh. Lidahku mengajak manusia ke arah makruf disangka dai. Bukan itu yang aku pinta karena aku hanya mengharapkan keridhoan Allah. Yang aku takuti, diriku mulai didekati oleh wanita karena perawakanku dan perwatakanku. Baik yang indah berjilbab atau yang ketat bert-shirt, semuanya singgah disisiku.
Aku risau imanku akan lemah. Diriku tidak dapat menahan dari fitnah ini. Rasulullah S.A.W pernah bersabda, “
“Aku tidak meninggalkan setelahku fitnah yang lebih bahaya untuk seorang lelaki melainkan wanita.”

*******

Jiwa remaja ku ini mulai mencari cinta menjelma dan kehadiran wanita amat terasa untuk berada di sisi. Setiap kali aku merasakannya, aku mengenangkan dirimu. Di sana engkau setia MENUNGGU diriku, tetapi di sini aku curang kepadamu andai aku bermain dengan cinta fatamorgana. Sampaikan doamu kepada diriku agar aku dapat menahan gelora kejantananku disamping aku mengajukan sendiri doa diperlindungi diri.

*******

Bukan harta,rupa dan keturunan yang aku liat dalam mencari dirimu. Cukuplah agama sebagai pengikat kasih antara kita. Saat di mana aku akan MELAMARMU, akan ku lihat wajahmu sekilas agar tercipta keserasian diantara kita kerana itu pesan Nabi kita. Tidak perlu alis mata seakan alis mata unta, wajah bersih seakan putih telur ataupun bibir merah delima tetapi cukup cuma akidah sekuat akar, ibadah sebagai makanan dan akhlak seindah budi.

*******

“Nikahilah wanita karena empat perkara” keturunan, harta, rupa dan agama. Dan jika kau memilih AGAMA engkau tidak akan menyesal.”
Jika aku dipertemukan dengan dirimu, akan ku jaga perasaan kasih ini supaya tidak tercurah sebelum masanya. Akan ku jadikan syara’ sebagai pembatas diri kita. Akan ku jadikan AKAD NIKAH itu sebagai cap HALAL untuk mendapatkan dirimu. Biarlah kita mengikuti nenek moyang kita, Nabi Adam dan Siti Hawa yang bernikah sebelum disatukan agar kita dapat menikmati kenikmatan PERNIKAHAN yang menjanjikan ketenangan jiwa, ketenteraman hati dan kedamaian batin. Doakan diriku ini agar tidak berputus asa dan sesat dalam misi mencari dirimu kerana aku memerlukan dirimu untuk melengkapkan sebahagian agamaku.

*******

Dari Ayah,calon suamimu… flower

Ya Allah
Jika dia benar untukku
Dekatkanlah hatinya dengan hatiku
Jika dia bukan milikku
Damaikanlah hatiku
Dengan ketentuan-Mu

Dialah permata yang dicari
Selama ini baru kutemui
Tapi ku tak pasti rencana Ilahi
Apakah dia kan kumiliki
Tidak sekali dinodai nafsu
Akan kubatasi dengan syariat-Mu
Jika dirinya bukan untukku
Redha hatiku dengan ketentuan-Mu

Ya Allah
Engkaulah tempat kubergantung harapanku
Kuharap diriku sentiasa di bawah rahmat-Mu

Why Robert T. Kiyosaki and Donald Trump Recommend Network Marketing

I was searching for an old issue of Success Magazine in a bookstore featuring a network marketing company when I found an article about network marketing written by Robert Kiyosaki and Donald Trump.

The featured article goes like this, Trump/Kiyosaki: Why We Recommend Network Marketing and it was published by Success Magazine on April 2007.

The article caught my attention because I know Robert Kiyosaki because of his best-selling book Rich Dad Poor Dad. I also have a collection of his books. Donald Trump was his co-author in this article. And I also have a copy of Donald Trump's book Think Big And Kick Ass.

I became interested in that article because I was wondering why these two business giants recommend network marketing.

Robert Kiyosaki said he was against network marketing when he first heard about it. But after opening his eyes, he began to see advantages that few other business opportunities offer. He said that Network Marketing is the industry for people who want to change their lives.

Network Marketing Is a B-Quadrant Business

In the Cashflow Quadrant, the second book in the Rich Dad series of books, Robert Kiyosaki discusses the four quadrants. The four quadrants are the following;

E- for employees

S- for self - employed

B - for business owner

I - for investor

He recommends a network marketing business if we are in E or S quadrants and we want to change to B quadrant, because many network marketing companies provide personal - development , necessary skills, and attitude training to be successful in B quadrant.

According to him, a true network marketing business is the exact opposite of a traditional business model because a real network marketing business is designed to bring you to the top and not keep you at the bottom. A true network marketing company does not succeed unless it brings people to the top.

In his book Cashflow Quadrant, he further stressed that he endorse any network marketing company that is first committed to developing you as a human being, more than developing you as a salesperson.

The following are points worth mentioning about network marketing:

1. Tax break increase. If you start a network marketing business in your spare time while keeping your regular job, you will begin to gain the tax advantages. A person with part-time business can take more tax deductions than employees can. Of course it is important to consult and check it with CPA for exact rulings about your tax situation.

2. Meet like-minded people. We have a saying that goes like this, "Birds of the same feather, flock together." This is also true in network marketing. We can meet people with the same interest and share a common goal. It is important that we surround ourselves and mingle with people with the same aspirations.

3. Give yourself time. Becoming successful does not happen in just a flick of an eye. It always take time. It requires dedication and patient on the part of a person.

4. Network marketing companies are patient.The beauty of a network marketing companies is that it will invest in you. Many network marketing companies provide trainings for its independent distributors because they want you to become successful. Because if you will not become successful, their business will not also become successful. After all, their goal should be brought you to the top and not keep you at the bottom.

5. Leverage the systems already in place. You will not find it hard to create a new system because the system is already built and proven.

On the other hand, Donald Trump pointed out the following about network marketing:

1. It requires an entrepreneurial spirit, focus and perseverance.

2. Network marketing is inherently social.

3. Network marketing has proven itself to be a viable and rewarding source of income.

Donald Trump also advises to do your research and put everything you've got into your product. He added that genuine enthusiasm is hard to beat and the odds will be with you.

For more information about this, I highly recommend you take your time to read the book CashFlow Quadrant and find a copy of Success Magazine Volume 3 Issue 4 April 2007.

In conclusion, network marketing is generally a good business for those people who want more out of their lives and become in a B Quadrant.





Nikah Khitbah satu Alternatif

from http://episodeperjuangan.blogspot.com

Permudahkan Nikah Cegah Penzinaan

1. Sedang pelbagai pihak seperti buntu mencari penyelesaian kepada barah sosial yang menjurus kepada pergaulan dan seks bebas [ zina ] serta rogol dan buang bayi berleluasa pada hari ini , Dewan Pemuda PAS menyarankan satu program atau projek besar iaitu " Taysir az Ziwaj " dilaksanakan , khasnya oleh pihak berwajib.

2. Taysir Az Ziwaj ialah " Permudahkan Proses Perkahwinan " terutama kepada anak - anak muda yang tidak berkemampuan dari segi material untuk mendirikan rumahtangga tetapi dalam masa yang sama mempunyai keinginan yang tinggi untuk hidup berpasangan .

3. Islam adalah agama yang penuh dengan rahmah dan berkah. Ia diutuskan oleh Allah swt Tuhan yang mencipta manusia bukan untuk menghalang atau menidakkan keperluan manusia seperti keinginan [ nafsu ] syahwah dan sebagainya tetapi Islam datang untuk membetulkan dan memandu manusia agar melunas keinginannya secara yang betul , benar dan baik .

4. Gejala seks bebas [ zina ] dan rogol adalah angkara nafsu yang tidak terkawal dan ia disalurkan secara tidak betul , tidak benar dan membawa keburukan kepada diri dan orang lain . Sedang Islam menggalakkan perkahwinan [ aqad nikah ] agar hati manusia tenteram dan tenang serta nafsu dapat dikawal . Ini membawa kebaikan kepada semua ummat manusia .ala

Firman Allah swt yang bermaksud :

dan kahwinkanlah orang - orang bujang [ lelaki dan perempuan ] dari kalangan kamu dan orang - orang yang soleh dari hamba - hamba kamu , lelaki dan perempuan. Jika mereka miskin , Allah akan memberikan kekayaan kepada mereka dari limpah kurniaNya kerana Allah swt Maha Luas rahmat dan kurniaNya lagi Maha Mengetahui .

An Nuur : Ayat 32

5. Perkahwinan yang digalakkan oleh Islam ini sewajarnya dipermudahkan prosesnya agar generasi muda negara tidak liar dan kemaruk nafsu lalu terjebak dalam kancah seks bebas [ zina ]. Memudahkan prosesnya boleh dilakukan oleh pihak berwajib [kerajaan] seperti [ sekadar menyebut beberapa contoh ] :

* Memberi peruntukan kepada pasangan muda yang ingin berkahwin
* Memberi insentif sebagai galakan berkahwin
* Mengurangkan karenah birokrasi yang menyulitkan
* Kursus dan khidmat bimbingan perkahwinan secara percuma
* Menganjurkan perkahwinan beramai - ramai yang menjimatkan
* Mendidik masyarakat dengan budaya sederhana dalam majlis perkahwinan
* Merendahkan hantaran perkahwinan

6. Antara kaedah mempermudahkan proses perkahwinan ini ialah Nikah Khitbah atau dalam bahasa mudah disebut oleh masyarakat kita sebagai Nikah Gantung . Nikah Khitbah adalah sama seperti nikah biasa mengikut hukum dan perundangan Islam yang mempunyai 5 rukunnya iaitu :

* Suami
* Isteri
* Wali
* Saksi
* Aqad [ Ijab Qabul ]

cuma bezanya ialah pasangan pengantin [ suami isteri ] tidak tinggal serumah dalam tempoh - tempoh tertentu kerana beberapa keadaan seperti [sekadar menyebut beberapa contoh] :

* Masih menuntut di kolej atau uniersiti
* Tidak mempunyai kemampuan menyewa rumah
* Belum bersedia menanggung komitmen kehidupan berumahtangga

justeru itu , buat tempoh tertentu pasangan suami isteri yang telah dinikahkan itu tinggal berasingan [ atas persetujuan bersama kedua - dua pihak ] dan barangkali tinggal bersama keluarga masing sehinggalah mereka merasakan segala halangan diatas telah selesai dan mereka benar - benar bersedia mengharungi kehidupan berumahtangga yang besar tanggungjawabnya.

7. Kelebihan Nikah Gantung ini ialah mereka adalah pasangan suami isteri yang sah mengikut hukum agama dan undang - undang negara . Andai dalam tempoh itu mereka bertemu , keluar makan , dating , study bersama bahkan kalau mereka terlanjur sekalipun mengadakan hubungan seks , maka apa yang mereka lakukan itu tidak salah atau tidak haram .

8. Andai berlaku kehamilan , maka pasangan itu tidak perlu panik terutama pihak gadis yang hamil kerana ia menghamilkan anaknya yang sah nasab [ keturunan ] . Bahkan nanti mereka tidak perlu malu dan menjauhkan diri dari keluarga kerana keluarga pula akan menyambut kedatangan bayi itu dengan bangga dan bermaruah .

9. Kes buang bayi yang berleluasa hari ini rata - ratanya adalah ekoran rasa panik dan hilang pertimbangan akibat malu dan hilang maruah dari pasangan terbabit. Malah mereka juga takut untuk kembali kepangkuan keluarga justeru mereka mengetahui bahawa hubungan mereka salah dan mereka hamil hasil hubungan terlarang . Ia memalukan keluarga dan mencemarkan maruah bangsa dan agama . Akhirnya , jalan pintas dan terdesak yang ada pada mereka ialah buang bayi tersebut dengan harapan selesai masaalah dan beban yang mereka hadapi tanpa mereka menyedari bahawa akan mencetus bencana yang lebih parah kepada sosial negara .

10. Sebenarnya Nikah Khitbah ini pernah dilakukan dalam masyarakat Arab . Menurut amalan tersebut , sewaktu majlis pertunangan , ia dilangsungkan sekali dengan majlis aqad nikah [ halflun nikah ] tetapi mempelai tidak boleh tinggal sekali [serumah] sehingga berlangsungnya pula majlis perkahwinan [haflul Qiran] . Terkadang tempoh itu [ antara pertunangan dan perkahwinan menjangkau tahun lamanya.]

11. Dalam masyarakat Melayu , amalan ini sebenarnya pernah diamalkan sebelum ini dengan nama Nikah Gantung . Ia pernah di kaji oleh beberapa Anthropologist seperti Paletz , Djamour dan Jones. Mereka mengistilahkan Nikah Gantung sebagai "Suspended Marriage Contract" iaitu satu fenomena sosial yang diamalkan oleh masyarakat Islam di Asia tenggara .

12. Malah menurut Abdul Jalil Borhan , perkara yang berkaitan dengan Nikah Gantung terdapat dalam seksyen 112 [dalam bahagian 5] enakmen Pentadbiran Agama Islam Johor.

Perbahasan Hukum

13. Salah satu dalil yang digunakan oleh sebahagian para alim ulama' ialah Perkahwinan Rasulullah saw dengan Aishah rha. menurut hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim , Rasulullah saw telah mengahwini Aishah ketika berumur 6 tahun dan hanya duduk serumah ketika Aishah berumur 9 tahun . Hadis ini menjadi dalil berlakunya aqad nikah , maka bukan menjadi kewajipan bagi mempelai untuk terus tinggal serumah terutama atas persetujuan kedua pihak untuk beberapa tempoh yang dipersetujui.

14. Apabila pasangan pengantin [ nikah gantung ] bersetuju untuk tinggal berasingan kerana beberapa perkara yang diambil kira seperti yang saya sebutkan di atas tadi , maka tidaklah berbangkit isu nafkah batin [ jima' \ bersetubuh ] . Apa yang timbul ialah perbahasan dari segi nafkah zahir [ material ] . Berkait perkara ini , kita mempunyai beberapa pandangan :

a] Mazhab Zahiri seperti yang dinyatakan oleh Ibn Hizam iaitu nafkah ini [ nafkah zahir ] wajib dengan berlakunya aqad , maka selepas sahaja aqad nikah , suami wajib memberi nafkah zahir kepada isterinya .

b] Pandangan Jumhur ulama' iaitu nafkah zahir itu hanya wajib apabila isteri memenuhi syarat - syarat tertentu seperti isteri menyerahkan diri kepada suami [ berpindah ke tempat suami ] , boleh melakukan istimta' [ mengambil keseronokan] , jima' [ bersetubuh ] , isteri tidak keluar rumah tanpa izin suami dan seumpamanya .

15. Nikah khitbah dapat disimpulkan bahawa : bebanan nafkah itu tidak diwajibkan ke atas suami sekiranya kehidupan biasa suami isteri belum berlaku . Bagaimanapun sekiranya suami isteri tersebut keluar bersama , maka tiada halangan dari segi hukum syara' kerana mereka adalah suami isteri yang sah. Demikian juga andai berlaku kehamilan maka bayi itu sah dan mereka boleh menjalani kehidupan berkeluarga seperti biasa yang sah. Tidak perlulah mereka melarikan diri , buang bayi dan menggugurkan bayi atau membunuhnya .

16. Tegasnya saya sebutkan disini , terutama kepada pihak berkuasa agama , ibu bapa dan seluruh anggota masyarakat termasuk anak - anak muda agar mereka kembali kepada cara hidup Islam . Walaupun nikah gantung ini kelihatan seperti baru dalam negara kita bagi sesetengah pihak , tetapi ia lebih baik dari kita membiarkan anak - anak gadis dan teruna kita berpeleseran , bergaul bebas lalu akhirnya mereka terjebak dalam kancah seks bebas dan penzinaan yang memalukan . Bukan sahaja maruah keluarga dan agama tercalar , murka Allah swt itulah yang paling ditakuti .

Do'a Malaikat jibril Menjelang Ramadhan

Ya Allah tolong abaikan puasa ummat Muhammad, apabila sebelum memasuki bulan Ramadhan dia tidak melakukan hal-hal yang berikut:
- Tidak memohon maaf terlebih dahulu kepada kedua orang tuanya (jika masih ada)
- Tidak berma'afan terlebih dahulu antara suami istri;
- Tidak berma'afan terlebih dahulu dengan orang-orang sekitarnya.
Maka Rasulullah pun mengatakan "Amiin" sebanyak 3 kali.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Saya belum menge-check lagi keshohihan hadist tersebut. Namun tidak ada salahnya kita mempraktiskan apa yang disampaikan, selagi itu baik.
Untuk itu, selagi masih ada hayat dikandung badan. Selagi detik jantung belum berhenti, izinkan saya untuk memohon maaf kepada semua rakan sekalian, atas segala khilaf selama ini. Semoga Allah masih memberikan kesempatan kepada kita untuk berjumpa dengan Ramadhan. Amieen..

Baitu muslim Kakngah dan Ust azli(abgngah)




Saja nak kongsi gmbr2 kawen kak ku dgn abg ipar aku yg lepas,lmbt skit upload,huhu,kak aku merupakan ex-dq(2001-2004) dan uia (2004-2009) manakala abg ipar aku ex dq juga dan melanjutkan pelajaran ke mesir,mrk bertemu di bwh satu tarbiah satu perjuangan,disatukan oleh murabbi tercinta mrk Ust Zambri Shafik

p/s takziah juga buat junior seperjuangan ukhti fatimah yg meninggal baru ni

Sudahkah kamu berusaha untuk bersedia menjadi suami?

Dua hari lepas, semasa makan-makan dengan ahli rumah, timbul perbincangan berkenaan bila dah jadi suami nanti. Biasanya, apabila disebut fasal perkahwinan, orang sibuk membicarakan perihal pasangan yang hendak dikahwininya. Tetapi yang terharunya saya dalam perbincangan tengah makan itu, kami membicarakan bagaimana keadaan diri kami untuk menjadi suami.

“Al-Quran pun tak banyak baca.”

“Masjid pun tak istiqomah pergi”

“Subuh pun liat nak bangun”

“Kekemasan rumah pun susah nak jaga”

Ya. Bagaimana agaknya bila sudah berkahwin? Mungkin orang sibuk berfikir bagaimana mendalamnya cinta mereka kepada pasangan mereka boleh pergi selepas kahwin nanti. Tetapi entah kenapa, saya berfikir apakah aku ini mampu nak didik isteri dan anak? Mampu nak pimpin mereka untuk dapat redha Allah? Mampu nak didik mereka untuk menghala ke syurga?

Kalau kita berhenti pada persoalan mampu atau tidak, sudah bersedia atau tidak, mungkin hingga mati kita tidak akan dapat jawapannya kalau sekadar berfikir-fikir demikian. Maka saya mewujudkan satu persoalan lain yang lebih ‘bumi’ untuk difikirkan.

“Sudahkah kita berusaha bersungguh-sungguh untuk menjadi suami yang baik?”


Realiti sebuah pekahwinan

Seronok bila kahwin. Saya tak pernah nampak lagi orang yang berduka bila hendak berkahwin. Tetapi saya suka, dalam keseronokan perkahwinan, seseorang itu perlu memandang bahawa perkahwinan adalah gerbang kepada dunia yang lebih besar dan panjang. Jangan dilihat bahawa perkahwinan itu adalah Majlis Perkahwinan yang dihadiri ramai orang, tempohnya hanya sehari, disertai pelbagai program dan majlis makan sahaja. Tetapi selepas Majlis Perkahwinan itu wujud satu perjalanan panjang. Dan bukan keseronokan sahaja yang wujud di dalamnya.

Kita akan tinggal dengan pasangan kita dalam kebanyakan masa 24 jam sehari. Tidur dengannya, bangun dengannya, makan dengannya, tinggal bersamanya, dan bila ada masalah serta cabaran kita bersamanya. Dan tiada orang pada saya, bercita-cita berkahwin hanya sehari dua.

Kemudian bila Allah izin dapat anak, dengan anak pun sedemikian. Kita bersamanya dalam kebanyakan masa 24 jam sehari. Dan saya tak rasa ada orang yang nak anak dia mati selepas 2-3 hari.

Bersama mereka. 24 jam sehari, 7 hari seminggu, 4 minggu sebulan, 12 bulan setahun, dan entah berapa tahun dalam kehidupan kita. Majoritinya mencecah puluhan.

Kalau tak berusaha untuk bersedia, apakah akan terjadi sepanjang pengharungan alam yang panjang itu?


Suami adalah contoh

Bayangkan ya, dalam sepanjang kehidupan kita berumah tangga nanti, kita adalah seorang yang selalu bangun lewat subuh, jarang sungguh membaca Al-Quran, tidak pula menjaga kebersihan, apatah lagi masih suka melakukan dosa, bagaimana agaknya pasangan kita?

Ini adalah tanggungjawab besar selain memberikan nafkah. Menjadi contoh yang baik kepada isteri dan anak-anak.

Saya tidak dapat membayangkan kita bangun lewat Subuh dan isteri ikut bangun lewat sama kerana kita tak bangun awal Subuh. Anak juga kemudiannya terbiasa bangun lewat Subuh sebab kita tak kejutkannya Solat Subuh.

Saya tidak dapat membayangkan kita jarang sungguh membaca Al-Quran sehingga isteri pun rasa tidak mengapa tidak membaca Al-Quran. Anak juga kemudiannya rasa susah hendak suka dengan Al-Quran sebab kita pun jarang membaca Al-Quran.

Saya tidak dapat membayangkan kita masih suka buat dosa, jauh daripada Allah, sehingga isteri pun nanti rasa tidak kisah atas hal yang sama kerana merasakan itu perkara biasa. Anak juga kemudiannya rasa yang dosa itu bukan dosa sebab dia melihat kita melakukannya seakna itu perkara halal dan mendapat pahala sahaja.

Bagaimana? Tidakkah terasa bahawa berusaha ke arah persediaan adalah sesuatu yang urgen?


Yang akan dipersoal di akhirat

Suami, bapa, ketua keluarga, itulah yang paling berat persoalannya di hadapan Allah kelak. Satu perkara yang kita perlu ingat adalah kita akan dibangkitkan di hadapan Allah dan akan dipersoalkan. Maka bagaimana agaknya persediaan kita untuk menjawab persoalan Allah akan hal keluarga kita?

“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah diri kamu dan keluarga kamu dari neraka yang bahan-bahan bakarannya: manusia dan batu (berhala); neraka itu dijaga dan dikawal oleh malaikat-malaikat yang keras kasar (layanannya); mereka tidak menderhaka kepada Allah dalam segala yang diperintahkanNya kepada mereka, dan mereka pula tetap melakukan segala yang diperintahkan.” Surah At-Tahrim ayat 6.

Bagaimana pula kalau kita yang menjadi penyebab mereka ke neraka? Bukankah itu menyedihkan?

“Katakanlah lagi: “Sesungguhnya orang-orang yang rugi (dengan sebenar-benarnya) ialah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri dan keluarga mereka pada hari kiamat (dengan sebab perbuatan mereka memilih kekufuran atau kederhakaan). Ingatlah, yang demikian itulah kerugian yang jelas nyata.” Surah Az-Zumar ayat 15.

Adakah kita hendak menjadi orang yang merugikan diri dan keluarganya sekali?

Ketahuilah. Kahwin itu bukan sekadar majlis perkahwinan, dan tanggungjawabnya bukan sekadar nafkah.

“Dan perintahkanlah keluargamu serta umatmu mengerjakan sembahyang, dan hendaklah engkau tekun bersabar menunaikannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, (bahkan) Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan (ingatlah) kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertaqwa.” Surah Toha ayat 132.

Dan yang hendak memerintah, pastinya perlu melakukannya bukan?


Memang kalau nak tunggu sempurna tak akan sempurna

Memang kalau sekarang kita tanya diri kita, apakah aku telah sempurna untuk berkahwin, nak jadi contoh, memang tak akan kita mampu jawab sempurna. Jadi, apakah kita tidak boleh berkahwin sebelum sempurna?

Tidak. Saya tidak kata demikian. Memang tidak akan ada manusia yang sempurna.

Tetapi setahu saya, ada manusia yang berusaha ke arah kesempurnaan itu.

Sebab itu, persoalan yang saya timbulkan adalah, apakah kita telah berusaha untuk bersedia?

Semasa bujang kita mula jaga kekemasan, semasa bujang kita sudah usaha menyelesaikan hal Bangun Subuh, semasa bujang kita usaha memperkuatkan hubungan dengan Allah, semasa bujang kita usaha biar diri cinta dengan Al-Quran dan kebaikan, semasa bujang kita sudah usaha meninggalkan dosa-dosa dan memperkemaskan banyak amalan.

Apakah kita telah berusaha membiasakan diri kita untuk menjadi contoh?


Penutup: Saya percaya bahawa rumah tangga yang terbaik, adalah yang Allah redha

Saya percaya bahawa, rumah tangga yang terbaik adalah yang mendapat keredhaan Allah SWT. Dan saya pula percaya bahawa manusia tak akan mampu menjadi baik tanpa usaha. Sebab itu saya kira, hendak membina rumah tangga yang baik, maka manusia perlu berusaha untuk bersedia.

“Ala bro, lepas kahwin nanti baru fikir lah”

Ya. Mungkin boleh. Tetapi bagaimana agaknya kalau terlewat? Baru hendak berubah, anak dan isteri pula telah pekat dengan amal kita sebelum berubah. Bagaimana?

Mengapa bila dikurniakan masa ketika bujang, tidak kita gunakan?

“ala, benda ni benda dah kahwin la bro. Pelajar-pelajar kena fikir belajar aja”

Oho. Maaf. Guru saya kata, hal perkahwinan kena fikir semasa dari tingkatan satu lagi. Ia menjana kematangan. Bukan fikir nak kahwin dengan siapa. Tetapi fikir nak hidup macam mana lepas kahwin nanti.

Maka, apa kata kita jangan lewat-lewatkan usaha kita? Mengapa tidak dari sekarang?

Saya teringat kata-kata seorang ulama’:

“Ada beza orang yang beriman di awal Islam, dengan orang yang beriman selepas Fathu Makkah.”

Fikir-fikirkan.

“Dan (ingatlah) kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertaqwa.” Surah Toha ayat 132.

sumber: http://ms.langitilahi.com/perkongsian-bersedia-menjadi-suami/

Mesej dr no x dikenali:Jagalah hati wahai sang daie

Irama messagetone telefon bimbit tiba-tiba bergema.

One message receive.

Saya tekan punat view. Oh ada mesej dari no tidak dikenali.

"Assalamualaikum, sedikit renungan untuk kita semua. Bila daie tidak menjaga hatinya, maka rosaklah dirinya,terfitnahlah Islam kerananya dan runtuhlah dakwah di tangannya. Ya akh.. kejayaan dakwah bukanlah terletak pada kepandaian seorang daie berkata-kata tapi terletak pada keikhlasan dan kebersihan hatinya. maka waspadalah hatimu agar ia terselamat dari kekotoran nafsu yang menipu.."

Saya terkejut tetapi pada yang sama rasa gembira menyelinap di hati. Sebuah nasihat yang amat-amat berguna padaku, getus hati. Saya terkejut kerana saya jarang mendapat mesej berbentuk begini.Tapi saya tidak tahu sapa pemilik no berkenaan,tertanya-tanya sapakah gerangan.

Saya tekan punat reply.

Salam,sapa nta/nti :-)

Message sent.

Kemudian saya menerima balasan
Sapa x penting yg pnting apa disampaikan.

Benar. Benar sekali kandungan mesej itu. Saya baca berulang kali.

Sebagai motivasi. Saya muhasabahkan diri kembali.

Memang hati adalah tempat segalanya tersimpan dan tempat bermulanya segala tindakan. Hati adalah pusat kawalan manusia.

Benarlah sabda baginda nabi SAW.

Sesungguhnya di dalam jasad manusia ada seketul daging. Jika baik ia, maka baiklah seluruh anggota. Jika ia rosak, maka rosaklah seluruh anggota badan. ketahuilah ia adalah hati.

Saya yakin hadis ini sebilangan besar dari kita sudah menghafalnya dek kerana banyak kali di ungkapkan oleh ustaz dan di dalam kuliah-kuliah ilmu.

Doktor pakar dalam penyakit hati, Al Imam Al Ghazali telah menyatakan di dalam salah satu kitab besar karangannya, Ihya' Ulumuddin:

Apabila hati di dalam kecelaruan, seseorang itu tidak mampu untuk melaksanakan ibadat dan pekerjaan-pekerjaan lainnya dengan sempurna.

Maka sangat jelaslah kejernihan hati dan ketenangan hati itu maha penting sekali bagi semua daie. Perlu ditekankan, semua manusia yang melafazkan kalimah syahadah adalah daie,bukan hanya tertakluk kepada yang bergelar ustaz. Minda mesti dibebas dari pemikiran ini.

Kematian hati

Jujurnya saya merasakan saya tidak layak untuk membicarakan tentang penyakit hati dan ubat-ubat hati. Tetapi kerana rasa ingin berkongsi dari apa yang saya dapat dari kuliah agama, buku-buku dan lain-lain, saya lontarkan sedikit coretan mengenai ia. Dengan harapan ia memberi manfaat dan kebaikan kepada saya dan sahabat-sahabat.

Hati umpama tumbuh-tumbuhan.

Andai tumbuh-tumbuhan memerlukan beberapa elemen-elemen yang penting untuk meneruskan hidup dan agar dapat tumbuh subur dan membesar. Vitamim, garam mineral, air, karbon dioksida dan yang lain-lain adalah elemen penting bagi sebuah pokok.

Bagaimana kalau ia tidak dibekalkan dengan semua itu. Hukum alam mengatakan ia pasti layu dan mati. Ya, ia pasti mati akhirnya. Mana mungkin ia dapat hidup tanpa semua keperluan itu. Kecuali dengan izin sang pencipta.

Hati pun begitu.

Ia amat- amat memerlukan beberapa elemen untuk terus hidup segar dan sihat. Jika tidak ,ia juga akan mati.

Hati yang mati ada beberapa tanda. Ulama' telah mengariskan beberapa tanda hati yang mati. Antaranya merasa seronok bila melakukan dosa dan maksiat, suka mengingkari perintah Allah, suka bertengkar pada sesuatu yang tidak memberi manfaat kepada agama, sukar untuk mengalirkan air mata taubat dan benci kepada golongan alim ulama'.

Ada tanda-tanda ini pada kita??

Tepuk dada tanya iman.

Hati yang mati mampu dihidupkan kembali. Tidak seperti tumbuhan tadi yang matinya ia tidak akan hidup kembali. Hati memang berlainan.

Beberapa perkara mesti kita tahu dan amalkan untuk menghidupkan kembali hati yang layu dan mati.

Imam Ibnu 'Athaillah as Sakandari dalam kitabnya, Al Hikam menggariskan beberapa panduan untuk menghidupka kembali hati.

Katanya :

Hidup hati itu dengan tiga perkara. Zuhud dengan dunia, zikrullah dan bergaul dengan aulia Allah.

Selain itu ulama' - ulama' lain menggariskan beberapa lagi panduan merawat hati ini.

Antaranya, membaca dan memahami ayat-ayat Allah di dalam Al Quranul Karim. Mendekatkan diri dengan amalan-amalan sunat, memperbanyakkan zikir dan memohon ampun padaNya, mengamalkan perintah Allah dengan ikhlas dan memastikan sumber makanan dan pakaian dari sumber-sumber yang halal.

Selain itu menundukkan pandangan dari melihat perkara-perkara yang diharamkan oleh Allah. Mengenai hal ini, saya teringat satu lagu yang dinyanyikan kumpulan Hijjaz.

Mata Hati

Pandangan mata selalu menipu
Pandangan akal selalu tersalah
Pandangan nafsu selalu melulu
Pandangan hati itu yang hakiki
Kalau hati itu bersih

Hati kalau terlalu bersih
Pandangannya kan menembusi hijab
Hati jika sudah bersih
Firasatnya tepat kehendak Allah
Tapi hati bila dikotori
Bisikannya bukan lagi kebenaran
Hati tempat jatuhnya pandangan Allah
Jasad lahir tumpuan manusia
Utamakanlah pandangan Allah
Daripada pandangan manusia


Sebenarnya masih banyak tanda matinya hati dan panduan membersihkan dan menghidupkan hati. Sangat banyak. Bukalah buku-buku agama dan hadirlah masjis-majlis ilmu. Di samping ia membersihkan hati ia memberi ilmu yang amat bernilai.

Sekadar itu sahaja yang saya rasa dapat saya kongsi bersama. Semoga Allah mengira amalan kecilku ini sebagai amalan kebaikkan yang besar ganjarannya disisiNya.

Pesan terakhir saya pada diri dan sahabat,. Kita adalah daie yang dipilih oleh Allah, marilah kita sama-sama membersihkan hati dan sucikan kembali niat dihati dalam melakukan kebaikkan dan mencegah kemungkaran. Wallahu 'alam.

Wahai lelaki, jangan kamu ganggu perempuan aku…

Dipetik utk perkongsian bersama dan uhasabah utk semua lelaki terutama pemilik blog ini http://ms.langitilahi.com/wahai-lelaki-jangan-kamu-ganggu-perempuan-aku/

Wahai lelaki, perempuan itu perlu dijaga, dihormati, dilindungi... Mereka memegang anak-anak masa hadapan

Sepanjang kehidupan saya, saya ada jumpa pelbagai jenis lelaki. Tapi, yang menariknya, sepanjang hidup saya ini juga, saya sukar hendak berjumpa lelaki yang tidak teruja kepada perempuan.

“Ini fitrah la bro, fitrah”

Ya. Sebab fitrah lelaki, pasangannya mesti adalah perempuan. Dua jantina ini macam magnet kutub utara kutub selatan. Saling tarik menarik.

Hal ini menyebabkan kita boleh melihat, golongan-golongan lelaki yang akan bersiul bila perempuan cantik lalu, ada pula yang minta nak jalan sekali, kadang-kadang sengaja ambil tempat duduk di dewan kuliah sebelah perempuan dan berusaha bersungguh-sungguh nak buat perempuan itu bersembang dengannya.

Persoalannya, apakah benar begitu caranya kita melayani fitrah kita?

Saya tidak nampak itu melainkan hanya gangguan.

Maka dalam post ini, saya hendak nyatakan kepada kamu wahai lelaki, jangan kamu ganggu perempuan-perempuan ini.

Di dalam Surah An-Nur, ayat 30, Allah SWT berfirman:

“Katakanlah (wahai Muhammad) kepada orang-orang lelaki yang beriman supaya mereka menyekat pandangan mereka (daripada memandang yang haram), dan memelihara kehormatan mereka. Yang demikian itu lebih suci bagi mereka; sesungguhnya Allah Amat Mendalam PengetahuanNya tentang apa yang mereka kerjakan.”

Ayat selepas itu, ayat 31, Allah SWT berfirman pula kepada perempuan perkara yang sama:

“Dan katakanlah kepada perempuan-perempuan yang beriman supaya menyekat pandangan mereka (daripada memandang yang haram), dan memelihara kehormatan mereka…”

Kenapa, Allah menegur lelaki terlebih dahulu dalam hal ini?

Kerana biasanya, dalam hal ini, lelaki yang akan tumbang terlebih dahulu. Lelaki kadang-kadang mudah jatuh dengan pandangannya. Dia mudah rasa teruja.

Sebab itu, kalau kita lihat, yang bersiul-siul adalah lelaki kepada perempuan. Saya tak pernah nampak lagi perempuan bersiul kepada lelaki. Sebab tu yang biasa dilihat adalah lelaki yang tanya kepada perempuan: “Boleh I duduk sebelah you?” Sebab itu juga yang biasa dilihat adalah lelaki yang offer: “Jalan sorang je, nak teman?”

Tetapi lihatlah apa pesanan Allah kepadamu wahai lelaki.

“Katakanlah (wahai Muhammad) kepada orang-orang lelaki yang beriman supaya mereka menyekat pandangan mereka (daripada memandang yang haram)…”

Jika kamu beriman, maka kamu akan menundukkan pandangan kamu, dan menyekat nafsu kamu dari menguasai diri.

“Ini fitrah la bro. Kena cepat la mengorat. Nanti terlepas”

Ya. Saya akui itu fitrah. Saya tak nafikan. Saya tidak pernah menyalahkan fitrah itu. Tetapi, semua perkara ada caranya. Contohnya: Fitrah manusia adalah Islam. Tapi kita tidak boleh pakai hentam sahaja mengamalkan Islam. Ada cara solatnya, ada cara zikirnya, ada cara buat kebaikannya. Begitu juga dalam fitrah lelaki perempuan ini. Sudah ada batas-batas yang Islam tetapkan untuk kita.

“Kalau ikut batas-batas ni, lembab la bro. Kang orang kebas”

Hem… Lembab kah? Ya. Saya akui, memang lambat sikit kalau ikut jalan yang syara’ bagi.

Tapi, pernah dengar tak kata-kata: “Biar lambat, asal selamat”?

“Itu kat jalan raya la bro, masa memandu”

Ya, kita ni dalam ‘jalan raya’ hendak pulang kepada akhirat, dan kita sedang ‘memandu’ diri kita untuk pulang kepada Allah.

Islam sudah mengaturkan batas pergaulan lelaki dan perempuan. Ada step-stepnya kalau nak ambil perempuan jadi isteri. Kenapa semua itu Islam susun? Sebab nak jaga kemaslahatan manusia. Cuba kamu fikir, kalau kamu main mengorat je perempuan yang kamu jumpa, perempuan yang lalu depan kamu, perempuan yang kamu nampak cantik, banyak kebaikan atau banyak keburukan?

Mana kamu tahu perempuan tu single? Mana kamu tahu perempuan tu belum bertunang/kahwin ke? Sekali kamu mengorat, jatuh hati pula perempuan itu pada kamu, kan dah haru biru rumah tangga/hubungan perempuan itu dengan suami/tunangnya? Kamu dah rosakkan hidup orang. Kemudian, bila kamu mengorat-mengorat ni, nama kamu jadi baik ke? Atau orang akan cop kamu dengan pelbagai gelaran yang tidak menyenangkan? Kamu rosakkan pula diri kamu, dan kamu dah sia-siakan ibu bapa kamu yang membesarkan kamu dengan susah payah.

Tambahan, stylo mengorat ni, di mata saya pun, tak bersih langsung. Apa yang kamu nak harapkan dari jalan yang Allah larang? Ada ke keberkatan di dalamnya? Adakah Allah akan kira ‘mengorat’ kamu tu sebagai amal? Bagaimana kondisi iman kamu ketika mengorat? Ketika kamu bersiul-siul, offer itu ini, duduk sebelah perempuan, bagaimana hubungan kamu dengan Allah?

“Ala bro, nanti bila dah dapat, dah kahwin, kita taubat la”

Adakah sebuah rumah itu, akan bertahan lama dengan bahan binaan yang tidak berkualiti? Adakah sebuah rumah itu cantik, dengan hiasan-hiasan kotor? Dan belum tentu lagi, kita ‘mampu untuk bertaubat’ atau ‘sempat untuk bertaubat’ atau ‘teringat untuk bertaubat’ nanti.

Jangan sempitkan pandangan kamu wahai lelaki. Jangan gopoh mengejar masa hadapan. Kita tidak mahu masa hadapan yang lekeh. Kita tak mahu mendirikan hubungan kita dengan perempuan hanya kerana suka, hanya kerana dia cantik, hanya kerana tak tahan nafsu. Apa yang kamu hendak buat bila cantik perempuan itu pudar nanti? Apa yang kamu hendak buat bila kamu tidak lagi bernafsu dengannya nanti? Lebih besar lagi, apakah kamu rasa, dengan keadaan kamu, kamu boleh membawa pasangan kamu itu berdiri di hadapan Allah dengan baik?

Wahai lelaki, jangan kamu ganggu perempuan-perempuan di hadapan kamu.

Jika kamu inginkan perempuan untuk menemani kamu, apa kata kita ambil jalan yang Islam tetapkan. Walaupun diakui agak lambat, tetapi jalan ini amat bersih. Jalan yang menjaga hati. Dalam masa kita mencintai perempuan itu, hubungan kita dengan Allah tidak terganggu. Mengambil jalan yang Islam tetapkan ini juga, menunjukkan keseriusan dan kematangan anda. InsyaAllah, Allah akan memberkati bukan setakat anda dan pasangan anda sahaja. Tetapi Allah akan berkati seluruh keluarga anda, harta anda, rezeki anda, keturunan anda, kerana anda telah memulakan perjalanan membina keluarga ini dengan jalan yang diredhai-Nya. Mustahil Allah akan membiarkan hamba-hamba yang taat kepada-Nya.

Apa yang ada bila kamu mengorat-ngorat? Apa yang kamu dapat? Kamu sebenarnya telah merosakkan diri kamu.

Malah, secara tidak langsung, kamu merosakkan nama keluarga kamu di mata manusia, merosakkan pula taraf lelaki di mata dunia, dan merosakkan akhirat kamu di hadapan-Nya.

Hentikanlah.

Seorang ibu ada menceritakan kepada saya perihal anak perempuannya di universiti.

Katanya: “Makcik risau la Hilal dengan keadaan sekarang ni. Anak makcik tu, entah berapa kali kena kacau. Bila jalan, ada lelaki minta nak teman. Bila duduk dalam kuliah, ada lelaki nak minta duduk kat sebelah. Makcik tak suka la lelaki macam tu. Tak soleh.”

Kalau saya, saya pun tak suka. Bayangkan wahai lelaki, orang buat anak perempuan kamu macam itu? Atau ada lelaki tiba-tiba mengorat mak kamu? Atau ada lelaki lain nak ‘tackle’ isteri/tunang kamu? Kamu puas hati? Boleh kah kamu kata pada diri kamu ketika itu: “Biarlah, dah fitrah…”

Boleh kah?

Sebab itu, Allah melarang kita mengikuti langkah-langkah syaitan dan mengambil Islam itu secara sempurna. Nak mengorat perempuan pun, kena ikut cara Islam ajarkan. Lebih selamat, lebih terjaga, dunia dan akhirat.

“Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah kamu ke dalam Islam (dengan mematuhi) segala hukum-hukumnya; dan janganlah kamu menurut jejak langkah Syaitan; sesungguhnya Syaitan itu musuh bagi kamu yang terang nyata.” Surah Al-Baqarah ayat 208.

Jadi wahai lelaki, jangan kamu ganggu perempuan aku.

Kenapa saya kata ‘perempuan aku’? Khas kepada orang yang saya suka sahajakah? Khas kepada adik perempuan saya sahaja kah?

Tidak.

Saya tidak suka lelaki, menganggu mana-mana sahaja perempuan yang ada. Saya letakkan ‘perempuan aku’ kerana saya rasa bertanggungjawab atas perempuan-perempuan yang ada. Perempuan di mata saya amat mulia. Jadi saya tidak suka perempuan itu rosak, dirosakkan. Sebab perempuan, mereka akan melahirkan anak-anak yang membentuk masa hadapan dunia. Kalau perempuan rosak, maka rosak lah masa hadapan kita.

Pada saya, anda pun wahai lelaki, perlu merasakan apa yang saya rasakan.

Allah SWT telah berfirman:

“Kaum lelaki itu adalah pemimpin dan pengawal yang bertanggungjawab terhadap kaum perempuan, oleh kerana Allah telah melebihkan orang-orang lelaki (dengan beberapa keistimewaan) atas orang-orang perempuan,” Surah An-Nisa’ ayat 34.

Maka bro, apa kata kamu berhenti mengorat-ngorat ni.

Kita lelaki, dipertanggungjawabkan menjaga perempuan dengan baik. Bukan merosakkan mereka.

Kalau suka, jom kita ambil cara yang bersih, cara yang baik, cara yang diredhai Allah SWT.

Saya berani berjanji yang anda akan menjadi lebih bahagia, lebih tenang, lebih senang apabila anda mengikuti apa yang telah Allah tetapkan. Anda perlu yakin, kesabaran anda dalam mengikuti perintah-Nya, akan terbayar. Sebab janji-janji Allah itu adalah benar. Jangan anda rasa terganggu bila melihat orang lain melanggar perintah-Nya. Kita, teruskan dengan ketaatan kita.

“Oleh itu, bersabarlah (wahai Muhammad), sesungguhnya janji Allah itu benar; dan janganlah orang-orang yang tidak meyakini apa yang engkau sampaikan itu menjadikan engkau resah gelisah.” Surah Ar-Rum ayat 60.

Tundukkanlah pandangan, jagalah kemaluan, pertahankanlah kehormatan.

Kita lelaki, adalah ketua keluarga, pemimpin kepada perempuan. Kalau kita rosak wahai lelaki, maka keluarga itu akan rosak dan tidak stabil, seperti kapal kehilangan nakhoda.

Mari sama-sama kita lakar masa hadapan kita, dengan lakaran keimanan, ketaatan kepada-Nya.

Prejudis - Sikap Terpuji

Kebelakangan ni rasa excited nak menulis pasal psikologi.
Taktau apesal. Mungkin terlalu seronok layan Liar Game 2?
Haha.

Topik malam ni adalah prejudis.
Mari kita menafsirkan terma prejudis mengikut pemikiran
songsang yang diajar oleh Doktor Hafiz.

Mengikut istilah psikologi, prejudis boleh ditafsirkan sebagai
perasaan emosi negatif yang bertindak balas terhadap
seseorang individu atau sesebuah kumpulan.

Jadi misal kata kamu pegi ke pasar dan
ternampak seorang makcik beli ayam 3 ekor,

"Kuat makan. Patutlah gemuk."

Itu prejudis namanya.

Juga, jika kamu berada dalam barisan sewaktu perhimpunan
sekolah, secara automatik kamu akan menjauhkan diri daripada
rakan-rakan berdekatan yang baru selesai main polis sentri.

"Pengotor punya budak. Bilalah nak membesar."

Padahal tak sedar yang diri kamu tu Darjah Satu jugak.

Contoh-contoh di atas merupakan bentuk situasi prejudis
yang biasa berlaku dalam kalangan masyarakat Malaysia
tanpa mengira status quo, taraf kerakyatan mahupun domisil.


Mengambil contoh situasi yang berlaku di KFC Seksyen 2
Shah Alam pada pukul 3 pagi di mana si penulis bersama-sama
rakan sekelas 'overnight' di tingkat atas.

Datanglah 2 orang dewasa yang boleh kata dah berkerjaya kot.
Sorang kurus, sorang gemuk.

Maka yang gemuk ni pun dengan selambanya mengacau kakak
KFC yang tengah kemas meja. Ini adalah contoh orang dewasa
yang memerlukan kasih sayang yang lebih. Kasihan.

Ketika itu, jika pelanggan lain marah dengan kebisingan si gemuk
itu, mungkin mereka takkan meluahkan secara terang-terangan.
Terlintas dalam fikiran, mungkin;

"Ape la gemuk ni. Takde didikan kat rumah ke?"

Dengan itu, unsur prejudis telah ditampilkan.
Maka rasminya dosa boleh dikutip secara free.
Ringkasnya, prejudis boleh membuatkan anda mengumpat.

Walau bagaimanapun, prejudis jugak ada kelebihan.

Katakan kamu ternampak seorang perempuan bertudung labuh
berjalan di depan kamu. Maka cepat-cepatlah berfikiran begini;

"Perempuan ni bajet je lebih. Tunjuk alim konon.
Entah-entah tutup perut mengandung dengan tudung labuh."

Maka secara tak langsung kamu telah menyumbang pahala
kepada beliau. Baik kan bersikap prejudis ni? Kan? Kan?

Oh. Sila baca penulisan ini dengan pemikiran yang songsang.
Jika anda membaca dengan pemikiran normal, pastinya anda
akan menafsirkan entry ini sebagai sesat.

Apakah dia Jodohku? Seorang akhwat yang ada di doaku?

Inilah goresan pena dari sang ikhwan (ana) yang mendambakan akhwat sholehah, yang bisa bersama untuk mencintai Mu Ya Robbi dan mencintai Muhammad Shalallahu’alaihi wassalam.

Yaa……Rabbi……..
Aku berdoa untuk seorang akhwat yang akan menjadi bagian dari hidupku
Seseorang yang sangat mencintaiMu lebih dari segala sesuatu
Seorang yang akan meletakkanku pada posisi di hatinya setelah Engkau dan Muhammad shallahu’alaihiwasalam
Seseorang yang hidup bukan untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk-Mu dan orang lain

Wajah, fisik, status atau harta tidaklah penting
Yang terpenting adalah hati yang sungguh mencintai dan dekat dengan Engkau
Dan berusaha menjadikan sifat-sifat baikMu ada pada pribadinya
Dan ia haruslah mengetahui bagi siapa dan untuk apa ia hidup
Sehingga hidupnya tidak sia-sia

Seseorang yang memiliki hati yang bijak, tidak hanya otak yang cerdas
Seseorang yang tidak hanya mencintaiku, tapi juga menghormatiku
Seorang yang tidak hanya memujaku, tetapi juga dapat menasehatiku
Seseorang yang mencintaiku bukan karena fisikku, hartaku atau statusku tapi karena Engkau

Seorang yang dapat menjadi sahabat terbaikku dalam setiap waktu dan situasi
Seseorang yang membuatku merasa sebagai lelaki shalehah ketika aku berada di sisinya
Seseorang yang bisa menjadi asisten sang nahkoda kapal
Seseorang yang bisa menjadi penuntun kenakalan balita yang nakal
Seseorang yang bisa menjadi penawar bisa
Seseorang yang sabar mengingatkan saat diriku lancang

Ya..Rabbi……
Aku tak meminta seseorang yang sempurna
Hingga aku dapat membuatnya sempurna di mataMu
Seseorang yang membutuhkan dukunganku sebagai peneguhnya
Seorang yang membutuhkan doaku untuk kehidupannya
Seseorang yang membutuhkan senyumku untuk mengatasi kesedihannya
Seseorang yang membutuhkan diriku untuk membuat hidupnya lebih hidup

Aku tidak mengharap dia semulia Fatimah Radhiyallahuanha, tidak setaqwa Aisyah Radhiyallahuanha ,Pun tidak secantik Zainab Radhiyallahuanha, apalagi sekaya Khodijah Radhiyallahuanha.
Aku hanya mengharap seorang akhwat akhir zaman,
Yang punya cita-cita mengikuti jejak mereka,
Membangun keturunan yang sholeh,
Membangun peradaban,
dan membuat Rasulullah shallahu’alaihiwasalam bangga di akhirat

Karena aku sadar aku bukanlah
orang yang semulia abu baker Radhiyallahu,
Atau setaqwa umar Radhiyallahu, pun setabah Ustman Radhiyallahu,
Ataupun sekaya Abdurrahman bin auf Radhiyallahu, setegar zaid Radhiyallahu
Juga segagah Ali Radhiyallahu, apalagi setampan usamah Radhiyallahu.
Aku hanyalah seorang lelaki akhir zaman
yang punya cita – cinta

Ya…..Rabbii …….
Aku juga meminta, Jadikanlah ia sandaran bagiku
Buatlah aku menjadi ikhwan yang dapat membuatnya bangga
Berikan aku hati yang sungguh mencintaiMu sehingga aku dapat mencintainya dengan sepenuh jiwaku

Berikanlah sifat yang lembut, sehingga auraku datang dariMu

Berikanlah aku tangan sehingga aku mampu berdoa untuknya
Berikanlah aku penglihatan sehingga aku dapat melihat banyak kebaikan dalam dirinya
Berikanlah aku lisan yang penuh dengan kata-kata bijaksana,
Mampu memberikan semangat serta mendukungnya setiap saat

kokohnya benteng tidak bisa dibangun dalam semalam, namun bisa hancur dalam sedetik
Kota Baghdad tak dibangun dalam sehari, namun bisa hancur dalam sekejap

Perkawinan tak dirajut dalam pertimbangan sesaat, namun bisa saja terberai dalam sesaat
Pernikahan, bukanlah akhir dari sebuah perjalanan
Tapi awal sebuah langkah
Karenanya, jadikanlah kelak pernikahan kami sebagai titian
Untuk belajar kesabaran & ridho-Mu, ya Rabbi

Dan bilamana akhirnya kami berdua bertemu, aku berharap kami berdua dapat mengatakan:
” Betapa Maha Besarnya Engkau karena telah memberikan kepadaku pasangan yang
dapat membuat hidupku menjadi sempurna”.

Aku mengetahui bahwa Engkau ingin kami bertemu pada waktu yang tepat
Dan Engkau akan membuat segalanya indah pada waktu yang telah Engkau tentukan….

Astaghfirullah, Wallahu’alam bisshowab

Dari ikhwan yang membutuhkan ampunan Allah azzawajalla, dan mengharapkan doaku dikabulkanNYA untuk mendapatkan istri yang sholehah.

Hakikat CINTA

“Cintalah cinta yang dihati,
Itu cinta yang sejati.
Cinta di mata cinta palsu.”
'CINTA' adalah suatu perkataan yang tidak asing lagi kepada manusia. Manusia tidak boleh lari dari perasaan mencintai ataupun dicintai oleh seseorang. Cinta memainkan peranan yang besar dalam kehidupan.

Manusia tidak boleh lari dari masalah cinta ini. Tetapi tahukah kita, apa dia hakikat cinta yang sebenar. Pada siapa hendak meletakkan cinta?

Cinta adalah sesuatu perasaan yang suci yang telah Allah kurniakan pada setiap manusia. Maka berhaklah manusia untuk meletak atau memberikan cinta kepada sebarang manusia. Tetapi biarlah cinta itu selaras dengan kehendak Allah. Agar dengan cinta juga. Ianya menjadi ibadah kepada kita.

Lihatlah bagaimana Allah mencipta Hawa untuk dijadikan pasangan hidup Nabi Adam. Nabi Adam keresahan hidup di syurga , kerana tidak mempunyai teman. Apabila Nabi Adam menuruti kehendak Hawa memakan buah khuldi, lantas terlantar mereka berdua di dunia yang fana ini.

Mungkin ini adalah pengorbanan cinta di antara mereka berdua. Namun seribu penyesalan dan taubat telah mereka lakukan. Sekarang Allah telah menerima taubat dan penyesalan mereka.

Terjalinnya hubungan cinta antara Nabi Adam dan Hawa, maka keturunan manusia dapat membiak hingga ke hari ini. Wujudlah kita di hari ini lantaran adanya peranan cinta.

Rasa cinta pasti ada pada setiap makhluk yang bernyawa. Cuma kadang-kadang manusia ini, terlalu menurukan kehendak cinta, hingga menggagalkan kehidupan mereka. Cinta nafsu terlalu diperturutkan. Hingga ada yang sanggup membunuh diri bahkan kadangkala membunuh orang lain kerana cinta.

Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya adalah sebenar-benar cinta. Selainnya adalah palsu dan tidak boleh menyelamatkan seseorang itu. Cinta kepada apa yang wujud di dunia ini, semuanya tidak kekal. Bagaimana kuat pun hubungan seseorang itu terhadap seseorang yang lain atau kepada benda yang ada di dunia ini, itu semua tidak berpanjangan.

Apabila kita mati apa yang kita cintai akan ditinggalkan di dunia ini. Hanya kain kafan sahaja yang layak dibawa oleh manusia ke dalam kubur. Selebihnya adalah amalan kerana Allah sahaja yang dapat dijadikan bekalan untuk dihadapkan kepada Allah yang Maha Kuasa.

Selain itu tidak akan dapat menolong kita kecuali dengan amalan-amalan yang telah diterima oleh Allah.

Kembalilah manusia kepada mencintai Allah, dengan mengikut segala perintah Allah. Membuat apa yang disuruh dan meninggalkan apa yang telah dilarang oleh-Nya. Disebalik menyintai Allah, manusia lain akan turut menyintai dan menyayangi kita. Kejarlah cinta Allah, agar kita dicintai!
Isu menarik yang boleh kita bincangkan tentang prejudis dan pasti mengundang banyak kontra dari pro. Tidak dinafikan antara lelaki dan wanita berpotensi untuk cerewet, tetapi kalau ia dirujuk kepada siapa yang lebih? Maka jawapannya adalah merujuk kepada satu gender dan gua tidak bercadang untuk menghuraikan secara lebih lanjut.

Sememangnya kita digalakkan untuk bersangka baik kepada sesiapa sahaja. Tetapi prejudis juga perlu. Prasangka baik ataupun prasangka buruk itu sebenarnya sama tidak baiknya. Prasangka baik akan menimbulkan kekecewaan jika realitinya tidak baik. Prasangka buruk akan menimbulkan sebaliknya pula pada hal yang mungkin realitinya baik.



Dalam apa jua tanggapan kita perlu rasional, bukan emosional. Wanita sering di kaitkan dengan emosi untuk menguasai keadaan sehingga membelakangkan rasional. Sehingga timbul pendapat yang mengatakan bahawa apabila emosi menguasai diri terabailah didalamnya unsur kejiwaan iaitu rasional. Dominasi salah satu pihak secara berlebihan akan mengakibatkan kelumpuhan psiko dan terjebak dalam ketidak seimbangan mental. Secara score psikologinya, markah 50-50 adalah manusia yg paling ideal…

So kesimpulanya kdg kala prejudis itu perlu tapi jgn smpai kita terlalu prejudis,ada bantahan?
Salam kasih syg.Jarang aku post tntg cerita cinta ni tp cerita di bawah ni sgt menarik perhatian aku..bukti cinta sejati antara 2 org manusia(tp hakikat cinta sejati cinta Allah ni dlm konteks cinta manusia je)

Ada sorang lelaki buta. Semua orang bencikan dia, kecuali kekasihnya. Lelaki itu selalu berkata, “Saya akan mengahwini awak di saat saya boleh melihat.” Suatu hari, ada orang dermakan mata kepada lelaki itu. Akhirnya dapat juga lelaki itu melihat. Dengan segera, dia pergi menemui kekasihnya. Tetapi, bila dia melihat kekasihnya, dia merasa sungguh terkejut kerana kekasihnya juga buta.

Kekasihnya bertanya, “Sudikah awak berkahwin dengan saya sekarang?” Tanpa sebarang alasan, lelaki itu menolak. Kekasihnya tersenyum dan berlalu pergi sambil berkata. “Tolong jaga mata saya baik-baik…”

HUSNUZAN (BERBAIK SANGKA) SESAMA MUSLIM

Segala puji Bagi Allah Yang Maha Pengampun segala kesalahan dan Maha Menerima taubat hamba-Nya. Selawat dan salam ke atas junjungan Nabi Muhammad, keluarga dan sahabat Baginda.
Sama-samalah kita berlumba membuat kebajikan dan amalan soleh serta memperbaiki diri sebagai bekalan untuk hari esok sebagaimana firman Allah Ta’ala:

Maksudnya: “Hari yang tidak berguna harta benda dan anak pinak kecuali mereka yang datang kepada Allah dengan hati yang sejahtera”.[Surah Asy-Syu’ara’ 88-89]
Hubungan yang murni dan suci sesama manusia merupakan maqasid (tujuan syariat) Islam, iaitu berlapang dada, mesra, kasihan belas, ukhuwwah, berkasih sayang dan sebagainya. Adalah menjadi kewajipan ke atas kita untuk mengekalkan hubungan dan ikatan sesama insan seteguh cerucuk yang ditanam dan sekukuh bangunan yang dibina, kita hendaklah bertemu manusia dengan dada yang lapang, hati yang bersih dan muka yang manis. Seterusnya kita hendaklah berbaik sangka dalam hubungan sesama manusia, menjauhkan sikap memandang serong kepada amalan orang, pegangan (aqidah) dan perkataan mereka.
Jika diperhatikan hubungan sesama muslim, kita akan dapati satu fenomena yang mendukacitakan, dengan ikatan persaudaraan yang tercarik dan simpulan ukhuwwah yang terungkai, disebabkan oleh sangkaan dan prasangka buruk, syak wasangka dan tuduhan yang tidak berasas.

Banyak kedengaran dalam majlis perbincangan umum ataupun khusus, tuduhan-tuduhan seperti; ‘pulan bermaksud begini’, ‘niat si pulan begini’, ‘maksud perbuatan atau perkataannya begini’… perkara seperti ini, semuanya lahir daripada buruk sangka yang merosakkan, menyalakan perasaan dengki dan kebencian, meruntuhkan hubungan baik masyarakat, menggoncangkan keutuhan ukhuwwah, memutuskan tali kekeluargaan, menanamkan sifat ragu dikalangan individu dan masyarakat. Bahkan berapa banyak yang telah kita dengar peristiwa besar dan bencana yang menimpa berpunca daripada sangkaan jahat (su’ uzzan) yang diletakkan bukan pada tempatnya.
Apabila penyakit su’ uzzan menular ke dalam diri, ianya akan membawa kepada; terlalu cepat membuat tuduhan, suka mencari kesalahan orang, suka menerima berita keburukan orang, suka mencari dan menyelidik rahsia keburukan orang. Kerana itu kita lihat orang yang bersikap su’ uzzan sering berkata: “Saya akan cuba memastikan kebenaran perkara ini”, maka, dia mula mencari rahsia dan kemungkinan dia akan mengumpat. Mungkin juga, dia akan menyebut saudara muslimnya dengan perkataan jahat maka dengan itu dia telah melakukan dosa yang berganda dan maksiat yang merosakkan. Di sini tersembunyi satu bahaya apabila hubungan sesama muslim dibina di atas sikap prasangka su’ uzzan, maka sangkaan menjadi asas kepada kasih sayang atau kebencian terhadap seseorang. Semua ini adalah pembunuh sikap berkasih sayang dan memusnahkan makna mahabbah.
Menebalnya sikap prasangka su’ uzzan akan menjadikan manusia mudah melemparkan tuduhan terhadap sesama mereka, kemudian tidak akan ada lagi sikap saling percaya-mempercayai, bahkan mereka akan sering berbalah-balahan, tidak bertegur sapa dan memutuskan hubungan, ini merupakan suatu sikap yang akan membawa kepada hilangnya kekuatan dan keutuhan umat.
Zan atau sangkaan terbina di atas asas agakan atau satu perkataan atau amalan yang diragukan. Zan akan menjadikan seseorang menurut perasaan di dalam dirinya yang suka membuat tohmahan terhadap saudaranya, maka dengan itu Zan akan menguasai dirinya juga cara pemikirannya. Sehingga kamu akan dapati orang yang bersikap prasangka akan merasakan seseorang yang disangkakan tidak baik itu telah melakukan kesalahan yang banyak berdasarkan khayalan sangkaannya hasil daripada sikap buruk sangkanya terhadap saudaranya.
Bahkan sehingga salam yang diucap oleh seorang muslim kalau telah dilingkungi oleh prasangka, boleh dianggap sebagai ejekan atau celaan, demikian juga dengan senyuman akan dianggap sebagai perlian atau sinisan, pujian dan pemberian hadiah juga boleh disalah ertikan dengan berbagai anggapan yang akan membawa kepada perbalahan dan perselisihan.
Firman Allah Taala:

Maksudnya: “Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan dari sangkaan, kerana sesungguhnya sebahagian dari sangkaan itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari keaiban orang lain dan janganlah kamu mengumpat akan setengahnya yang lain”. [Al-Hujurat: 12].
Ayat ini menunjukkan perintah supaya menjaga kehormatan orang muslim dengan sebaiknya kerana ianya didahului dengan tegahan daripada bercakap tentangnya dengan sangkaan. Kalau orang yang berprasangka mengatakan: ‘Saya akan kaji dan selidik’! Katakanlah kepada mereka: “Janganlah kamu mencari-cari keaiban orang lain”. Jika mereka berkata: ‘Saya telah pastikannya dengan tidak mencari keaiban’. Katakanlah: “Janganlah kamu mengumpat di antara satu sama lain”.
Firman Allah Taala (yang bermaksud): “Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan dari sangkaan”. Seruan kepada orang-orang mukmin, menyeru agar jangan biarkan diri mereka menjadi mangsa kepada semua yang terlintas dalam hati yang sering menyangka, syak dan ragu-ragu terhadap keadaan orang lain. Dengan ini Al-Quran telah membersihkan hati dari terkena kotoran prasangka yang akan membawa dosa, biarlah hati terus bersih daripada sebarang syak dan keraguan, bersih perasaannya terhadap saudaranya. Alangkah indahnya hidup di dalam masyarakat yang bersih dari prasangka.
Berkata sebahagian ulama’: “Perkara yang membezakan syak atau sangkaan yang mesti dijauhkan daripada yang sebaliknya ialah setiap keraguan yang tidak ada tanda yang sahih serta sebab yang nyata adalah haram, wajib dijauhi. Iaitu jika sekiranya seseorang itu dari kalangan orang yang baik atau yang tersembunyi kejahatannya, seorang yang tampak amanah pada zahirnya, maka meyangka jahat terhadapnya adalah haram. Ini berbeza dengan orang yang telah terkenal dari kalangan manusia yang sering melakukan perkara yang meragukan atau melakukan kejahatan secara terang-terangan”.
Ini kerana kebanyakan ulama’ berpendapat: “Tidak boleh berprasangka buruk kepada orang yang zahirnya tampak baik dan tidak mengapa berprasangka tidak baik terhadap orang yang zahirnya tampak tidak baik”.
Dari Sa’id bin Al-Musayyib rh katanya: ‘Telah menulis kepada saya beberapa orang ikhwah daripada sahabat Rasulullah S.A.W: Hendaklah engkau meletakkan urusan/perkara saudara engkau di tempat yang sebaiknya selagi kamu tidak didatangi oleh perkara yang menurunkannya dan jangan kamu menyangka satu kalimah yang keluar daripada seorang muslim itu tidak baik sedangkan kamu masih ada peluang untuk menjadikannya baik’.
Manhaj ini sangatlah dituntut apabila berdepan dengan orang yang mempunyai kelebihan dan kebaikan (ulama’, pendakwah dan lain-lain), ini adalah termasuk dalam fiqh Al-Maqasid dan niat, yang mungkin tidak disedari oleh setengah golongan, menyebabkan mereka sering menjatuhkan hukuman salah ke atas orang lain dengan tidak mengambil kira keadaan, niat dan tujuan orang tersebut. Mungkin kesalahan itu merupakan satu perkara yang tidak disengajakan dan beliau tidak bermaksud dengan kejahatan sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Ibnu Al-Qayyim rh dengan katanya: “Satu kalimah yang sama, diucapkan oleh dua orang yang berbeza, seorang bermaksud dengan kebatilan dan seorang lagi bermaksud dengan kebenaran, yang diambil kira (iktibar) ialah cara, pemikiran, mazhab dan ideologi yang didokong oleh orang yang berucap juga pegangan yang dipertahankannya”.
Kerana itu tidak dihukum kafir seorang yang kerana terlalu gembira sehingga tersalah mengatakan: ‘Ya Allah, Engkaulah hambaku dan akulah tuhanMu’, kerana dia tidak bermaksud menjadikan dirinya sebagai tuhan.
Sheikhul-Islam Ibnu Taimiyah rh menukilkan tulisan orang yang bercanggah dengan pendapatnya kemudian beliau mengatakan: “Kalam ini terlalu umum, orang yang inginkan kebenaran akan meletakkannya di tempat yang baik dan sebaliknya orang tidak menginginkan kebenaran akan memasukkan (menambah, menafsir, mentakwil) nya dengan bermacam-macam…”.
Inilah manhaj yang tinggi, sikap terbuka yang telah diterima oleh As-Salafussoleh... adil dan insaf yang telah digariskan oleh ulama’ ummah... mereka telah meletakkan perkataan yang mengandungi berbagai maksud di tempat yang baik… melapangkan dada yang terbuka, bebas dari pengaruh hawa nafsu, baik diri dan menasihati ummah... di mana kita dengan manhaj ini?
Bukan dari manhaj salaf menambah (menafsir, menghurai..) kan lafaz (yang tidak disebut) sehinggakan mengubah maksud, gembira dengan menyebarkan kesilapan orang dan bermuamalah sesama muslim dengan su’ uzzan, sangkaan jahat.
Sebahagian daripada prasangka ialah meletakkan perkataan dan perbuatan orang lain di tempat yang tidak baik iaitu dengan membesarkan kesalahan dan memandang mereka dengan penuh tohmahan, tanpa meneliti sebab atau mencari keuzuran, setiap perkataan yang boleh ditafsir dengan maksud yang baik dan tidak baik, akan diambil yang tidak baik…Subhanallah! Bagaimana mereka menghukum dengan menafsirkan niat dan tujuan dalam diri orang lain?.
Sesungguhnya perkara yang tersembunyi dan rahsia dalam diri untuk memuhasabahnya adalah ciri-ciri yang hanya tertentu bagi Allah swt Yang Maha Mengetahui perkara yang tersembunyi dan rahsia. Adapun manusia tidak ada hak baginya ke atas saudaranya kecuali amalannya yang zahir, inilah amalan Salafussoleh yang terdahulu, yang telah penuh hati mereka dengan didikan Islam yang sempurna lagi bersih.
Sheikh Abdur Razzaq Radhiallahuanhu telah meriwayatkan daripada Abdullah bin ‘Utbah bin Mas’ud katanya: Aku dengar ‘Umar bin Al-Khattab ra berkata: “Bahawa sesungguhnya manusia pada zaman Rasulullah saw diberi penjelasan dengan wahyu dan wahyu telah terputus, kita sekarang hanya boleh mengambil kira perbuatan yang zahir daripada amalan kamu, sesiapa yang menzahirkan kepada kami kebaikan kami akan percaya dan dekat dengannya, tidak ada hak bagi kami mencampuri perkara yang tersembunyi, Allah akan menghisabnya. Sebaliknya sesiapa yang menzahirkan kejahatan kami tidak akan mempercayai dan membenarkannya, walaupun dia berkata niatnya baik”. Maka setiap muslim hendaklah memuhasabah dirinya dengan setiap kalimah yang diucapkannya atau suatu hukum yang dikeluarkannya, sentiasalah mengingati firman Allah Taala:

Maksudnya: “Dan janganlah engkau mengikut apa yang engkau tidak mempunyai pengetahuan mengenainya; sesungguhnya pendengaran dan penglihatan serta hati, semua anggota-anggota itu tetap akan ditanya tentang perkara yang dilakukan”. [Al-Isra’ 36].
Su’ uzzan atau sangkaan buruk terjadi daripada beberapa sebab, yang paling banyak terjadi ialah apabila seorang individu dibesarkan dalam suasana yang terkenal dengan akhlak yang buruk, buruk sangka, sama ada di rumah atau bersama kawan-kawan, menjadikannya berniat tidak baik dan mempunyai hati yang busuk.
Sesiapa yang mengikut hawa nafsu akan membawanya kepada perasaan zan dan sangkaan dusta, kerana kasihkan sesuatu akan menjadikannya buta dan tuli dan apabila seseorang cenderung kepada yang lain dengan hawanya, akan menjadikannya lupa kesalahan orang itu dan sentiasa berbaik sangka dengannya, walaupun orang itu melakukan kesalahan, demikianlah juga sebaliknya, dia akan sentiasa berprasangka buruk, mencari kesalahan dan menimbulkan kesilapan, walaupun orang itu benar pada dasarnya.
Sesetengah manusia ada yang bersikap bongkak, mengagumi kebolehan dirinya, sentiasa merasakan dirinya benar dan orang lain bersalah, membanggakan dirinya dan menghina orang lain, semua ini akan menjadikannya bersikap buruk sangka terhadap orang lain.
Sesungguhnya fenomena buruk sangka sesama Islam telah begitu meluas di zaman kita, menjadi barah yang meruntuhkan hubungan dan kesatuan (wehdah) di antara individu dan masyarakat muslim, ini adalah merupakan satu kesan negatif terhadap kekuatan masyarakat untuk menghadapi cabaran dari dalam dan luar.
Buruk sangka, menuduh tanpa asas, cepat menghukum telah menakutkan orang, menzalimi beberapa golongan dan beberapa orang yang soleh telah dijauhkan tanpa sebab yang diizinkan oleh syariat, sebagaimana kata orang dahulu: ‘Aku melihat permusuhan tetapi tidak melihat sebabnya’. Semuanya berpunca daripada percakapan yang tidak ada sandaran…hanya sangkaan yang buruk, umpatan jahat dan tuduhan palsu, firman Allah Taala:

Maksudnya: “Dan orang-orang yang menyakiti orang lelaki dan perempuan yang beriman dengan perkataan atau perbuatan tanpa kesalahan yang mereka lakukan, maka sesungguhnya mereka telah memikul kesalahan menuduh secara dusta dan berbuat dosa yang amat nyata”. [Al-Ahzab 58].
Setelah jelas kepada kita –wahai saudara- bahawa buruk sangka adalah satu penyakit yang merosakkan, maka kita mesti berusaha untuk membendungnya sebelum ia terus merebak dan menghancurkan.
Di antara ubatnya ialah: berbaik sangka (husnuzzan) dengan manusia, jauhkan sikap buruk sangka, berfikir semasaknya sebelum membuat tuduhan atau hukuman. Sekiranya engkau tersalah kerana berbaik sangka adalah lebih baik daripada tersalah kerana cepat menghukum dengan buruk sangka. Kata Saidina ‘Umar bin Al-Khattab ra: “Jangan kamu membuat sangkaan terhadap satu kalimah yang keluar daripada seorang saudara mukminmu kecuali kebaikan selagi kamu masih ada cara untuk meletakkannya di tempat yang baik”.
Ubat yang seterusnya: sentiasa mencari keuzuran yang boleh memaafkan manusia, tinggalkan sikap suka mencari kesalahan atau mengorek keburukan orang lain, sentiasa berpegang dengan adab dan ajaran Islam dalam menghukum seseorang atau sesuatu perkara yang jelas dan meninggalkan segala yang tersembunyi hanya kepada Allah Yang Maha Mengetahui semua rahsia dan segala yang tersembunyi.
Firman Allah Taala:

Maksudnya: “Mereka tidak lain hanyalah mengikut sangkaan semata-mata, pada hal sesungguhnya sangkaan itu tidak dapat memenuhi kehendak menentukan sesuatu dari kebenaran”. [An-Najmi, 28].

Sumber:

PERUTUSAN HARI RAYA 1422H DARI MIMBAR MASJID RASULULLAH SAW
Oleh: Sheikh Dr. Abdul Bari ‘Awad Ath-Thubaiti (Imam Masjid An-Nabawi)
[ http://alminbar.net/alkhutab/khutbaa.asp?mediaURL=5867 ]

Alih Bahasa Oleh:

Abu Anas Madani / Dr. Abdul Baasit bin Haji Abdul Rahman
Ph.D (Syariah) Universiti Islam Madinah
Email: ainbaa@yahoo.com
www.abuanasmadani.com / www.dartaibah.com
HP: 019-9441881.
Madinah, Syawal 1422.

KISAH CINTA NABI MUHAMMAD SAW

Ada sebuah kisah tentang cinta yang sebenar-benar cinta yang dicontohkan Allah melalui kehidupan Rasul-Nya.

Pagi itu, walaupun langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap.
Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbatas memberikan kutbah,

"Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua perkara pada kalian, Al Qur'an dan sunnahku.Barang siapa mencintai sunnahku, bererti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan masuk syurga bersama-sama aku."

Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang tenang dan penuh minat menatap sahabatnya satu persatu.
Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya.
Usman menghela nafas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba.

"Rasulullah akan meninggalkan kita semua,"keluh hati semua sahabat kala itu.

Manusia tercinta itu, hampir selesai menunaikan tugasnya didunia.
Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan cergas menangkap Rasulullah yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari mimbar.
Disaat itu, kalau mampu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu.
Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup.
Sedang didalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam.

"Bolehkah saya masuk?" tanyanya.
Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk,
"Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.
Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah,
"Siapakah itu wahai anakku?"
"Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut.

Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang.

"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul maut," kata Rasulullah,

Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.
Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya.
Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.

"Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?"
Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah.
"Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu.
Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril.

Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.

"Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi. "
Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"
"Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik.

Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.

"Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."

Perlahan Rasulullah mengaduh.
Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.

"Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?"
Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.
"Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril.

Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, kerana sakit yang tidak tertahankan lagi.

"Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku."

Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.
Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya.

"Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku, peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu."

Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan.
Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.

"Ummatii, ummatii, ummatiii?" - "Umatku, umatku, umatku"

Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu.
Kini, mampukah kita mencintai sepertinya?

Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi
Betapa cintanya Rasulullah kepada kita...

'Apa yg ada dihati'

Hati ini kurasakan kekosongan,
Jauh dari petunjuk yg Maha Esa,
Hati ini kurasakan kegersanngan,
Jauh dari kasih sayangNya

Betapa lemah jiwaku,
Terlalai dgn godaan dunia,
Leka dgn keindahan dunia,
Hanyut pada cinta yg palsu.

Hati ini mengatakan,
Kau lah pilihanku,
Namun sedarkah dikau,
Cinta manusia itu palsu.

Allah jua pemilik cinta hakiki,
Dialah segalanya,
Pada dialah aku bertawakal,
Kenapa aku harus menagih cinta manusia.

Apa yg ada di hati ini,
Hanya Allah maha Mengetahui,
Biarlah ia cuma rahsia aku dan pemilik alam ini,
Kerana apa yg ada di hati,
Hanya Dia yg mengetahui

Tazkirah Ambang Peperiksaan

Bismillaahirrahmaanirrahim....

Kita sering mengeluh dan bertanya...
kenapa itu??..kenapa ni?..
namun al-Quran sudahpun menjawabnya:


Kenapa la aku dapat course nih?? Dah la tak best...susah pak tuh ...

“Apakah manusia itu dibiarkan saja mengatakan , “Kami telah beriman, sedangkan mereka tidak diuji ? dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar, dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang berdusta ." (Surah al- Ankabut, ayat 2-3)


Huwaaaa....kenapa aku tak dapat 4 flat?????! Kenapa? Kenapa??

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.” (Surah al-Baqarah, ayat 216)

Ish...nape la soalan ni susah banget!

“Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”
(Surah al-Baqarah, ayat 286)


Taknak lah sambung belajar..asek fail jer

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah pula kamu bersedih hati,padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi darjatnya, jika kamu orang-orang yang beriman."
(Surah al-Imran, ayat 139)


Argh...Camne nak jawab soalan nih?? Tiru bleh?

“Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan jalan sabar dan mengerjakan sembahyang, dan sesungguhnya sembahyang itu amat berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.” (Surah al-Baqarah ayat 45)


Huhu..buntunya..tak taw nak jawab soklan ni camne....sape sudi nak tolong aku??~

“Cukuplah Allah bagiku, tidak ada Tuhan selain daripadaNya.Hanya kepadaNya aku bertawakkal.” (Surah at-Taubah, ayat 129)


Apa yang aku dapat kalo amek exam ni? Serabutkan otak je

“Sesungguhnya Allah telah membeli daripada orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan syurga untuk mereka.” (Surah at-Taubah, ayat 111)


Aku tak tahan!!! Taknak belajar lagi!!

“. .dan janganlah kamu berputus asa daripada rahmat Allah.Sesungguhnya tiada berputus asa daripada rahmat Allah melainkan kaum yang kafir.” (Surah Yusuf, ayat 87)


Bile la minggu exam ni nak abes??? Benci tul~!

“Kerana sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (Surah al-Insyirah, ayat 5-6)



Sudah..
Jangan mengeluh...

ALLAH SENTIASA DI SISI KITA


..and..

Good Luck to all my frens \(^o^)/
Mudah-mudahan Allah membantu kita dalam perjuangan ini!

Sekuntum Bunga Mawar di bulan Februari

Sekuntum bunga, sekeping kad dan sebungkus coklat. Sesiapa sahaja dengan mudah terbayangkan ritual-ritual ini dengan Hari Valentine. Masyarakat kita dewasa ini turut bersama dengan masyarakat seluruh dunia meraikan Hari Valentine. Bagaimana Hari Memperingati Kasih ini bermula? Terdapat pelbagai pendapat tentang asal-usul Valentine.

Memetik sebuah tulisan “Ada Apa dengan Valentine” di halaman web www.eramuslim.com bersumberkan The World Book Encyclopedia (1998), Hari Valentine berasal dari perayaan Lupercalia. Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian pada masa Romawi Kuno pada 13-18 Februari. Dua hari pertama, dipersembahkan untuk dewi cinta (Queen of Feverish Love) Juno Februata. Pada hari ini, para pemuda mengambil nama secara rawak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk berfoya-foya dan menjadi objek hiburan. Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia dari segala serigala.

Ketika agama Kristian Katolik memasuki Rom, mereka menceduk upacara ini dan memberikan nilai-nilai Kristiani, antara lain menggantikan nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I (lihat: The Encyclopedia Britannica, sub judul: Christianity). Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama St Valentine’s Day untuk menghormati St Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (lihat: The World Book Encyclopedia 1998)

Setelah membicarakan asal-usul Valentine, kita dapat membuat kesimpulan bahawa:

1. Tidak ada kepastian tentang Valentine, tetapi yang pasti beliau seorang paderi.
2. Hari Valentine diisytiharkan sebagai hari kebesaran Kristian oleh seorang paderi besar.
3. Sesetengah versi mengaitkan Hari Valentine dengan kehidupan dewa-dewi.
4. Kisah Valentine berhubung rapat dengan pelbagai tamadun dan agama namun tidak ada satupun yang mengaitkan Valentine dengan sejarah, ajaran dan tamadun kegemilangan Islam.


Melusuri kesimpulan-kesimpulan di atas, timbul pula persoalan mengapa umat Islam perlu meraikan Hari Memperingati Kekasih ini? Bagaimana Islam melihat Hari Valentine dari aspek akidah, fikrah dan akhlak?

Banyak perbincangan dibuat secara ilmiah tetapi lebih banyak keseronokan disogokkan kepada masyarakat sehingga menenggelamkan perasaaan ingin tahu tentang Valentine di sisi Islam. Kita telah sedia maklum seorang paderi Kristian telah mengambil sempena 14 Februari itu untuk meraikan hari kasih saying demi memperingati kematian paderi mereka Valentine.

Hari Memperingati Kekasih berupaya melekakan dan merosak akhlak masyarakat Islam, terutama di kalangan remaja Islam. Sungguhpun ia belum ke tahap kritikal, namun remaja Muslim akan mendapati mereka akan terjerumus ke lembah maksiat kerana meraikan Valentine bererti menghalalkan batas pergaulan lelaki dan perempuan dan seterusnya mendekatkan diri kepada kemungkinan berzina.

Bermula dari berutus surat, bunga dan coklat, hubung-menghubungi berlaku agar dapat menunjukkan diri mengambil berat akan pasangannya. Ianya diteruskan dengan bertemu dan makan bersama. Peluang berjalan bersama-sama tidak dilepaskan begitu sahaja dan jari-jemari mula bertaut untuk membuktikan betapa kasih dia kepada pasangannya. Tidak cukup berpegangan tangan, bertepuk tampar dan memeluk erat. Ketika ini ‘orang ketiga’ iaitu syaitan membisik agar peluang ini tidak dilepaskan begitu sahaja. Bila nafsu masing-masing tidak dapat dikawal, ada kemungkinan malam larut ditamatkan bersama di ranjang hotel.

Kerana itulah Islam telah menggariskan bahawa bukan sahaja unsur-unsur maksiat, bahkan unsur-unsur ke arah maksiat juga perlu dibendung dan dihindari. Benarlah firman Allah, “Janganlah kamu menghampiri zina…”

Meraikan Valentine jelas bertentangan dengan fitrah seorang Muslim yang beriman kepada Allah dan rasulNya. Valentine hanya salah satu serangan akidah dari orang Yahudi dan Kristian yang akan terus berusaha sedaya upaya untuk membawa umat Islam supaya mengikut ajaran mereka. Allah berfirman yang bermaksud:

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak sekali-kali akan bersetuju atau suka kepadamu (wahai Muhammad) sehingga engkau menurut agama mereka (yang telah terpesong itu). Katakanlah (kepada mereka) : “Sesungguhnya petunjuk Allah (agama Islam) itulah petunjuk yang benar”. Dan demi sesungguhnya jika engkau menurut hawa nafsu mereka sesudah datangnya (wahyu yang memberi) pengetahuan kepadamu (tentang kebenaran), maka tiadalah engkau akan peroleh daripada Allah (sesuatu pun) yang dapat mengawal dan memberi pertolongan kepadamu. Orang-orang yang kami berikan kitab kepadanya, sedang mereka membacanya dengan sebenar-benar bacaan (tidak mengubah dan memutar belitkan maksudnya), mereka itulah orang-orang yang beriman kepadanya; dan sesiapa yang mengingkarinya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” (Surah al-Baqarah: 120-121)

Berdasarkan kisah asal-usul Valentine, kita tidak dapat mengaitkan perayaan ini dengan Islam. Oleh itu, ia boleh dianggap sesuatu yang baru dan tidak pernah diajar oleh Allah dan rasulNya. Daripada Ummul Mukminin, Ummu Abdullah, Aisyah r.a katanya “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesiapa yang mengada-adakan sesuatu perkara mengenai urusan agama kami, yang bukan daripadanya, maka ia adalah ditolak.” (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)

Kita telah memahami asal-usul Hari Valentine dan bagaimana ia berupaya mempengaruhi akidah, fikrah dan akhlak remaja Islam. Sebelum kita melihat dengan lebih dalam persoalan ini, adalah lebih baik jika kita mengkaji faktor-faktor mengapa Hari Valentine diraikan umat Islam, khususnya di kalangan remaja. Di antara sebab umat Islam meraikan Valentine dapat disenaraikan sebagai:

1. Tidak faham sejarah bagaimana ia bermula.
2. Menganggap ia tidak merosak akidah kerana dibuat secara suka-suka sahaja.
3. Terpengaruh dengan media massa yang mempromosi Valentine secara besar-besaran.
4. Sikap remaja muslim itu sendiri yang samada tidak endah, malas berfikir atau cepat berpuas hati.
5. Galakan dari kawan-kawan yang turut sama meraikan Valentine.
6. Menjadikan artis sebagai idola.


Ketika masyarakat dihidangkan dengan pandangan positif mengenai Valentine yang tidak jelas hala tujunya, kita sebagai remaja Muslim, sebagai ahli masyarakat dan yang paling penting sebagai ibu-bapa Muslim perlu melihat kesan-kesan negatif Valentine untuk dijadikan iktibar pada masa akan datang.

Selain berpotensi untuk menghakis akidah kerana berasaskan unsur bidaah, Valentine juga mengheret kita untuk memikirkan persoalan moral yang sangat panjang. Di antara kesan-kesan meraikan Valentine kepada insan yang mengaku mukmin adalah:

1. Lalai

Meraikan Valentine menyebabkan kita sibuk dengan perkara-perkara yang melalaikan sehingga kita terlupa mencari keredhaan Allah. Meraikan Hari Valentine tidak akan menyebabkan Allah redha kepada kita bahkan hanya menyebabkan murka Allah.

2. Hilang rasa bangga

Rasa gembira dengan perayaan kasih sayang menyebabkan kita mula bertanya apakah agama Islam ini tidak meraikan kasih sayang yang fitrah dan suci ini? Lama-kelamaan kita akan mula merasakan bahawa Hari Valentine sama penting dengan kedua Hari Raya. Oleh sebab Valentine dianggap dari Barat, maka ia sentiasa dianggap moden dan mengikut peredaran zaman. Akhirnya, hilang rasa bangga terhadap hari-hari kebesaran umat Islam Hari Raya Fitri dan Hari Raya Korban. Hari Raya disambut secara fizikal dan material semata-mata, tanpa diisi dengan ruh dan penghayatan.

3. Mengiktiraf

Merayakan hari kebesaran agama lain bererti mengiktiraf, mendukung dan seterusnya mengikuti agama itu. Bukankah telah dinyatakan kepada rasul dan umatnya supaya bersikap seperti di dalam Al-Kafiruun ayat 6, “Bagimu agamamu dan bagiku agamaku”.

Bagaimana harus kita mendukung amalan agama lain sedangkan sepatutnya seorang Muslim sepatutnya sentiasa memperbaharui azam yang disebut di setiap rakaat dalam solatnya iaitu, “Tunjukkanlah kami jalan yang lurus, (iaitu) jalan yang telah Engkau berikan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan (bukan pula) mereka yang sesat.”

Ternyata permintaan untuk diberikan jalan yang benar kontradik dengan amalan kita sendiri seperti ia sengaja memilih untuk menjadi kemurkaan Allah. Kerana perkara-perkara seperti inilah, sepatutnya kita menginsafi dan memahami mengapa kadang-kala doa kita Allah tidak makbulkan.

4. Keruntuhan akhlak muda-mudi Islam

Secara umumnya, suasana tenteram umat Islam di dalam suatu komuniti akan terjejas kerana berlakunya maksiat secara kolektif. Keadaan ini mengundang suasana yang kurang selesa untuk sesebuah komuniti jika kemungkaran dibiarkan berleluasa. Kurangnya sensitiviti masyarakat menyebabkan anak-anak mereka terdedah kepada persekitaran maksiat yang hina. Anak remaja mungkin boleh terjebak sama. Ia juga dapat memberi kesan psikologi yang tidak sihat kepada anak-anak yang masih bersekolah.

Melihat kepada kesan-kesan Valentine, mungkin adalah lebih baik jika kita merenung sejenak apakah ini yang kita mahukan untuk anak-anak dan ahli keluarga? Mungkin jika tidak sekarang, suatu hari nanti kita akan terkena tempiasnya. Oleh itu, kita perlu peka dan turut sama berperanan mendidik anak kita dan masyarakat umumnya.

Kita sebagai umat Islam perlu memberi nilai sewajarnya kepada hari-hari kebesaran umat Islam. Hari Nuzul Quran, Hari Keputeraan Rasulullah, Awal Muharram, Isra’ Mikraj, bulan Ramadhan, Aidil Fitri mahupun Aidil Adha. Jika kita mengikut sunnah Nabi, baginda hanya meraikan Aidil Fitri dan Aidil Adha. Namun ia tidak menghalang kita untuk mengingati hari-hari kebesaran yang lain kerana ia menjadi iktibar, pengajaran dan panduan dalam mengamalkan agama yang mulia ini.

Kita sebagai golongan celik Valentine perlu menyampaikan kepada keluarga, sahabat, teman atau kenalan kita tentang asal usul dan hukumnya meraikan Valentine. Sebenarnya masih ada di kalangan umat Islam yang tidak pernah didedahakan dengan persoalan Hari Valentina di kaca mata Islam. Tulisan dan artikel mengenai Valentine di dalam media-media hiburan tidak memberi gambaran yang Islami. Oleh itu peluang membaca, mengkaji atau membicarakan Hari Memperingati Kekasih secara ilmiah tidak dapat sampai ke masyarakat Islam secara umum. Jangan biarkan mereka terus meraba di dalam kegelapan. Sampaikan kepada mereka dengan tenang, sabar dan berhemah, walaupun hanya dengan sebaris ayat. Sabda Rasul, “Sampaikan seruanku walaupun sepotong ayat”.

Kesimpulannya, kasih sayang adalah dipandu Quran dan Sunnah. Di dalamnya sudah terkandung pelbagai saranan tentang hidup berkasih sayang di dalam konteks yang lebih luas. Valentine adalah perayaan yang merosakkan akidah umat Islam dan bidaah yang wajib dihindari.

(Dipetik dari majalah Mihwar Edisi 18 Februari 2004)

SELAMAT HARI LAHIR

AWAN BERARAK CERIA

TIADA TITIS HUJAN

POHON MELAMBAI

TANDA SOKONGAN

KUSUSURI PERJALANAN

BERTEMANKAN SENYUMAN

DI HARI LAHIR KU

DEDAUN BEGUGURAN

MENITIKAN KEDEWASAAN

WALAU TANPA MATA & HATI YANG

NAMUN CUKUP UNTUK KU…

SEGAR DAN UCAPAN

SELAMAT HARI LAHIR

IRINGAN DOA KU HULUR

BERSYUKUR KEPADANYA

ATAS NIKMAT USIA

USIA KU IBARAT MUTIARA

TIADA BERGANTI LAGI

HIASKAN IMAN BERSULAM TAQWA

AGAR SEMPAT MENGUCUP

HARUMAN SYURGAWI

KALIMAH ALLAH : BUKAN BERMAKNA ‘GOD’ SEMATA-MATA

Umum mengetahui, sensitiviti umat Islam amat tersentuh apabila kalimah Allah
seakan dipermainkan. Kalimah Allah yang termaktub berulang kali di dalam al-Qur’an
dan al-Sunnah itu sesuatu yang tidak pernah dipertikaikan oleh umat Islam. Ia digelar
sebagai ism al-zat iaitu kata nama yang melambangkan secara langsung zat Allah
SWT yang Maha Agung.

Ibn Qayyim al-Jauziyyah mengatakan bahawa nama Allah itu bersifat menyeluruh.
Oleh itu dengan nama tersebut disandarkan seluruh nama-nama-Nya (al-Asma’ al-
Husna) yang lain. Sebagaimana firman Allah SWT di dalam surah al-A‘raf ayat 180:
“Dan bagi Allah, nama-nama yang Maha Baik”.

Bagaimanapun, tidak dinafikan sesetengah agama juga mendakwa kalimah Allah
sebagai panggilan kepada nama tuhan mereka. Hal ini bukanlah sesuatu yang baru
dan mengejutkan di dalam agama Islam. Malah al-Qur’an sendiri pernah
merakamkan konflik ini sebagai iktibar dan pengajaran buat umat Islam dan bukan
Islam.

Sebagai contoh, ketika surah al-Ikhlas diturunkan, ia membicarakan soal konflik
tentang siapakah sebenarnya Allah yang dituturkan oleh agama-agama lain itu.
Adakah ia tepat dan benar dengan konsep “Allah” sebagaimana yang digelar dan
dipanggil oleh mereka? Imam Ibn Kathir menukilkan kata-kata ‘Ikrimah tentang
perihal turunnya ayat ini.

Berkata ‘Ikrimah: “Ketika orang Yahudi mengatakan: Kami menyembah ‘Uzair anak
Allah. Orang Nasrani mengatakan: Kami menyembah al-Masih anak Allah. Majusi
pula mengatakan: Kami menyembah matahari dan bulan. Orang musyrikin pula
mengatakan: Kami menyembah berhala. Lalu Allah SWT menurunkan ke atas
Rasulullah SAW surah al-Ikhlas yang bermaksud: Katakanlah wahai Muhammad
bahawa Allah itu Esa, Allah itu tempat bergantung segala makhluk-Nya, Allah itu
tidak beranak dan tidak diperanakkan dan Allah itu tiada bagi-Nya sekutu”.
Tidak mengira apa jua agama, sekiranya mereka tidak mengerti dan mengenal siapa
itu Allah? Apakah makna sebenar di sebalik nama itu? Jika itu semua tidak diketahui
dan dimengerti, maka mereka sekali-kali tidak layak untuk menggunakan kalimah
Allah.

Bagi membincangkan lebih lanjut isu ini, penulis bentangkan di sini hujjah-hujjah
yang menjelaskan apakah sebenarnya hakikat kalimah Allah SWT menurut
pemikiran dan aqidah Islam. Apakah signifikannya Allah SWT menjadikan kalimah
tersebut sebagai merujuk kepada zat-Nya Yang Maha Agung?
Kalimah Allah menurut satu pendapat yang lemah ialah kata nama yang kaku
(jamid). Iaitu bukan berbentuk kata terbitan yang berasal daripada kata dasar
tertentu. Ini kerana sesuatu kata terbitan mesti mempunyai akar perkataannya yang
tertentu. Sedangkan nama Allah SWT itu bersifat sediakala (qadim). Qadim pula
ialah sesuatu yang tidak mempunyai unsur asas atau asal. Ia menyerupai kesemua
kata-kata nama khas yang tidak mempunyai asal tertentu serta tidak mempunyai
sebarang maksud di sebalik penamaannya.

Bagaimanapun pendapat yang benar, kata nama Allah itu ialah kata terbitan yang
mempunyai kata dasar tertentu. Namun para ulama berbeza pandangan tentang asal
kalimah Allah tersebut. Pendapat yang tepat ia berasal daripada kalimah alahaya’lahu-
uluhatan-ilahatan-ilahiyyatan (
  - - --). Ia membawa maksud
‘abada-‘ibadatan (-) iaitu menyembah dan penyembahan. Daripada timbangan
(wazan) ini lahirnya kalimah ilah ( ) yang bermaksud ma’luh ( ) iaitu “yang
disembah” (ma‘bud).

Berasaskan pendapat ini, Ibn ‘Abbas r.a. pernah berkata: “Allah yang memiliki (sifat)
ketuhanan (al-ilahiyyah) dan kehambaan (al-‘ubudiyyah) ke atas seluruh makhluk-
Nya”.

Di kalangan ahli nahu Arab termasyhur juga berpandangan sedemikian. Misalnya al-
Kisa’i dan al-Farra’ mengatakan kalimah Allah itu berasal daripada kata al-ilah.
Kemudian mereka membuang huruf hamzah dan menggabungkan (idgham) huruf
lam yang pertama ke dalam huruf lam yang kedua. Kemudian terbentuk satu lam
yang disabdukan (tasydid) dan dibaca dengan tebal dan berat.
Ibn Qayyim al-Jauziyyah pula berkata: “Yang benar, kalimah Allah ialah kata yang
mempunyai asal, di mana asal katanya ialah al-ilah. Ini sebagaimana pendapat ahli
bahasa terkenal Sibawaih dan majoriti sahabatnya kecuali beberapa orang yang
berpendapat meragukan (tanpa sebarang asas). Lafaz Allah mencakup seluruh
makna al-Asma’ al-Husna dan sifat-sifat-Nya yang Maha Tinggi.
Orang yang mengatakan bahawa ia adalah kata terbitan, mereka mahu
menunjukkan kalimah Allah itu mengandungi makna sifat bagi Allah SWT. Iaitu alilahiyyah
(ketuhanan) sebagaimana al-Asma’ al-Husna yang lainnya seperti al-Basir
(Maha Melihat), al-Sami‘ (Maha Mendengar), al-Qadir (Maha Berkuasa), al-‘Alim
(Maha Mengetahui) dan sebagainya.

Tidak diragukan lagi bahawa nama-nama ini merupakan terbitan daripada kata
dasarnya sedangkan nama-nama tersebut kekal bersifat qadim. Maksud nama-nama
tersebut ialah kata terbitan, iaitu dari segi lafaz dan maknanya yang bertemu dengan
kata-kata dasarnya. Bukan bererti nama atau sifat itu lahir seumpama lahirnya
cabang daripada asal. Penamaan ahli nahu terhadap kata dasar dan kata terbitan itu
dengan asal dan cabang bukan bermaksud salah satu daripada keduanya lahir
daripada yang lain, tetapi ia memberi makna salah satu daripada keduanya
mengandungi yang lain malah terdapat penambahan”.

Abu Ja’far ibn Jarir pula mengatakan: “Lafaz Allah itu berasal daripada kata al-ilah.
Kemudian hamzahnya yang merupakan fa’ al-ism (iaitu sebutan dalam ilmu saraf
bagi hamzah yang ada pada kata ilah, kerana wazan atau timbangan kata ilah
adalah fi‘alun) digugurkan atau dibuang. Kemudian huruf lam yang merupakan ‘ain
al-ism bertemu dengan lam tambahan yang barisnya mati, lalu masing-masing
digabungkan kepada yang lain.
Maka kedua-duanya menjadi satu lam yang disabdukan. Manakala takwilan (tafsiran)
kalimah Allah pula ianya berasaskan apa yang diriwayatkan daripada Ibn ‘Abbas r.a.
bahawa “Dia lah (Allah) yang mempertuhankan-Nya segala sesuatu (ya’lahuhu kullu
syai’in), dan yang disembahi oleh seluruh makhluk (ya‘buduhu kullu khalqin)”.

Diriwayatkan juga sebuah hadith daripada Abu Sa‘id secara marfu‘: “Bahawa Isa
diserahkan oleh ibunya kepada seorang pengajar agar dapat mengajarnya menulis.
Lalu si pengajar berkata kepadanya: Tulislah dengan nama Allah. Isa berkata:
Tahukah kamu siapa itu Allah? Allah ialah Tuhan bagi segala yang dipertuhankan”.
Ibn Qayyim al-Jauziyyah dalam menerangkan keistimewaan nama Allah menyebut:
“Nama yang mulia ini memiliki sepuluh karakteristik lafaz…tentang karateristik
maknawinya, makhluk Allah yang paling berilmu, iaitu Rasulullah SAW bersabda:
Aku tidak dapat memuji Engkau sepenuh dan sesempurna yang semestinya. Engkau
sebagaimana Engkau memuji diri-Mu (selesai sabda).

Ibn Qayyim kemudiannya menjelaskan lagi bahawa penamaan Allah itu
menunjukkan bahawa Dia (Allah) adalah sebagai Yang dipertuhankan dan
disembah. Dipertuhankan oleh semua makhluk dengan penuh kecintaan,
pengagungan, ketundukan dan berlindung kepada-Nya dalam semua hajat dan
musibah yang menimpa.

Inilah sebenarnya maksud di sebalik kalimah Allah SWT. Ia bukanlah satu kalimah
yang sekadar menjadi sebutan atau seruan atau panggilan bagi tuhan semata-mata.
Sebaliknya ia merupakan nama yang melambangkan aqidah atau agama bagi orang
yang menggunakannya. Oleh itu penggunaannya amat wajar dipantau dan dipelihara
oleh kerajaan demi memastikan tiada sesiapa yang terkeliru dengan nama Yang
Maha Agung itu.
.
Sumber,
Caw. Aqidah
Bah. Penyelidikan JAKIM